Alyssa, Arasha, Langit dan Veldora ada di ruangan OSIS. Mereka semua sedang mengerjakan tugas OSIS, kecuali Langit yang datang ke ruangan OSIS hanya untuk bersantai dan mengawasi Arasha.
Langit memang terbilang baru di perkumpulan mereka. Namun dalam waktu yang singkat itu, Langit dapat menjalin hubungan yang sangat erat dengan ketiga orang itu. Seakan-akan telah menutupi ruang kosong yang telah ditinggalkan oleh Dalfon.
Langit pengganti Dalfon. Itu adalah hal yang bodoh. Karena mau sampai kapan pun, tidak akan ada seorang pun yang bisa menggantikan posisi Dalfon di hati mereka. Dalfon memang orang tidak teratur, dingin, dan suka seenaknya, namun laki-laki itu adalah laki-laki yang setia pada sahabat-sahabatnya. Tidak pernah membiarkan sahabatnya mendapatkan masalah dalam waktu yang masalah. Bahkan dirinya rela mengorbankan apa pun untuk membantu temannya. Hal itulah yang membuat sosok Dalfon tidak akan pernah tergantikan.
Langit sendiri juga tau akan hal itu. Dirinya tidak akan pernah bisa sebanding dengan Dalfon. Maka dari itu, Langit tidak pernah berusaha untuk menggantikan posisi Dalfon di kehidupan ketiga orang itu. Namun Langit berusaha untuk membuat ruangnya sendiri. Ruang yang khusus untuk dirinya sendiri dan tidak akan pernah ada satu orang pun yang bisa menempati ruang itu selain dirinya sendiri.
Tentang Dalfon. Mereka sama sekali belum mendapatkan kabar tentang laki-laki itu. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat acara pelatikan kepala keluarga baru. Dan setelah itu Dalfon menghilang sampai sekarang.
Dalfon juga tidak pernah sekali pun berangkat sekolah sejak hari itu. Pihak sekolah juga belum menghapus nama Dalfon dari daftar siswa SMA Bulan. Pasalnya Carles memaksa pihak sekolah untuk menetapkan Dalfon sebagai siswa sampai laki-laki itu datang sendiri untuk menyatakan keluar dari bagian SMA Bulan.
Carles percaya bahwa laki-laki itu akan datang.
Tidak begitu lama setelah Alyssa meletakkan sebuah berkas di meja milik Arasha, terdengar jelas sebuah dentuman keras dari arah belakang sekolah. Dan bukan hanya dentuman, namun juga sebuah gempa kecil. Yang menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi di belakang sekolah.
Sontak itu membuat semua orang langsung lari ke arah belakang sekolah untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Tidak terkecuali para anggota OSIS yang juga penasaran dengan asal dentuman tadi. Ditambah lagi, Arasha dan Alyssa merasakan ada sebuah energi sihir yang teramat besar berasal dari belakang sekolah. Membuat mereka yakin bahwa ada seseorang yang menggunakan sihir untuk menyerang siswa sekolah mereka.
Semua orang terkejut saat melihat ada sebuah pohon yang tingginya melebihi tinggi sekolah mereka. Dan besar pohon itu juga terbilang sangat besar. Bukan cuma itu saja, yang membuat mereka lebih terkejut lagi adalah ada beberapa murid dari sekolah mereka yang terlilit oleh akar gantung dan ada juga yang tertahan oleh batang pohon.
Tentu saja pohon itu bukanlah pohon biasa. Karena sebelumnya di tempat itu hanya ada bunga-bunga dan beberapa kolam untuk ikan kecil. Dan tiba-tiba saja pohon itu muncul dengan hanya sekali lihat saja semua orang bisa tau bahwa pohon itu muncul karena sihir seseorang.
Sebuah sihir yang tidak pernah diketahui oleh Alyssa, Arasha, Langit, dan Veldora sebelumnya. Membuat mereka langsung bersiaga untuk hal yang terburuk.
