Share

Bab 79. Desa Kidung

Penulis: Andy Lorenza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-04 02:45:27

“Kenapa kalian tidak mengungsi ke desa-desa terdekat saja dan memilih tinggal di hutan ini?” tanya Arya.

“Kami takut akan terjadi kembali penyerangan gerombolan itu ke desa-desa yang lain, makanya kami memilih hutan ini untuk tempat berlindung,” jawab Kamra.

“Apa di sini kalian bisa bertahan hidup untuk sementara waktu?” kembali Arya bertanya.

“Di kawasan hutan ini banyak bahan makanan seperti hewan buruan dan buah-buahan hutan yang dapat kami makan, begitu pula sumber air dari anak-anak sungai yang jernih dapat kami pakai untuk minum dan mandi.”

“Hemmm, jika menurut kalian lebih nyaman untuk tinggal di hutan ini untuk sementara waktu bertahanlah di sini. Mudah-mudahan tak beberapa lama lagi kalian akan dapat kembali ke Desa Sampang, mohon do’a kalian semua yang ada di sini agar Aku dan Mantili dapat memberantas para gerombolan pengacau di desa itu,” tutur Arya.

“Tentu saja Mas Arya kami akan bantu dengan do’a demi kami dapat kembali ke Desa Sampang, tapi maaf sebelumnya Mas Arya dan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 80. Desa Karapan

    Wanita cantik berpakaian ungu dan pria tampan berpakaian putih tampak menuruni lereng perbukitan di kawasan selatan Pulau Madura, seperti sebelumnya setelah melewati perbukitan selalu di temui anak sungai yang jernih berbatu-batu.Tak jauh setelah menyeberangi anak sungai itu terdapat hamparan persawahan yang sangat luas, mungkin karena hari sudah sore tidak ada seorang petani pun yang terlihat di kawasan persawahan itu.Wanita berpakaian ungu dan pria berpakaian putih terus berlari menelusuri pematang sawah, mereka terkejut setelah tiba di pinggiran sawah beberapa orang menghadang langkah mereka.“Berhenti..!” seru beberapa orang yang menghadang itu.“Maaf Kisanak, kenapa kalian menghadang kami?” tanya pria berpakaian putih.“Harusnya kami yang bertanya kalian dari mana dan hendak ke mana?” salah seorang dari penghadang itu balik bertanya.“Oh, kami baru saja datang dari kawasan paling ujung pulau ini.”“Kalian jangan berbohong, kalian pasti datang dari kawasan barat sana kan?!” tepi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 81. Ditawari Bermalam

    “Lalu mereka bicara apa pada Mas Arya?” tanya Mahfud memulai percakapan kembali.“Setelah aku membantu mereka menepi dan membawa mereka ke tempat para penumpang kapal menunggu waktu keberangkatan, aku bertanya kenapa mereka nekad menaiki perahu-perahu itu dengan penumpang penuh dan juga membawa para wanita dan anak-anak. Mereka menjawab desa mereka diserang segerombolan orang yang tak mereka kenal,” tutur Arya.“Hanya itu saja jawab mereka?”“Iya Mas Mahfud, kebetulan waktu itu aku di pelabuhan bersama Ratu Kerajaan Dharma melihat mereka yang telah berhari-hari tidak makan dengan baik dan kondisi lemas, kami tidak banyak bertanya dan segera memberi mereka makanan,” tambah Arya.“Terima kasih aku ucapkan sebagai kepala Desa Sampang, karena Mas Arya serta Ratu Kerajaan Dharma di Pulau Dewata itu telah menolong sebagian warga kami yang mengungsi ke sana.”“Sama-sama Mas Mahfud, kami senang dapat membantu mereka. Dan bersyukur seluruh penumpang di tiga perahu itu selamat,” ujar Arya diiri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 82. Dibuntuti Dewa Pengemis

    “Apa yang dikatakan Mas Arya benar adanya, sebagai seorang pendekar yang selalu mengembara aku pun tak jarang tidur di pinggiran hutan bahkan di atas pohon,” tambah Mantili, Mahfud dan Samin saling pandang agaknya mereka percaya dengan semua yang dikatakan Arya bukan bagian dari gurauannya.Malam di Desa Karapan hawa di sana memang dingin di tambah saat itu gerimis turun karena sedari tadi sore sudah mulai mendung, selepas makan malam bersama di ruangan tengah rumah kepala Desa Karapan itu, Arya duduk di pendopo dengan Mahfud dan Samin sementara beberapa pria yang biasa ikut bergabung di sana memilih pergi ke tempat para warga desa yang mendapat tugas ronda.Samin dan Mahfud membuat perapian di samping pendopo itu agar dapat meredam hawa dingin yang hadir, Arya hanya memperhatikan saja kedua kepala desa itu sembari tersenyum.Tak berselang lama istri Samin dan Mahfud datang ke pendopo membawa 3 cangkir kopi dan 2 piring singkong rebus, setelah menaruhnya di pendopo di hadapan Arya mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 83. Mencari Keberadaan Arya

