Seluruh anggota Keluarga Lima Besar diundang ke mansion milik keluarga Virgo. Sebuah pesta diadakan oleh Vinka malam ini. Namun tidak ada yang tau untuk apa pesta itu diadakan. Bahkan para anggota keluarga Virgo sendiri pun belum mengetahui alasan kenapa tiba-tiba Vinka mengadakan sebuah pesta dan mengundang banyak sekali anggota Keluarga Lima Besar.
Hanya Vinka yang tau alasan dari pesta itu diadakan. Dan tidak ada satu pun orang yang berhasil mendapatkan jawaban atas alasan Vinka membuat pesta itu.
Semua anggota Lima Keluarga Besar diundang secara khusus. Bukan cuma para anggotanya saja, para pengawal juga diizinkan untuk datang dan menikmati pesta selama para pengawal menggunakan pakaian yang pantas dan tidak melupakan perbedaan status mereka.
Dan pesta itu berlangsung dengan lancar sampai sekarang. Dengan segala makanan dan minuman yang tersedia, para tamu undangan menikmati hidangan sambil menikmati sebuah iringan lagu yang telah dimainkan oleh penyanyi kelas atas yang telah disewa oleh Vinka.
Beberapa orang menikmati pesta itu dengan santai. Namun ada juga beberapa orang yang tidak bisa menikmati pesta karena bertanya-tanya mengapa pesta itu tiba-tiba saja diadakan.
Misalnya, Rachel dan Alyssa. Mereka adalah anak Vinka. Dan penerus keluarga Virgo. Namun mereka sama sekali tidak diberitahu alasan tentang diadakannya pesta ini. Membuat mereka bertanya-tanya sebenernya apa yang sedang direncanakan oleh Vinka.
Rachel dan Alyssa berkumpul bersama teman-teman mereka di salah satu sudut ruangan pesta. Berbincang-bincang ringan sambil menunggu ujung acara, supaya mereka bisa pergi dari pesta membosankan ini.
Vedora, Gio, Arasha, dan Langit menjadi teman bicara mereka saat ini. Mereka mengamati pesta sambil menikmati hidangan ringan yang ada di meja dekat mereka.
Vedora mengamati seluruh orang yang datang ke pesta ini. Tentu saja ia tidak berniat untuk datang. Karena menurutnya menjaga pelelangan lebih penting daripada pesta bodoh ini. Namun karena paksaan dari Nicola, mau tidak mau ia harus datang.
"Sa, sebenarnya acara ini untuk apa?" tanya Vedora sambil menatap Alyssa.
"Aku juga tidak tau. Bunda tiba-tiba saja mengadakan acara ini tanpa memberitahu keluarga. Dan setiap ditanya, bunda tidak pernah mau menjawabnya," jawab Alyssa.
"Apakah mungkin ada anggota keluarga baru di keluarga kalian? Pesta ini mengingatkanku pada pesta penyambutan yang pernah dibuat keluargaku saat menyambut salah satu orang kepercayaan ayahku," sahut Gio.
"Aku rasa tidak. Kalau memang ada anggota keluarga baru, seharusnya kami sudah diberitahu sejak awal," jawab Rachel.
"Sepertinya acara ini diadakan untuk memancing anggota Fla muncul. Tentang kabar bahwa tidak ada yang tau tentang pesta ini diadakan pasti itu bohong. Para pemimpin keluarga pasti sudah sepakat untuk mengadakan acara ini dan maka dari itu para pengawal juga diundang di acara ini," sahut Langit dengan nada kecil supaya hanya orang-orang di sekitarnya yang bisa mendengar suaranya.
"Bukankah itu terlalu berbahaya? Orang di sini terlalu banyak. Untuk mencari anggota Fla di antara segini banyaknya orang adalah hal yang mustahil," balas Arasha.
"Benar. Itu adalah hal yang mustahil. Maka dari itu, para pemimpin menggunakan umpan untuk memancing anggota Fla muncul. Dan sekarang pertanyaannya adalah siapakah orang yang dijadikan umpan itu," jawab Langit.
Langit sangat yakin bahwa tebakannya kali ini benar. Taktik seperti ini sudah berkali-kali dipraktikkannya saat ia berada di sekolah militer. Namun bedanya kali ini adalah para individu harus menyadari kondisi yang terjadi sekarang tanpa mendapatkan sebuah petunjuk sedikit pun.