Alyssa berjalan mendekat ke arah pohon itu. Entah kenapa, ia merasa bahwa pohon itu memiliki sihir yang sama dengan sihir keluarganya. Yang membuatnya berpikir jika ia bisa memegang pohon itu, mungkin saja ia akan mengetahui siapakah orang yang telah menggunakan sihir dalam skala besar untuk memanggil pohon ini dan menyandra beberapa murid sekolahnya.
"Bukankah ini adalah pohon yang sangat indah?" tanya seseorang dari atas pohon.
Sontak semua orang langsung melihat ke sumber suara. Menatap ke seorang laki-laki dengan almamater SMA Bulan yang sedang duduk santai di atas dahan pohon sambil menatap ke arah bawah.
Mata Alyssa, Arasha, Langit, dan Veldora membulat sempurna saat melihat wajah dari laki-laki itu. Mereka berempat memang sudah sangat lama tidak melihat laki-laki itu. Namun mereka tidak akan bisa melupakan wajah dari laki-laki itu. Karena laki-laki itu adalah Dalfon.
Namun ada beberapa perbedaan dari penampilan Dalfon yang sekarang. Rambutnya yang sekarang berwarna biru dengan beberapa warna putih di bagian pinggirnya. Dan wajah laki-laki itu terlihat lebih tampan dari sebelumnya.
Dalfon yang tadinya sedang bersantai pun langsung loncat begitu saja. Jarak antara dahan yang tadi ia tempati dengan tanah memang terbilang cukup jauh. Namun turun dari ketinggian segitu bukanlah hal yang sulit bagi Dalfon.
Dalfon mendarat dengan selamat tepat di hadapan Alyssa yang masih belum percaya dengan kehadiran Dalfon. Tentu saja ia terkejut karena laki-laki yang selama ini keberadaan telah lama menghilang, kini kembali muncul di hadapannya.
"Woi, Dalfon. Untuk apa kamu melakukan semua ini?" tanya Carles dari lantai dua yang juga datang karena penasaran.
"Mereka mengganggu waktu tidurku. Jadi bukankah ini adalah hukuman yang pantas untuk mereka?" jawab Dalfon sambil menatap Carles.
"Jangan bercanda. Mau bagaimana pun juga ini adalah lingkup sekolah. Kamu tidak bisa menggunakan kekuatanmu semena-mena. Ada aturan yang harus kamu taati di sini."
Dalfon menghembuskan nafas panjang mendengar hal itu. Membosankan. Itulah yang ia rasakan saat ini. Padahal ia kira akan ada sesuatu yang menarik jika ia kembali ke sekolah ini. Namun sepertinya dugaannya itu salah.
"Kita akan bertemu kembali nanti malam. Jadi siapkan diri kalian baik-baik, karena pertemuan Lima Keluarga Besar nanti malam akan sedikit mencekam," ujar Dalfon sambil mengelus pelan kepala Alyssa.
"Pilihan yang bagus, Sha," lanjut Dalfon sambil menatap Arasha.
Setelah mengatakan kalimat itu, Dalfon langsung menghilang dari hadapan semua orang tanpa sedikit jejak pun. Pohon yang tadinya muncul pun langsung menghilang secara mendadak, membuat semua murid yang tadi bergelantungan di atas langsung jatuh ke tanah.
Langit merasa ada yang aneh. Langit memang hanya beberapa kali bertemu dengan Dalfon. Namun Langit yakin bahwa Dalfon yang baru saja ada di hadapannya bukanlah Dalfon yang seharusnya. Dalfon yang baru saja ia lihat terasa lebih dingin dan seakan dikelilingi niatan jahat. Seakan-akan Dalfon yang sekarang adalah orang jahat.
