“Ingatlah lagi apa isi di dalam kitab yang kau pelajari!” ucap kakek Guozhi, yang membuat Bingwen tersadar dengan kesalahan yang dilakukannya.Dengan isi kitab yang kembali terngiang, Bingwen mencoba cara yang berbeda. Dia berhenti memaksakan tubuhnya untuk melawan tekanan Chi.Sebaliknya, dia mulai menyerap Chi dari kayu-kayu di sekitarnya dan mulai menyeimbangkannya. Tekanan yang sebelumnya menekan dengan kasar, kini perlahan mulai mengikuti aliran Chi yang diserap oleh Bingwen.Aliran Chi kayu dan Chi inti gunung bercampur dan mulai masuk ke tubuh Bingwen. Awalnya Bingwen cukup terkejut dengan perasaan segar, dengan tenaganya yang langsung pulih dengan sekejap.Namun, Chi di sekitar gunung ini bukanlah sesuatu yang mudah dikendalikan. Saat Bingwen mulai merasa tenang, tiba-tiba gelombang Chi meledak, menghantam tubuhnya seperti ombak besar. Ia terhuyung mundur, hampir jatuh lagi."Argh!" teriak Bingwen, menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
“Hoosh…Hoosh!”Suara napas terengah-engah terdengar jelas di antara suasana hutan yang tenang. Seorang pria penuh luka di sekujur tubuh, kini sedang bersembunyi di balik batu besar dan melihat keadaan sekitar dari balik batu, untuk memastikan tidak ada orang yang mengejarnya. Feng Bingwen mencoba mengulur waktu, untuk menghindar dari teman-teman sebayanya yang membuat banyak luka ditubuhnya. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba dirinya dikeroyok saat di akademi tanpa bisa memberikan perlawanan. Beruntung dirinya berhasil meloloskan diri menuju hutan di tepi kota tidak jauh dari kerajaan, dengan tipuan sederhana yang pernah dia pelajari.Sebenarnya, bisa saja dia berlari keluar kerajaan dan menuju kantor polisi atau rumah sakit. Tapi, penilaian masyarakat tentangnya tidak jauh berbeda. Yang dia takutkan justru orang-orang di kota, yang sudah memiliki peralatan yang serba canggih itu memanfaatkan peluang untuk menjatuhkan kerajaan.Sebab sejak dirinya dikenal sebagai ‘Pangeran Sampa
Di hilir sungai jauh dari kota dan kerajaan Feng, nampak seorang kakek tua yang berjalan mendekat ke arah sungai. Kakek itu melihat seseorang mengapung dari hulu sungai, dan bermaksud untuk melihat dengan menariknya ke tepi. ZHIIIING! Dengan satu gerakan, kakek itu membuat air di sekelilingnya menarik tubuh pria yang mengapung itu. Tidak butuh waktu lama, hingga tubuh yang hanyut dalam aliran sungai berhasil menepi. Setelah memastikan jika orang yang ditariknya itu masih hidup, sang kakek mencoba memasukkan energinya ke dalam tubuh orang itu, yang tidak lain adalah Bingwen. Dalam percobaan pertama sang kakek membelalakkan matanya, dia tampak terkejut dengan apa yang dirasakan dari dalam tubuh Bingwen. ZHIIIING! Sang kakek mengerutkan alisnya setelah mencoba memasukkan energinya. Kekuatan besar di dalam tubuh pemuda yang ditolongnya itu, tersembunyi oleh sebuah kabut tebal yang dia yakin berasal dari racun yang dikonsumsinya. Dan sepertinya, si pemilik tubuh tidak menyadari jika d
Kota Feng merupakan kota metropolitan terbesar di salah satu bagian pulau, yang masih menggunakan sistem kerajaan dalam kepemimpinannya. Namun, semua penduduk hidup berdampingan dengan tidak membedakan antara seorang pendekar dengan penduduk biasa, di bawah kepemimpinan Raja Feng Guotin yang memiliki ilmu dengan tingkat tertinggi.Semua keturunan kerajaan bersekolah di akademi khusus yang bernama Akademi Qigong, untuk mempelajari ilmu tenaga dalam dengan sistem peringkat kultivasi. Peringkat itu berupa Kelas Pemula, kelas Awal, kelas Menengah Awal, kelas Menengah Atas, Kelas Atas dan kelas Master, dengan lima tingkatan di setiap kelasnya. Setiap murid akan menjalani ujian kenaikan tingkat, setelah mereka mempelajari dasar tenaga dalam selama 3 tahun.Dan Feng Bingwen merupakan satu-satunya pangeran, yang akan menjadi pewaris kerajaan. Dengan penguasaan ilmu dasar yang melebihi teman-teman seangkatannya, Bingwen mendapat julukan sebagai Pangeran Jenius yang lahir setiap 1000 tahun seka