    Serta merta Ratu Lentik rebahkan tubuhnya menelungkup di tanah menghindari tadah butut yang melesat cepat berputar-putar seperti gasing itu hendak menghantam dirinya, sementara Lenggo Lumut salto kebelakang beberapa tombak menghindari serangan balik Dewa Pengemis itu.“Hiyaaaaaaaat..! Deeeeeeees..! Ziiiiiiiiiing...! Taaaaaaaaap..!” sebuah tendangan keras dilesatkan Lenggo Lumut menghajar tadah butut yang masing berputar-putar di udara itu, hingga berbalik kembali ke arah pemiliknya dan dengan santai pula Dewa Pengemis menangkap tadah butut itu.“Ha.. ha.. ha..! Baru dengan tadah butut ini saja kalian sudah kalang-kabut..!” Dewa Pengemis tertawa melihat Lenggo Lumut dan Ratu Lentik pontang-panting menghindar salah satu senjata miliknya itu.“Jangan banyak bacot kau pria dekil..! Terima ini...! Hiyaaaaaat..! Wuuuuuuuuus..! Wuuuuuuuuuus..! Huuuup..! Duaaaaaaaaar..! Duaaaaaaar..!” dua bilah pisau kecil berasal dari Ratu Lentik melesat cepat ke arah Dewa Pengemis, pria berpakaian compang-c

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 84. Arya Dan Mantili Dihadang

    “Kami juga awalnya tidak percaya saat Pangeran Durjana memberitahu itu kepada kami di padepokan, akan tetapi setelah ia bercerita jika 5 orang yang dia utus ke Pulau Dewata itu untuk melakukan tugas telah tewas dan 2 di antaranya adalah Gento dan Lakas Geni oleh Arya kami langsung percaya,” tutur Lenggo Lumut.“Ini memang berita buruk bagi kita tokoh golongan hitam yang telah berhasil menguasai sebagian besar kawasan Pulau Jawa.”“Benar sobatku Welung Pati, sejauh ini gangguan dari para pendekar golongan putih selalu berhasil kita atasi. Yang kita kuatirkan bagaimana cara meredam Pendekar Rajawali Dari Andalas itu jika dia kembali ke Pulau Jawa ini,” Lenggo Lumut tak kalah gentarnya seperti yang dirasakan Welung Pati saat ini.“Apa para sobat kita yang lainnya telah kalian kabarkan mengenai berita ini?”“Bagian selatan Pulau Jawa baru Padepokan Gagak Selatan ini yang kami datangi, sementara di bagian utara sekarang tengah di datangi Pangeran Durjana,” jawab Lenggo Lumut.“Nanti aku ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 85. Diterima Kepala Desa Kidung

    Arya kemudian melayangkan pandangannya ke sekeliling kawasan dari tempat ia dan Mantili berdiri dihadang beberapa pemuda Desa Kidung itu, hari sudah mulai gelap dan tak mungkin rasanya melanjutkan perjalanan.Sebenarnya bagi Arya bukan karena hari telah gelap dan di larang masuk ke pemukiman desa oleh beberapa pemuda itu yang menjadi pikirannya, melainkan Arya merasa aneh saja karena tak biasanya para warga sebuah desa termasuk pemuda di sana bersikap seperti itu.“Kenapa para pemuda ini melarang kami masuk ke pemukiman desa mereka? Ada rahasia apa yang mereka sembunyikan di dalam desa itu hingga orang dari luar desa ini tak di izinkan masuk?” pikir Arya rasa penasarannya pun semakin besar.Arya kembali berfikir bagaimana caranya melunakan hati para pemuda di depan mereka itu, agar berkenan mempersilahkan mereka masuk ke pemukiman warga serta di izinkan menginap di sana.“Sebenarnya jika aku sendiri saja tidak akan jadi masalah bagiku jika kalian memang tidak mengizinkan masuk ke pemu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 86. Tak Mudah Dipengaruhi