Vinka berjalan santai di taman rumahnya sambil menikmati hawa dingin malam dan keindahan bulan purnama yang nampak sangat indah malam ini.Tidak ada alasan khusus atas tindakannya kali ini. Ia hanya bosan di kamar dan tidak tau harus berbuat apa untuk menghilangkan rasa bosan yang ia rasakan kali ini.Langkahnya mendadak terhenti saat matanya tidak sengaja melihat sebuah bunga krisan miliknya yang ternyata sudah mekar.Ia berjongkok di hadapan bunga itu dengan tangannya yang mulai menyentuh bunga itu. Ia tersenyum kecil, mengingat bahwa bunga krisan adalah bunga yang pertama kali ia taman bersama dengan kakak laki-lakinya yang telah lama meninggal."Bukankah itu bunga yang bagus?"Suara itu tiba-tiba saja muncul dari belakang Vinka. Vinka terkejut sempurna, karena sebelumnya ia sangat yakin bahwa tidak ada siapa pun di taman itu selain dirinya. Dan tiba-tiba saja ada suara laki-laki dari arah belakangnya yang membuatnya langsung berdiri dan berbalik badan.Mata Vinka membulat sempurna
Vinka bimbang dengan kesepakatan yang ditawarkan oleh Dalfon. Jujur saja, ia sudah sangat menantikan saat-saat di mana Dalfon muncul di depan publik dengan nama Virgo sebagai nama belakangnya.Namun Vinka merasa ada yang salah dengan ini semua. Menjauhkan Dalfon dari keluarga Gracia. Ia bisa saja melakukan hal itu dengan mudah. Namun Vinka sadar bahwa itu bukanlah hal yang seharusnya ia lakukan.Kesepakatan ini sangat menguntungkan. Namun juga sangat mengerikan. Menguntungkan karena dengan masuknya Dalfon sebagai anggota keluarganya, maka ia tidak perlu mengkhawatirkan lagi bagaimana nasib keluarganya di masa yang akan datang. Vinka yakin bahwa laki-laki itu bisa membuat keluarganya lebih berkembang dan mungkin saja bisa membuat keempat keluarga yang lainnya tunduk pada keluarga mereka.Namun kesepakatan ini juga sangat mengerikan baginya. Pasalnya ia harus menjauhkan Dalfon dari Alice. Hubungannya dengan Alice akhir-akhir ini sudah terbilang sangat baik. Dan jika ia melakukan hal it
Seluruh anggota Keluarga Lima Besar diundang ke mansion milik keluarga Virgo. Sebuah pesta diadakan oleh Vinka malam ini. Namun tidak ada yang tau untuk apa pesta itu diadakan. Bahkan para anggota keluarga Virgo sendiri pun belum mengetahui alasan kenapa tiba-tiba Vinka mengadakan sebuah pesta dan mengundang banyak sekali anggota Keluarga Lima Besar.Hanya Vinka yang tau alasan dari pesta itu diadakan. Dan tidak ada satu pun orang yang berhasil mendapatkan jawaban atas alasan Vinka membuat pesta itu.Semua anggota Lima Keluarga Besar diundang secara khusus. Bukan cuma para anggotanya saja, para pengawal juga diizinkan untuk datang dan menikmati pesta selama para pengawal menggunakan pakaian yang pantas dan tidak melupakan perbedaan status mereka.Dan pesta itu berlangsung dengan lancar sampai sekarang. Dengan segala makanan dan minuman yang tersedia, para tamu undangan menikmati hidangan sambil menikmati sebuah iringan lagu yang telah dimainkan oleh penyanyi kelas atas yang telah dise
Alice menatap secara saksama punggung laki-laki yang telah menyelamatkannya. Ia sangat merindukan laki-laki itu. Saking rindunya, ia ingin langsung memeluk tubuh laki-laki itu dan tidak akan melepaskannya lagi untuk selamanya.Namun Alice tidak bisa melakukan hal itu. Masalah antara dirinya dan Dalfon masih belum selesai. Masih ada beberapa persoalan yang belum menemukan titik terang dan sebelum semua masalah itu selesai, hubungan mereka tidak akan pernah bisa sedekat dulu."Sepertinya terlalu banyak yang menjadi korban di sini," ujar seorang perempuan dengan gaun berwarna putih dan sebuah topi berjenis sun hat.Perempuan itu berjalan santai melewati tubuh para korban dengan sebuah senyuman di wajahnya. Tidak ada satu pun orang yang bisa melihat secara utuh wajah dari perempuan itu. Pasalnya wajah perempuan itu ditutupi oleh selembar kertas dengan sebuah huruf kuno. Tentu saja itu bukanlah sebuah kertas biasa. Kertas yang digunakan oleh perempuan itu adalah kertas mistis. Kertas yang