Para pemimpin tidak memberikan sedikit informasi lebih lanjut pada para pengawal mereka. Karena mereka yakin bahwa setidaknya ada satu orang di sekitar mereka yang sebenarnya adalah seorang pengkhianat. Jadi mereka tidak bisa mempercayai siapa pun sekarang.
Tiba-tiba saja lampu yang ada di mansion panik. Para pemimpin keluarga panik saat itu. Karena listrik padam bukanlah bagian dari rencana mereka.
Tidak ada penerangan sedikit pun di ruangan itu. Membuat semua orang tidak bisa melihat apa pun. Dan di kegelapan itu, terdengar sebuah kericuhan. Ada beberapa barang jatuh ke lantai lalu pecah. Dan ada juga beberapa teriakan orang kesakitan.Kegaduhan itu terjadi sekitar satu menit. Setelah satu menit berlangsung, tiba-tiba saja senyap tidak ada suara sedikit pun. Bahkan suara orang-orang yang tadi berteriak pun sudah tidak ada.
Volva menggunakan sihir api keluarganya untuk membuat sebuah api kecil supaya ada sedikit penerangan sehingga ia bisa melihat apa yang sudah terjadi dan kenapa tiba-tiba suasana ruangan menjadi senyap.
Namun Volva terkejut seketika karena tiba-tiba saja sihir yang ia gunakan langsung lenyap begitu saja. Membuatnya langsung berpikir bahwa di ruangan itu sekarang ada sebuah penangkal sihir yang sedang aktif sehingga ia tidak bisa mengaktifkan sihir miliknya.
"Apa ada yang bisa mendengar suaraku? Ini adalah penangkal sihir. Aku akan menggunakan sihir milikku untuk menembus sihir ini. Jadi pastikan kalian tidak mengaktifkan sihir saat aku menggunakan sihirku," teriak Shisa.
Shisa juga menyadarinya. Ia memang sudah lanjut usia. Namun ia bisa langsung sadar bahwa ada seseorang yang sedang mengaktifkan penangkal sihir di mansion tempatnya berdiri sekarang, sehingga tidak ada satu pun orang dari Lima Keluarga Besar yang bisa menggunakan sihir.
"Sihir Mafuyu ... Penghancur Lapisan," ujar Shisa lalu menepuk kedua tangannya dengan keras.
Penangkal sihir memang bekerja untuk sihir-sihir dasar sampai menengah. Namun penangkal sihir tidak akan bisa bertahan jika harus berbenturan dengan sihir tingkat tinggi sampai sihir larangan. Dan yang digunakan oleh Shisa tadi adalah sihir tingkat tinggi. Sehingga penangkal sihir yang tadinya ada di sekitar mereka langsung lenyap seketika.
Tidak lama setelah penangkal sihir lenyap, lampu mansion mulai nyala satu per satu. Sampai pada akhirnya, semua lampu menyala dan para anggota Lima Keluarga Besar membulat sempurna melihat begitu banyaknya pengawal yang tergeletak di lantai dengan luka parah di bagian tubuh mereka.
Bercak darah berada di mana-mana. Tubuh para pengawal juga berserakan dari tengah ruangan sampai sudut ruangan.
Pemandangan yang seharusnya tidak pernah mereka lihat. Dan seharusnya juga tidak pernah terjadi.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Dan siapa orang yang telah melakukan ini?" tanya Volva dengan matanya yang masih membulat sempurna.
"Mati kamu!" teriak seorang laki-laki dengan sebuah pisau tajam di tangannya.
Mata Alice membulat sempurna saat melihat ada seorang laki-laki yang sedang berlari ke arahnya dengan sebuah pisau yang diarahkan padanya.
Keterkejutan itu membuat tubuh Alice tidak bisa bergerak sedikit pun. Dan jarak antara laki-laki itu dengan Alice sangatlah dekat. Membuat para pemimpin pun tidak akan sempat jika merapal sihir perlindungan untuk Alice.
Dalam seperkian detik, pisau tajam yang dipegang oleh laki-laki itu menancap sempurna di bagian perut. Namun bukan Alice yang terkena. Melainkan Dalfon yang tiba-tiba saja muncul di antara penyerang dan Alice. Sehingga pisau yang tadinya seharusnya mengenai Alice, berganti mengenai tubuhnya.