    Pagi itu cuaca agak mendung, di beberapa kawasan terlihat awan hitam menyelimuti langit. Karena tak setetespun gerimis turun, Arya dan Mantili memutuskan untuk berpamitan pada Suryo dan keluarganya meninggalkan Desa Kidung.“Terima kasih Paman Suryo dan keluarga telah mengizinkan kami bermalam di sini, sekarang kami mohon diri untuk melanjutkan perjalanan kami,” ucap Arya.“Apa tidak sebaiknya nanti saja Arya, hari tampaknya mendung dan dikuatirkan akan turun hujan sebentar lagi.”“Tidak apa-apa Paman, mumpung hujan belum turun sebaiknya kami berangkat sekarang biar nanti dapat mencari tempat berteduh jika memang di perjalanan hujan turun.”“Baiklah jika memang begitu keinginan kalian kami pun tak dapat mencegah lagi, hati-hati di jalan.”“Baik Paman, Assalamu alaikum,” ucap Arya.“Waalaikum salam,” balas Suryo, Arya dan Mantili berjalan ke arah timur sesuai dengan yang mereka katakan pada kepala Desa Kidung itu.Setelah cukup jauh meninggalkan Desa Kidung itu, Arya mengajak Mantili u

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 87. Ke Sebelah Utara

    Sementara beberapa warga yang tadi dibawa dari desa-desa yang setuju bergabung dengan padepokan itu, sama sekali tidak mengetahui jika para anggota Padepokan Gagak Hitam yang membawa mereka ke padepokan itu akan menyerang desa mereka saat itu juga.Kedatangan Arya dan Mantili kembali ke Desa Karapan tentu memunculkan rasa penasaran pada Mahfud dan Samin, kedua kepala desa itu membawa Arya dan Mantili ke dalam rumah tepatnya di ruangan depan karena sebelumnya sang pendekar memberitahu jika ada hal yang sangat rahasia sifatnya yang akan disampaikan.“Hal apa yang hendak Mas Arya sampaikan hingga harus dirahasiakan?” tanya Samin.“Begini, di antara Mas berdua siapa yang kenal dengan Suryo kepala Desa Kidung?” Arya balik bertanya.“Paman Suryo? Aku kenal dengan beliau, dan sering berkunjung ke Desa Kidung itu,” jawab Samin.“Aku juga Mas Arya,” tambah Mahfud.“Memangnya ada apa dengan Paman Suryo itu?” sambung Samin penasaran.“Setelah kami berdua menyelidiki, ternyata gerombolan orang ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 111. Lenggo Lumut Murka

    “Ajian Topan Gunung Sumbing, ajian itu juga berguna untuk membentengi diri dari serangan lawan,” jawab Arya.“Lalu ajian dahsyat yang Mas gunakan untuk menghabisi Ketua Padepokan Gagak Hitam di Pulau Madura itu apa?”“Oh, kalau itu adalah salah satu ajian andalanku bernama Telapak Petir. Ajian itu akan aku keluarkan ketika saat menghadapi lawan yang memang sangat berbahaya dan sulit di taklukan,” tutur Arya.“Tapi aku minta nanti apabila kita akan bergerak menumpas Padepokan Lumut, Ketua padepokan yang bernama Lenggo Lumut itu biar aku saja yang menghadapinya. Aku ingin membalaskan dendam tewasnya kedua orang tuaku olehnya,” pinta Mantili.“Hemmm, tentu saja Mantili. Namun yang terpenting kita berhasil menumpas Padepokan Lumut di samping dendam yang hendak kamu balas pada ketua padepokan itu,” ujar Arya.“Tentu saja Mas, karena tujuan utama kita memang itu. Sedangkan urusanku dengan Lenggo Lumut adalah urusan pribadi,” Mantili memahami dan dapat menyisihkan antara tugas mulia dan dend

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 110. Ajian Cincin Bulan Menentang Angin

    “Ya Mas, sebaiknya memang kami mencari mereka ke desa-desa lainnya karena di sini tidak kami temui. Terima kasih Mas Pati kami mohon diri,” Pati Dewo hanya mengangguk sembari tersenyum berpura-pura ramah padahal di hatinya saat itu ingin menghajar rombongan Padepokan Lumut yang datang itu.Rombongan utusan Padepokan Lumut itu kembali naik ke atas kuda mereka masing-masing, kemudian berlalu meninggalkan halaman kepala Desa Cagar itu menuju desa-desa lainnya.Pati Dewo tentu saja lega dan puas karena rombongan utusan itu percaya saja dengan semua yang ia katakan jika Deka dan rombongan tidak pernah datang menemuinya, kepala Desa Cagar itu sudah cukup senang karena berhasil mengerjai anak buah Lenggo Lumut itu.*****Saat Arya dan Mantili tiba di rumah Sapto kepala Desa Tandur, di halamannya terlihat beberapa ekor kuda dan pria berpakaian serba hijau berbicara dengan kepala desa itu sambil berdiri. Mereka tampak bersitegang karena adu mulut, melihat hal itu Arya dan Mantili mempercepat l