Arasha melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolah. Ia sangat letih dengan segala kegiatan organisasinya. Jadi ia berniat untuk langsung masuk ke dalam mobil jemputannya dan sesampainya di rumah, ia akan langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuknya.Dari tempatnya sekarang, ia sudah bisa melihat jelas sebuah mobil putih milik keluarganya terparkir di seberang jalan dan ada beberapa pengawal sedang berjaga-jaga di sekitar mobil itu.Pemandangan yang sangat membosankan. Setiap ia pulang sekolah, selalu saja pemandangan seperti ini yang ia lihat. Sebenarnya ia sudah mulai jenuh dengan ini semua. Sebenarnya ia pernah meminta ayahnya supaya tidak mengirimkan mobil jemputan berserta para pengawal untuk dirinya. Namun ayahnya menolak permintaan Arasha mengingat sekarang Fla sedang gencar-gencarnya mencari titik lemah para Lima Keluarga Besar. "Mau kencan sebentar?" Suara itu tiba-tiba saja terdengar di telinga. Sontak dengan kecepatan tinggi, ia langsung menoleh ke arah kanan. Untu
Dalfon dan Arasha sudah sampai di wahana bermain yang sangat terkenal di kota mereka. Tentang penyamaran, Arasha tidak menggunakannya. Karena Dalfon baru teringat bahwa ia bisa menyamarkan penampilan orang lain dengan cara menyelimuti orang itu dengan aura miliknya.Jadi Arasha sekarang bisa melakukan semua yang ingin ia lakukan tanpa harus menjaga martabatnya sebagai penerus keluarga Mafuyu.Dalfon sendiri sangat bahagia saat Arasha terus menerus menariknya menaiki satu per satu wahana yang ada di sana.Arasha terlihat sangat antusias dan berbahagia. Sedangkan Dalfon sendiri juga terlihat sangat menikmati segala sesuatu yang bisa menimbulkan senyuman di bibir Arasha.Roller coaster, bumper car dan beberapa wahana yang lainnya mereka nikmati. Tidak lupa juga mereka memasuki Area Adventure land. Yang merupakan sebuah area yang disiapkan supaya para pengunjung bisa merasakan rasanya berpetualang di dunia antah berantah, banyak area yang bernuansa seperti hutan, teluk, dan gedung-gedung
Dalfon dan Arasha sudah ada di depan kediaman Mafuyu. Dalfon telah mengantarkan perempuan itu pulang ke rumahnya dengan selamat. Dan sekarang adalah akhir dari segala kesenangan mereka.Berpisah. Mereka akan melakukan itu. Arasha akan melanjutkan kehidupannya, sebagaimana seharusnya. Sedangkan Dalfon harus melakukan apa yang seharusnya ia lakukan."Mau mampir sebentar?" tanya Arasha sambil menunjuk rumahnya."Sebentar lagi akan hujan, jadi aku harus pulang secepatnya. Ditambah lagi, aku harus mampir ke rumah Vedora untuk mengembalikan mobilnya," jawab Dalfon sambil menggeleng pelan."Baiklah kalau begitu. Terima kasih untuk hari ini. Aku sangat-sangat menikmatinya.""Ya, aku juga."Mereka kembali terdiam. Masih banyak lagi hal yang ingin mereka sampaikan, namun mereka bingung dengan cara apa mereka harus memulainya."Oh, iya. Ini foto yang tadi diambil di foto box. Kamu simpan dua dan aku juga dua," ujar Arasha sambil mengambil foto card di dalam tasnya lalu memberikannya pada Dalfon.