Melihat kehadiran Dalfon membuat semua semakin terkejut. Pasalnya sejak awal pesta dimulai, mereka sama sekali tidak melihat keberadaan Dalfon. Dan tiba-tiba saja Dalfon muncul untuk menyelamatkan Alice.
"Fla, ya? Aku rasa kalian tidak buruk juga. Namun lihatlah dengan siapa kalian berhadapan," ujar Dalfon sambil menatap laki-laki yang di hadapannya dengan tajam.
Langit loncat dari arah belakang Dalfon, lalu menendang teroris itu dengan keras sehingga tersungkur di lantai dan tidak bisa berkutik. Langit memakai sedikit sihirnya pada tendangannya tadi, membuat tendangannya akan terasa sangat sakit dan membuat orang yang terkena akan pingsan dalam waktu yang cukup lama.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Langit sambil melirik ke arah Dalfon.
"Bukankah sudah jelas?" tanya Dalfon balik sambil mengambil pisau yang menancap pada perutnya lalu melempar pisau itu ke lantai.
Alice menatap secara saksama punggung laki-laki yang telah menyelamatkannya. Ia sangat merindukan laki-laki itu. Saking rindunya, ia ingin langsung memeluk tubuh laki-laki itu dan tidak akan melepaskannya lagi untuk selamanya.Namun Alice tidak bisa melakukan hal itu. Masalah antara dirinya dan Dalfon masih belum selesai. Masih ada beberapa persoalan yang belum menemukan titik terang dan sebelum semua masalah itu selesai, hubungan mereka tidak akan pernah bisa sedekat dulu."Sepertinya terlalu banyak yang menjadi korban di sini," ujar seorang perempuan dengan gaun berwarna putih dan sebuah topi berjenis sun hat.Perempuan itu berjalan santai melewati tubuh para korban dengan sebuah senyuman di wajahnya. Tidak ada satu pun orang yang bisa melihat secara utuh wajah dari perempuan itu. Pasalnya wajah perempuan itu ditutupi oleh selembar kertas dengan sebuah huruf kuno. Tentu saja itu bukanlah sebuah kertas biasa. Kertas yang digunakan oleh perempuan itu adalah kertas mistis. Kertas yang
Arasha melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolah. Ia sangat letih dengan segala kegiatan organisasinya. Jadi ia berniat untuk langsung masuk ke dalam mobil jemputannya dan sesampainya di rumah, ia akan langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuknya.Dari tempatnya sekarang, ia sudah bisa melihat jelas sebuah mobil putih milik keluarganya terparkir di seberang jalan dan ada beberapa pengawal sedang berjaga-jaga di sekitar mobil itu.Pemandangan yang sangat membosankan. Setiap ia pulang sekolah, selalu saja pemandangan seperti ini yang ia lihat. Sebenarnya ia sudah mulai jenuh dengan ini semua. Sebenarnya ia pernah meminta ayahnya supaya tidak mengirimkan mobil jemputan berserta para pengawal untuk dirinya. Namun ayahnya menolak permintaan Arasha mengingat sekarang Fla sedang gencar-gencarnya mencari titik lemah para Lima Keluarga Besar. "Mau kencan sebentar?" Suara itu tiba-tiba saja terdengar di telinga. Sontak dengan kecepatan tinggi, ia langsung menoleh ke arah kanan. Untu
Dalfon dan Arasha sudah sampai di wahana bermain yang sangat terkenal di kota mereka. Tentang penyamaran, Arasha tidak menggunakannya. Karena Dalfon baru teringat bahwa ia bisa menyamarkan penampilan orang lain dengan cara menyelimuti orang itu dengan aura miliknya.Jadi Arasha sekarang bisa melakukan semua yang ingin ia lakukan tanpa harus menjaga martabatnya sebagai penerus keluarga Mafuyu.Dalfon sendiri sangat bahagia saat Arasha terus menerus menariknya menaiki satu per satu wahana yang ada di sana.Arasha terlihat sangat antusias dan berbahagia. Sedangkan Dalfon sendiri juga terlihat sangat menikmati segala sesuatu yang bisa menimbulkan senyuman di bibir Arasha.Roller coaster, bumper car dan beberapa wahana yang lainnya mereka nikmati. Tidak lupa juga mereka memasuki Area Adventure land. Yang merupakan sebuah area yang disiapkan supaya para pengunjung bisa merasakan rasanya berpetualang di dunia antah berantah, banyak area yang bernuansa seperti hutan, teluk, dan gedung-gedung