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 109. Menaruh Harapan Pada Arya

    Pagi itu setelah beristirahat di rumah Sapto kepala Desa Tandur, Arya dan Mantili menuju Desa Telaga yang terletak tidak jauh dari desa itu di sebelah barat. Mereka berpapasan dengan beberapa warga di sana yang hendak menuju lahan persawahan, hingga Arya dan Mantili yang bertanya rumah kepala desa mereka di antar langsung oleh salah seorang warga Desa Telaga itu ke kediaman Pamungkas.Pamungkas yang memang selalu ramah menerima kedatangan tamu di kediamannya, kedatangan Arya dan Mantili pun di terima dengan baik dan sangat ramah.“Maaf sebelumnya, Kisanak berdua datang dari mana?” tanya Pamungkas.“Kami datang dari Desa Tandur Mas, namaku Arya dan ini Mantili.”“Oh dari Desa Tandur, desa tetangga yang paling terdekat rupanya. Namaku Pamungkas dan aku sebagai kepala desa di sini,” ujar Pamungkas yang juga memperkenalkan dirinya.“Ya Mas, kami juga tadi di beritahu salah seorang warga yang tadi mengantar kami ke sini,” ulas Arya.“Terima kasih sebelumnya aku ucapkan mewakili seluruh war

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 108. Amarah Dan Dendam

    “Mereka telah kembali dan sekarang tengah bersenang-senang dengan para wanita penghibur karena tugas yang mereka laksanakan berhasil,” jawab anggota padepokan bernama Saga itu.“Bagus, berarti yang menjadi masalah sekarang Deka dan rombongannya yang belum kembali.”“Benar Ketua, besok pagi secepatnya beberapa orang anggota padepokan ini akan aku perintahkan mencari mereka.”“Ya, sekarang kamu boleh kembali ke tempatmu jika memang tidak ada lagi yang hendak kamu laporkan,” ujar Lenggo Lumut.“Baik Ketua, aku mohon diri,” Lenggo Lumut mengangguk, Saga pun berlalu dari ruangan itu.******Tewasnya Sandaka yang memiliki julukan Gagak Htam Dari Utara akhirnya sampai juga beritanya ke telinga Adik seperguruannya di Padepokan Gagak Timur bernama Welung Pati, kabar itu sendiri di bawa oleh satu-satunya anggota Padepokan Gagak Hitam yang selamat dalam pertempuran sengit di Desa Sampang di Pulau Madura.Saat penyerangan Padepokan Gagak Hitam itu oleh gabungan warga 3 buah desa yang dipimpin Ary

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 107. Di Desa Cagar

    “Namaku Arya, dan ini Mantili. Kami datang dari Desa Tandur dan tak sengaja melintas di sini dan mendengar pembicaraan Mas Pati dengan para anggota Padepokan Lumut ini, maafkan kami bukannya lancang ikut campur akan tetapi kami juga tidak suka dengan orang-orang Padepokan Lumut.”“Oh, kalian berdua ternyata warga Desa Tandur. Kalian hendak ke mana?” tanya Pati Dewo.“Yang warga Desa Tandur hanya Mantili saja Mas, sedangkan aku hanya pendatang di kawasan ini. Kami tadi sebenarnya dari Desa Begawan dan memang sengaja menuju desa ini, kalau boleh tahu siapa kepala desa di sini Mas Pati?” Arya menjelaskan lalu balik bertanya.“Aku kepala Desa Cagar ini,” jawab Pati Dewo.“Oh, kebetulan sekali. Apakah kami boleh ngobrol barang sebentar dengan Mas Pati?”“Tentu saja, mari kita ngobrol di dalam,” ajak Pati Dewo, Arya dan Mantili tak segera melangkah mereka mengarahkan pandangan pada belasan anggota Padepokan Lumut yang masih berada di depan rumah itu.“Hemmm, kalian tak perlu kuatir mereka t

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 106. Perintah Menaikan Upeti