Arasha, Alyssa, dan Vedora sedang berada di ruang OSIS. Seperti biasa, mereka sedang mengecek beberapa dokumen sekolah dan memberikan tanda tangan pada surat-surat perizinan acara sekolah.Langit juga ada di sana, namun ia hanya duduk di sofa sambil bersantai. Ia tidak melakukan apa pun selain memainkan ponselnya dan memakan cemilan yang tadi ia beli di kantin bersama Vedora."Aku tidak melihat Dalfon hari ini di sekolah, apa dia tidak masuk lagi?" tanya Langit setelah menguyah makanan yang ada di mulutnya."Bukankah itu sudah biasa? Dia masuk dan bolos sesukanya. Untuk apa kamu memikirkannya?" tanya Alyssa balik.Tangan kanan Arasha berhenti saat mendengar nama Dalfon disebutkan oleh Langit dan Alyssa. Ia masih belum bisa melupakan kejadian kemarin. Atau lebih tepatnya, ia selalu mengingat segala kejadian malam itu di setiap detiknya. Membuatnya merasa kesal dan sedih."Tentang Dalfon. Sepertinya kemarin dia sedang ada acara. Dan entah bagaimana ceritanya kemarin malam saat hujan der
Pertempuran benar-benar sudah berakhir. Dan tidak ada satu pun pemenang dari pertempuran ini. Pasalnya sejak awal pertempuran ini adalah pertempuran antara Fla dengan Dalfon. Dan dari kedua pihak itu tidak ada yang benar-benar selamat sampai akhir. Anggota Fla benar-benar sudah habis di tangan Dalfon. Lalu hidup Dalfon berakhir karena jiwanya terlalu lama menahan energi sihir dan aura secara bersamaan.Nara dan Bionce menatap tubuh Dalfon yang tergeletak di tanah. Tidak ada satu pun luka atau pun goresan di tubuh laki-laki itu. Ia mati karena ulahnya sendiri. Bukan karena perbuatan dari musuh-musuhnya. Itulah hal yang mengenaskan dari kematiannya.Mereka tidak bisa melakukan apa pun. Bahkan jika mereka menyatukan kekuatan dan berusaha mengumpulkan lalu menyatukan jiwa-jiwa Dalfon, mereka tetap tidak akan pernah bisa berhasil menghidupkan kembali Dalfon. Sejak awal mereka semua sudah tau bahwa pertempuran kali ini adalah pertempuran terakhir bagi Dalfon. Dan Dalfon sendiri juga menge
Bionce mengalirkan beberapa aura miliknya ke Alyssa, supaya perempuan itu bisa tenang dan melupakan segala rasa takut yang membelenggunya.Alyssa yang mulai merasa tenang pun akhirnya bisa berdiri dan menatap ke arah Bionce. Yang dilihat oleh Alyssa di wajah Bionce adalah sebuah sinar yang terang. Ia tidak bisa melihat secara jelas wajah perempuan itu. Namun entah kenapa, ia merasa sangat yakin bahwa perempuan yang ada di hadapannya itu memiliki wajah yang sangat cantik."Aku akan menyatukan hatimu dengan alam bawah sadar Dalfon. Kamu hanya punya satu kesempatan. Jadi pastikan apa yang akan kamu ucapkan itu memang bisa membuat Dalfon sadar," ujar Bionce dengan suara lembut.Bionce mengangkat tangan kirinya langsung menurunkannya dengan cepat. Di saat itu juga, wujud rubah Nara dan Dalfon langsung terhantam ke arah tanah dan tertahan karena adanya sebuah gaya gravitasi yang sangat kuat. Saking kuatnya bahkan dengan kemampuan maksimal Nara, Nara mustahil untuk melawan energi itu."Oi, j