Dalfon dan Arasha sudah ada di depan kediaman Mafuyu. Dalfon telah mengantarkan perempuan itu pulang ke rumahnya dengan selamat. Dan sekarang adalah akhir dari segala kesenangan mereka.Berpisah. Mereka akan melakukan itu. Arasha akan melanjutkan kehidupannya, sebagaimana seharusnya. Sedangkan Dalfon harus melakukan apa yang seharusnya ia lakukan."Mau mampir sebentar?" tanya Arasha sambil menunjuk rumahnya."Sebentar lagi akan hujan, jadi aku harus pulang secepatnya. Ditambah lagi, aku harus mampir ke rumah Vedora untuk mengembalikan mobilnya," jawab Dalfon sambil menggeleng pelan."Baiklah kalau begitu. Terima kasih untuk hari ini. Aku sangat-sangat menikmatinya.""Ya, aku juga."Mereka kembali terdiam. Masih banyak lagi hal yang ingin mereka sampaikan, namun mereka bingung dengan cara apa mereka harus memulainya."Oh, iya. Ini foto yang tadi diambil di foto box. Kamu simpan dua dan aku juga dua," ujar Arasha sambil mengambil foto card di dalam tasnya lalu memberikannya pada Dalfon.
Arasha, Alyssa, dan Vedora sedang berada di ruang OSIS. Seperti biasa, mereka sedang mengecek beberapa dokumen sekolah dan memberikan tanda tangan pada surat-surat perizinan acara sekolah.Langit juga ada di sana, namun ia hanya duduk di sofa sambil bersantai. Ia tidak melakukan apa pun selain memainkan ponselnya dan memakan cemilan yang tadi ia beli di kantin bersama Vedora."Aku tidak melihat Dalfon hari ini di sekolah, apa dia tidak masuk lagi?" tanya Langit setelah menguyah makanan yang ada di mulutnya."Bukankah itu sudah biasa? Dia masuk dan bolos sesukanya. Untuk apa kamu memikirkannya?" tanya Alyssa balik.Tangan kanan Arasha berhenti saat mendengar nama Dalfon disebutkan oleh Langit dan Alyssa. Ia masih belum bisa melupakan kejadian kemarin. Atau lebih tepatnya, ia selalu mengingat segala kejadian malam itu di setiap detiknya. Membuatnya merasa kesal dan sedih."Tentang Dalfon. Sepertinya kemarin dia sedang ada acara. Dan entah bagaimana ceritanya kemarin malam saat hujan der
Vedora kebingungan karena tiba-tiba saja Dalfon mengajaknya untuk pergi pada tengah malam. Menaiki sebuah mobil, mereka pergi ke kaki bukit. Dan sepanjang jalan, Dalfon sama sekali tidak memberitahunya tentang ke mana mereka akan pergi.Vedora sendiri tidak banyak tanya, karena yakin Dalfon akan langsung memberitahunya jika mereka sudah sampai di tempat.Vedora memarkirkan mobilnya sesampainya di kaki bukit. Mereka melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki. Di perjalanan kali ini, Vedora sangat yakin bahwa tujuan mereka adalah puncak. Namun Vedora masih bingung untuk apa Dalfon mengajaknya ke sana.Dan akhirnya mereka benar-benar sampai di puncak bukit. Mereka berdua berjalan ke tepian dan melihat ada sebuah kota mati yang sepertinya sudah sangat lama sekali tidak ditinggali.Di kota itu sama sekali tidak ada pencahayaan dan terlihat sangat kosong. Yang menandakan bahwa memang di kota itu tidak ada siapa pun."Pakai ini," ujar Dalfon sambil memberikan sebuah topeng rubah pada Vedor