    “Baik Arya, secepatnya pula aku akan memilih beberapa orang di antara para warga yang memiliki keberanian seperti Arya katakan itu.”“Untuk mempersingkat waktu, ada baiknya kami sekarang pamit hendak menuju desa-desa lainnya Paman. Nanti kalaupun aku atau Mantili tidak sempat datang ke sini, kami akan mengutus orang untuk memberitahu Paman kapan akan kita laksanakan rencana itu,” ujar Arya sembari berpamitan.“Ya Arya, silahkan. Hati-hati,” Arya dan Mantili mengangguk kemudian berdiri dari duduknya lalu melangkah ke luar dari rumah kepala Desa Begawan itu.****Belasan penunggang kuda tampak beriringan melewati tepian persawahan warga hendak menunju pemukiman sebuah desa, melihat dari pakaian yang mereka kenakan serba hijau mereka adalah bagian dari anggota Padepokan Lumut.Setelah memasuki pemukiman desa belasan kuda itu berhenti di halaman sebuah rumah yang beberapa orang warga tampak duduk di pendopo rumah itu, seorang pria di pendapa berdiri dari duduknya dan berjalan tergesa-gesa

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 105. Padepokan Lumut Meresahkan

    “Bukan Paman, hanya aku yang warga Desa Tandur itu sementara Mas Arya berasal dari sebuah desa di ujung barat Pulau Jawa ini. Paman Wirya kenal dekat dengan Paman Sapto?” ujar Mantili.“Bukan hanya kenal kami juga telah lama bersahabat, apakah dia sekarang baik dan sehat-sehat saja di Desa Tandur itu?”“Baik dan sehat-sehat saja Paman, kami datang menemui Paman Wirya di desa ini karena ada sesuatu hal yang hendak kami rembukan dengan Paman berkaitan dengan orang-orang anggota Padepokan Lumut. Tentunya warga desa di sini juga diharuskan membayar upeti setiap bulannya kan Paman?”“Benar sekali Mantili, sebenarnya kami merasa keberatan karena upeti yang mereka inginkan terlalu besar dan cukup membuat warga desa terbebani. Akan tetapi demi tak menginginkan sesuatu hal terjadi pada diri kami, makanya kam terpaksa memenuhi keinginan mereka itu,” tutur Wirya.“Bukan hanya Paman Wirya dan warga desa di sini saja yang merasa keberatan tapi juga warga Desa Tandur, untuk itu pula kami datang ke

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 104. Lenggo Lumut Berpesta

    “Sudahlah iklaskan saja, kita memang tak dapat berbuat apa-apa. Jika kita bersikukuh mempertahankan bantuan dari desa tetangga itu bukan tidak mungkin nanti kita akan di perlakukan kasar oleh mereka bahkan bisa saja ada di antara kita yang menjadi korban,” tutur Pamungkas menyabarkan hati para warganya yang sedih atas perlakuan rombongan anggota Padepokan Lumut itu.“Sekarang beberapa dari kalian pergilah berburu untuk makan malam kita nanti, dan yang lain tetap ke lahan persawahan berkerja dan bercocok tanam kembali,” sambung Pamungkas.“Baik Mas,” ucap mereka, kemudian melakukan apa yang di perintahkan kepala desa mereka itu.Sementara di Padepokan Lumut rombongan yang tadi berhasil membawa seluruh bantuan dari desa tetangga di Desa Telaga itu di puji oleh Lenggo Lumut, mereka di perlakukan spesial di padepokan itu.“Mari kita minum bersama atas keberhasilan kalian ini..! Ha..ha..ha..!” seru Lenggo Lumut mengajak rombongan anak buahnya yang dari Desa Telaga itu untuk berpesta minuma

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 103. Dendam Mantili

    “Mereka semua berlarian mengungsi ke daerah perbukitan di sebelah utara desa itu, setelah sehari semalam pula mereka mengungsi begitu air Kali Mas surut dan pemukiman mereka telah layak untuk dihuni mereka pun kembali ke desa,” Sapto menjelaskan.“Kasihan mereka ya, Paman?”“Ya, siang tadi kami seluruh warga desa di sini memberi bantuan berupa beras dan lauk pauk karena lahan persawahan dan persediaan makanan mereka habis semua di sapu arus banjir.”“Berapa lama bantuan tadi siang itu dapat mereka gunakan, Paman?”“Kalau dari warga Desa Tandur ini saja, mungkin dapat mereka gunakan 3 sampai 4 hari saja, tapi desa-desa tetangga lainnya juga pasti membantu hingga nanti mereka dapat menggunakannya untuk kebutuhan 3 minggu hingga sebulan.”“Mereka juga kawasan desa di bawah kekuasaan Padepokan Lumut, Paman Sapto?” kali ini Mantili yang bertanya.“Ya, mereka juga musti membayar upeti setiap bulannya ke padepokan itu.”“Wah, bahaya kalau sampai anggota Padepokan Lumut menagih upeti bulan in

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status