Nara berdiri di sebuah tebing tinggi yang ada di hutan utara. Ia menatap ke arah seekor rubah putih berukuran sangat besar yang sedang mengamuk di jarak yang cukup jauh dari tempatnya berdiri sekarang.Sosok rubah itu adalah Dalfon. Memang benar kontrak antara dirinya dengan Dalfon sudah berakhir, namun Dalfon bisa saja berubah menjadi wujudnya menggunakan kekuatan aura yang dimilikinya.Dan sekarang terjadi. Yang membuat Nara waspada adalah ekor ketujuh Dalfon yang mulai muncul. Masih ada tiga ekor lagi, sebelum Dalfon benar-benar dalam kondisi sempurna.Jika seandainya Dalfon benar-benar bisa mencapai ekor kesepuluh dan tidak ada satu pun orang yang bisa menghentikannya sebelum ekor kesepuluhnya muncul, maka bukan hanya para anggota Fla saja yang lenyap. Seluruh manusia berpotensi lenyap.Ekor kesepuluh adalah jembatan antara kekuatan neraka dan bumi. Jika itu muncul, maka Dalfon akan menguasai sihir dan aura yang bisa melenyapkan banyak manusia hanya sekali jentik.Nara memalingkan
Nara menatap malas Alice yang masih pingsan di hadapannya. Dengan kekuatannya ia mencoba untuk menetralisir racun dan menutup luka yang ada di tubuh perempuan itu.Ia sebenarnya tidak rela jika harus menggunakan kemampuannya hanya untuk menyelamatkan perempuan itu. Namun karena orang yang memintanya adalah Dalfon maka mau tidak mau harus melakukannya. Lagipula mau bagaimana pun juga, Alice adalah istri Michaels, jadi untuk kali ini saja ia akan membuat pengecualian."Tingkahnya yang seenaknya sendiri seperti ini, bukankah mengingatkanmu pada seseorang, Nona Vinka?" tanya Nara sambil menatap Vinka."Ya. Dia terlihat mirip dengan ayahnya," jawab Vinka dengan sebuah senyuman di bibirnya.Nara ikut tersenyum kecil mendengar hal itu. Untuk beberapa hal, terkadang Dalfon terlihat seperti Alice. Dan untuk beberapa hal yang lainnya, Dalfon terlihat sangat mirip dengan Michaels. Membuatnya benar-benar terlena bahwa laki-laki itu adalah anak dari Bionce."Dalfon adalah anak dari Alice Gracia da
Semua pemimpin dan pewaris keluarga Virgo, Aurora, Mafuyu di sebuah mansion Alice saat mendengar keluarga Gracia mendapatkan serangan mendadak dari pasukan Fla.Mereka berdiri mengelilingi Alice yang sedang pingsan di atas kasur. Noel berada di sisi Alice sambil menceritakan seluruh kejadian yang ada.Semua orang tentu saja terkejut saat mengetahui bahwa Nichola adalah dalang dari semua ini. Dan mereka semua juga sangat marah, karena merasa kepercayaan mereka telah disia-siakan oleh keluarga Venus.Sedikit perdebatan terjadi, saat mereka mulai membahas tentang bagaimana rencana selanjutnya. Keluarga Mafuyu dan Aurora berpikir bahwa mereka harus menyerang balik keluarga Venus supaya semuanya cepat selesai. Namun keluarga Virgo dan Noel sebagai perwakilan keluarga Gracia berpikir bahwa serangan balik sekarang adalah sebuah pilihan yang buruk, pasalnya mereka belum mendapatkan informasi tentang sejauh apa kekuatan yang dimiliki oleh pasukan musuh.Perdebatan itu terhenti seketika saat a
Penjagaan di kediaman Alice tiba-tiba saja meningkat menjadi tingkat darurat saat mengetahui ada beberapa orang memasuki wilayah tanpa izin dan melukai beberapa penjaga yang ada di sana.Alice sudah memberikan perintah kepada para penjaga untuk tidak ragu membunuh orang-orang yang mencurigakan. Alice sendiri sekarang sedang ada di ruang kerjanya bersama Keenan, Noel, dan Langit. Ketiga orang itu memiliki kemampuan bertarung yang cukup unggul kalau dibandingkan para penjaga yang lainnya. Namun entah kenapa, Alice tetap merasa tidak tenang berada di sekitar mereka.Alice seakan merasakan ada sebuah celah besar di antara mereka berempat. Dan celah itu bisa saja dimanfaatkan oleh para penyusup untuk menghancurkan mereka.Mengingat para penyusup tetap bergerak walau keamanan sudah ditingkatkan, membuat Alice yakin bahwa penyusup kali ini memang sudah mempersiapkan segalanya dan sangat percaya diri dengan taktik yang mereka miliki.Sampai pada akhirnya ada seseorang yang membuka pintu ruan