Rachel, Gio, Alyssa, Arasha, dan Vedora sedang berjalan menuju ke sebuah cafe yang jaraknya tidak begitu jauh dari kediaman Mafuyu.Sebelumnya mereka sedang berkumpul di rumah Arasha. Dan karena mereka jenak sekaligus lapar, mereka putuskan untuk pergi ke cafe terlebih dahulu. Mereka pikir tidak akan ada masalah jika mereka jalan kaki. Namun ternyata pemikiran mereka itu salah, saat mereka sedang melewati sebuah gang kecil, mereka dihadang oleh segerombolan orang menggunakan jas hitam.Jumlah dari orang itu sangatlah banyak. Bahkan tiga kali lipat dari jumlah mereka. Membuat mereka langsung bersiap-siap jika memang harus bertarung.Namun menggunakan sihir di tempat sempit seperti sekarang, sangatlah beresiko. Akan ada kemungkinan sihir yang mereka gunakan akan salah target dan bisa saja mengenai teman mereka sendiri. Maka dari itu, mereka tidak bisa menggunakannya secara sembarangan. Yang artinya kemampuan fisik akan sangat diperlukan sekarang.Hanya Gio dan Vedora yang mempunyai kem
Dalfon menatap malas Rachel yang sedang mengucapkan sebuah mantra sihir tingkat menengah di hadapannya.Memang tidak salah. Namun entah kenapa, ia merasa bosan saja saat mendengar seseorang menyebutkan mantra sihir saat hendak menggunakannya. Sebenarnya itu adalah hal yang wajar. Bahkan lumrah. Karena mantra sihir adalah dasar dari sebuah sihir. Jika mantranya saja salah, maka sihir yang diinginkan pasti tidak akan muncul. Hanya beberapa orang saja yang bisa menggunakan sihir tanpa harus mengucapkannya. Dan orang-orang itu adalah orang-orang yang memang pantas disebut sebagai penyihir.Sekarang kondisinya adalah Rachel masih memerlukan mantra sihir untuk menggunakan sihir tingkat menengah. Kondisi itu saja sudah menunjukkan bahwa untuk saat ini Rachel tidak akan bisa menggunakan sihir tingkat atas.Tujuan akhir dari pelatihan ini adalah sihir tingkat atas. Rachel harus menguasainya supaya tidak ada satu orang pun yang meragukan kemampuannya setelah ia benar-benar dilantik sebagai pe
Pertempuran benar-benar sudah berakhir. Dan tidak ada satu pun pemenang dari pertempuran ini. Pasalnya sejak awal pertempuran ini adalah pertempuran antara Fla dengan Dalfon. Dan dari kedua pihak itu tidak ada yang benar-benar selamat sampai akhir. Anggota Fla benar-benar sudah habis di tangan Dalfon. Lalu hidup Dalfon berakhir karena jiwanya terlalu lama menahan energi sihir dan aura secara bersamaan.Nara dan Bionce menatap tubuh Dalfon yang tergeletak di tanah. Tidak ada satu pun luka atau pun goresan di tubuh laki-laki itu. Ia mati karena ulahnya sendiri. Bukan karena perbuatan dari musuh-musuhnya. Itulah hal yang mengenaskan dari kematiannya.Mereka tidak bisa melakukan apa pun. Bahkan jika mereka menyatukan kekuatan dan berusaha mengumpulkan lalu menyatukan jiwa-jiwa Dalfon, mereka tetap tidak akan pernah bisa berhasil menghidupkan kembali Dalfon. Sejak awal mereka semua sudah tau bahwa pertempuran kali ini adalah pertempuran terakhir bagi Dalfon. Dan Dalfon sendiri juga menge
Bionce mengalirkan beberapa aura miliknya ke Alyssa, supaya perempuan itu bisa tenang dan melupakan segala rasa takut yang membelenggunya.Alyssa yang mulai merasa tenang pun akhirnya bisa berdiri dan menatap ke arah Bionce. Yang dilihat oleh Alyssa di wajah Bionce adalah sebuah sinar yang terang. Ia tidak bisa melihat secara jelas wajah perempuan itu. Namun entah kenapa, ia merasa sangat yakin bahwa perempuan yang ada di hadapannya itu memiliki wajah yang sangat cantik."Aku akan menyatukan hatimu dengan alam bawah sadar Dalfon. Kamu hanya punya satu kesempatan. Jadi pastikan apa yang akan kamu ucapkan itu memang bisa membuat Dalfon sadar," ujar Bionce dengan suara lembut.Bionce mengangkat tangan kirinya langsung menurunkannya dengan cepat. Di saat itu juga, wujud rubah Nara dan Dalfon langsung terhantam ke arah tanah dan tertahan karena adanya sebuah gaya gravitasi yang sangat kuat. Saking kuatnya bahkan dengan kemampuan maksimal Nara, Nara mustahil untuk melawan energi itu."Oi, j