Saat sedang perjalanan pulang sekolah, Dalfon tidak sengaja melihat ada seorang nenek tua sedang duduk di kursi halte. Ia pernah dua kali bertemu dengan nenek tua itu. Pertemuan pertamanya dengan nenek tua itu adalah saat ia sedang bersenang-senang di taman bermain dengan Alice. Dan pertemuannya kedua adalah saat Nara menguasai tubuhnya selama ia berlatih di surga bersama Michaels.Nenek tua adalah Rika. Guru Michaels.Dalfon duduk di sebelah Rika, lalu menyodorkan sebuah minuman kepada Rika. Rika pun menengok ke arah Dalfon. Memang benar, usianya sudah sangat tua. Dan ada banyak sekali ingatannya yang sudah hilang dari kepalanya. Namun hanya dengan sekali lihat wajah Dalfon, ia bisa langsung mengingatnya. Wajah laki-laki yang sekarang duduk di sampingnya sekilas terlihat seperti muridnya yang telah mati."Akan sangat merepotkan jika orang tua sepertimu tersesat di jalan. Jadi bagaimana kalau aku antarkan kamu ke rumahmu?" tanya Dalfon sambil bersandar ke punggung kursi."Aku sedang
Dalfon menemani Alyssa berjalan-jalan di alun-alun kota. Ajakan yang terlalu mendadak dan sepertinya tidak ada satu pun ekspresi bahagia di wajah Alyssa, membuat Dalfon merasa bahwa Alyssa mengajaknya ke tempat itu bukan untuk jalan berdua. Firasat Dalfon mengatakan bahwa Alyssa sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Dan sesuatu itu pasti ada hubungannya dengan tempat ini.Dalfon secara diam-diam memperluas jangkauan radar aura miliknya. Mencari tau apakah ada orang yang ia kenali di tengah-tengah kerumunan massa yang sedang menikmati indahnya malam di alun-alun kota itu.Namun sebelum auranya mulai mencari, matanya sudah lebih dulu menatap seorang perempuan cantik menggunakan gaun berwarna putih dan sebuah topi pantai untuk menutupi wajahnya supaya tidak dikenali oleh orang lain. Memang wajah perempuan itu tidak terlalu terlihat, namun hanya dengan sekali pandang saja Dalfon langsung tau bahwa perempuan itu adalah Arasha.Dalfon menghembuskan nafas panjang. Sekarang ia mengerti, ala
Dalfon tersenyum kecil saat melihat Rachel sedang melangsungkan beberapa sihir tingkat renda, menengah, dan atas secara bergantian. Memang terbilang baru, namun progres Rachel dalam pelatihan ini cukup bagus. Dalfon sendiri tidak menyangka bahwa akan secepat ini. Jika perkembangan Rachel terus menerus seperti ini, Dalfon yakin tidak akan membutuhkan waktu lama untuk Rachel bisa menggunakan sihir tingkat atas sesuka hatinya. Di tengah-tengah Rachel mencoba menggunakan sihir tingkat atas untuk yang kedua kalinya, Dalfon langsung menggenggam erat tangan kanan Rachel. Membuat lingkaran sihir yang tadinya sudah muncul di hadapan Rachel, langsung menghilang begitu saja. "Sudah cukup untuk hari ini. Kita tidak bisa melanjutkannya. Kapasitas sihirmu sangatlah sedikit sekarang. Jika kamu melanjutkannya maka tubuhmu akan hancur," ujar Dalfon sambil perlahan melepaskan tangan Rachel. "Baiklah," ujar Rachel menuruti perkataan Dalfon. Dalfon dan Rachel pergi ke sebuah gazebo untuk mengambil ha