Nara berdiri di sebuah tebing tinggi yang ada di hutan utara. Ia menatap ke arah seekor rubah putih berukuran sangat besar yang sedang mengamuk di jarak yang cukup jauh dari tempatnya berdiri sekarang.Sosok rubah itu adalah Dalfon. Memang benar kontrak antara dirinya dengan Dalfon sudah berakhir, namun Dalfon bisa saja berubah menjadi wujudnya menggunakan kekuatan aura yang dimilikinya.Dan sekarang terjadi. Yang membuat Nara waspada adalah ekor ketujuh Dalfon yang mulai muncul. Masih ada tiga ekor lagi, sebelum Dalfon benar-benar dalam kondisi sempurna.Jika seandainya Dalfon benar-benar bisa mencapai ekor kesepuluh dan tidak ada satu pun orang yang bisa menghentikannya sebelum ekor kesepuluhnya muncul, maka bukan hanya para anggota Fla saja yang lenyap. Seluruh manusia berpotensi lenyap.Ekor kesepuluh adalah jembatan antara kekuatan neraka dan bumi. Jika itu muncul, maka Dalfon akan menguasai sihir dan aura yang bisa melenyapkan banyak manusia hanya sekali jentik.Nara memalingkan
Nara menatap malas Alice yang masih pingsan di hadapannya. Dengan kekuatannya ia mencoba untuk menetralisir racun dan menutup luka yang ada di tubuh perempuan itu.Ia sebenarnya tidak rela jika harus menggunakan kemampuannya hanya untuk menyelamatkan perempuan itu. Namun karena orang yang memintanya adalah Dalfon maka mau tidak mau harus melakukannya. Lagipula mau bagaimana pun juga, Alice adalah istri Michaels, jadi untuk kali ini saja ia akan membuat pengecualian."Tingkahnya yang seenaknya sendiri seperti ini, bukankah mengingatkanmu pada seseorang, Nona Vinka?" tanya Nara sambil menatap Vinka."Ya. Dia terlihat mirip dengan ayahnya," jawab Vinka dengan sebuah senyuman di bibirnya.Nara ikut tersenyum kecil mendengar hal itu. Untuk beberapa hal, terkadang Dalfon terlihat seperti Alice. Dan untuk beberapa hal yang lainnya, Dalfon terlihat sangat mirip dengan Michaels. Membuatnya benar-benar terlena bahwa laki-laki itu adalah anak dari Bionce."Dalfon adalah anak dari Alice Gracia da
Semua pemimpin dan pewaris keluarga Virgo, Aurora, Mafuyu di sebuah mansion Alice saat mendengar keluarga Gracia mendapatkan serangan mendadak dari pasukan Fla.Mereka berdiri mengelilingi Alice yang sedang pingsan di atas kasur. Noel berada di sisi Alice sambil menceritakan seluruh kejadian yang ada.Semua orang tentu saja terkejut saat mengetahui bahwa Nichola adalah dalang dari semua ini. Dan mereka semua juga sangat marah, karena merasa kepercayaan mereka telah disia-siakan oleh keluarga Venus.Sedikit perdebatan terjadi, saat mereka mulai membahas tentang bagaimana rencana selanjutnya. Keluarga Mafuyu dan Aurora berpikir bahwa mereka harus menyerang balik keluarga Venus supaya semuanya cepat selesai. Namun keluarga Virgo dan Noel sebagai perwakilan keluarga Gracia berpikir bahwa serangan balik sekarang adalah sebuah pilihan yang buruk, pasalnya mereka belum mendapatkan informasi tentang sejauh apa kekuatan yang dimiliki oleh pasukan musuh.Perdebatan itu terhenti seketika saat a
Penjagaan di kediaman Alice tiba-tiba saja meningkat menjadi tingkat darurat saat mengetahui ada beberapa orang memasuki wilayah tanpa izin dan melukai beberapa penjaga yang ada di sana.Alice sudah memberikan perintah kepada para penjaga untuk tidak ragu membunuh orang-orang yang mencurigakan. Alice sendiri sekarang sedang ada di ruang kerjanya bersama Keenan, Noel, dan Langit. Ketiga orang itu memiliki kemampuan bertarung yang cukup unggul kalau dibandingkan para penjaga yang lainnya. Namun entah kenapa, Alice tetap merasa tidak tenang berada di sekitar mereka.Alice seakan merasakan ada sebuah celah besar di antara mereka berempat. Dan celah itu bisa saja dimanfaatkan oleh para penyusup untuk menghancurkan mereka.Mengingat para penyusup tetap bergerak walau keamanan sudah ditingkatkan, membuat Alice yakin bahwa penyusup kali ini memang sudah mempersiapkan segalanya dan sangat percaya diri dengan taktik yang mereka miliki.Sampai pada akhirnya ada seseorang yang membuka pintu ruan
Saat sedang perjalanan pulang sekolah, Dalfon tidak sengaja melihat ada seorang nenek tua sedang duduk di kursi halte. Ia pernah dua kali bertemu dengan nenek tua itu. Pertemuan pertamanya dengan nenek tua itu adalah saat ia sedang bersenang-senang di taman bermain dengan Alice. Dan pertemuannya kedua adalah saat Nara menguasai tubuhnya selama ia berlatih di surga bersama Michaels.Nenek tua adalah Rika. Guru Michaels.Dalfon duduk di sebelah Rika, lalu menyodorkan sebuah minuman kepada Rika. Rika pun menengok ke arah Dalfon. Memang benar, usianya sudah sangat tua. Dan ada banyak sekali ingatannya yang sudah hilang dari kepalanya. Namun hanya dengan sekali lihat wajah Dalfon, ia bisa langsung mengingatnya. Wajah laki-laki yang sekarang duduk di sampingnya sekilas terlihat seperti muridnya yang telah mati."Akan sangat merepotkan jika orang tua sepertimu tersesat di jalan. Jadi bagaimana kalau aku antarkan kamu ke rumahmu?" tanya Dalfon sambil bersandar ke punggung kursi."Aku sedang
Dalfon menemani Alyssa berjalan-jalan di alun-alun kota. Ajakan yang terlalu mendadak dan sepertinya tidak ada satu pun ekspresi bahagia di wajah Alyssa, membuat Dalfon merasa bahwa Alyssa mengajaknya ke tempat itu bukan untuk jalan berdua. Firasat Dalfon mengatakan bahwa Alyssa sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Dan sesuatu itu pasti ada hubungannya dengan tempat ini.Dalfon secara diam-diam memperluas jangkauan radar aura miliknya. Mencari tau apakah ada orang yang ia kenali di tengah-tengah kerumunan massa yang sedang menikmati indahnya malam di alun-alun kota itu.Namun sebelum auranya mulai mencari, matanya sudah lebih dulu menatap seorang perempuan cantik menggunakan gaun berwarna putih dan sebuah topi pantai untuk menutupi wajahnya supaya tidak dikenali oleh orang lain. Memang wajah perempuan itu tidak terlalu terlihat, namun hanya dengan sekali pandang saja Dalfon langsung tau bahwa perempuan itu adalah Arasha.Dalfon menghembuskan nafas panjang. Sekarang ia mengerti, ala
Dalfon tersenyum kecil saat melihat Rachel sedang melangsungkan beberapa sihir tingkat renda, menengah, dan atas secara bergantian. Memang terbilang baru, namun progres Rachel dalam pelatihan ini cukup bagus. Dalfon sendiri tidak menyangka bahwa akan secepat ini. Jika perkembangan Rachel terus menerus seperti ini, Dalfon yakin tidak akan membutuhkan waktu lama untuk Rachel bisa menggunakan sihir tingkat atas sesuka hatinya. Di tengah-tengah Rachel mencoba menggunakan sihir tingkat atas untuk yang kedua kalinya, Dalfon langsung menggenggam erat tangan kanan Rachel. Membuat lingkaran sihir yang tadinya sudah muncul di hadapan Rachel, langsung menghilang begitu saja. "Sudah cukup untuk hari ini. Kita tidak bisa melanjutkannya. Kapasitas sihirmu sangatlah sedikit sekarang. Jika kamu melanjutkannya maka tubuhmu akan hancur," ujar Dalfon sambil perlahan melepaskan tangan Rachel. "Baiklah," ujar Rachel menuruti perkataan Dalfon. Dalfon dan Rachel pergi ke sebuah gazebo untuk mengambil ha