Hah?Bingwen terbelalak mendengar tawaran yang sangat tidak diduganya. Tanpa menjawab pun semua orang pasti bisa mengetahui jawabannya hanya dengan melihat ekspresinya saat ini.“Apa aku tidak salah dengar?!” tanya Bingwen dengan senyuman yang mengembang memperlihatkan deretan giginya.Kakek Guozhi menganggukan kepala sebagai jawaban. Bingwen langsung berdiri dari posisinya, kemudian bersimpuh dihadapan kakek Guozhi.“Saya akan bersumpah setia sebagai murid! Saya juga berjanji akan menggunakan kemampuan yang akan saya pelajari nanti, dalam hal kebaikan dan menghindari keburukan!” ucap Bingwen menggunakan bahasa sumpah setia murid dari akademinya.Kakek Guozhi yang baru mendengar hal itu, tampak terkejut dan salah tingkah. Tidak pernah ada di bayangannya, seorang Pangeran akan bersimpuh di hadapannya seperti itu.Kakek Guozhi langsung meminta Bingwen untuk segera berdiri, dan memintanya kembali duduk di sebelahnya. Terlihat jelas kegugupan yang diperlihatkan sang kakek, karena Bingwen
Bingwen merasa sangat penasaran dengan tanaman unik di bebatuan, dengan bunga yang kelopaknya seperti daun berwarna-warni. Kakek Guozhi yang berbalik badan setelah mendengar pertanyaan Bingwen, langsung dibuat terkejut lantaran melihat Bingwen yang ingin memegang tanaman itu.“Jangan disentuh!!!” teriak Kakek Guozhi dari kejauhan.Bingwen yang ikut terkejut dengan teriakan sang guru, secara tidak sengaja menyentuh tanaman itu. Tanaman itu tiba-tiba bersuara seperti mengerang, dan tumbuh semakin tinggi dengan sangat cepat.WHUUUSH!SREEET!Kakek Guozhi langsung melesat dan meraih tubuh Bingwen, dan membawanya menjauh dari posisinya.BRAAAAK!Tepat saat Kakek Guozhi berhasil membawa Bingwen menjauh, tanaman tadi menyerang tepat di mana Bingwen sebelumnya berdiri. Hal itu terjadi dengan sangat cepat, Bingwen yang terkejut masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.“Se–sebenarnya tanaman apa itu?!” tanya Bingwen dengan suara tercekat.“Bukankah aku sudah bilang kalau gunung ini be
“Apa kau tidak pernah melihat makanan seperti itu?! Itu adalah sayur yang aku masak dengan rempah-rempah yang bisa aku dapatkan di gunung ini. Walaupun tampilannya buruk, rasanya tidak akan kalah dengan makanan yang sering kau makan! Jadi, biasakan lidahmu untuk memakannya!” sahut kakek Guozhi, tanpa melihat ke arah Bingwen.Bingwen menatap makanan di hadapannya dengan alis berkedut. Dia hanya melihat daun hijau dengan kuah berwarna gelap pekat yang masih mengepul, dengan gelembung-gelembung uap yang memecah bergantian setelah beberapa saat terperangkap.Dengan penuh keraguan, Bingwen mengangkat sendok kayu yang sudah disiapkan oleh sang guru. Setelah menyendok sedikit sayur dan mencampurnya dengan satu sendok nasi, Bingwen mulai menyuapkannya ke dalam mulut dengan ekspresi wajah skeptis. Dia memejamkan mata, tepat sebelum seluruh isi di dalam sendok masuk ke dalam mulutnya.Namun, saat dirinya mulai mengunyah makanan itu, dia dikejutkan dengan rasa masakan yang tidak terlalu buruk at
Saat tubuh Bingwen terasa lemas, dari arah belakang sang guru menopang tubuhnya sambil menutup mata Bingwen.Dengan satu gerakan, kakek Guozhi berhasil membawa tubuh Bingwen untuk menjauh dari tempat itu. Sedangkan Bingwen yang tubuhnya masih membeku, masih tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.“Sebenarnya tadi itu apa, Guru?!” tanya Bingwen setelah berhasil tersadar dari rasa terkejutnya.“Bukankah sudah aku peringatkan sebelumnya, untuk tidak keluar dari jalur yang sudah aku tunjukkan?!” teriak kakek Guozhi tanpa menghiraukan pertanyaan Bingwen.“Maafkan aku, Guru! Aku hanya ingin melatih kemampuan baruku,” sahut Bingwen dengan suara lirih sambil menundukkan kepala menyesali perbuatannya.Kakek Guozhi yang sebelumnya tampak marah dan khawatir, mulai bersikap tenang setelah mendengar jawaban Bingwen. Kakek Guozhi menggerak-gerakkan pergelangan tangannya di udara, dan seketika pikulan air yang ditinggalkan oleh Bingwen mendekat ke arah mereka.“Selesaikan tugasmu! Aku akan menu
“Ingatlah lagi apa isi di dalam kitab yang kau pelajari!” ucap kakek Guozhi, yang membuat Bingwen tersadar dengan kesalahan yang dilakukannya.Dengan isi kitab yang kembali terngiang, Bingwen mencoba cara yang berbeda. Dia berhenti memaksakan tubuhnya untuk melawan tekanan Chi.Sebaliknya, dia mulai menyerap Chi dari kayu-kayu di sekitarnya dan mulai menyeimbangkannya. Tekanan yang sebelumnya menekan dengan kasar, kini perlahan mulai mengikuti aliran Chi yang diserap oleh Bingwen.Aliran Chi kayu dan Chi inti gunung bercampur dan mulai masuk ke tubuh Bingwen. Awalnya Bingwen cukup terkejut dengan perasaan segar, dengan tenaganya yang langsung pulih dengan sekejap.Namun, Chi di sekitar gunung ini bukanlah sesuatu yang mudah dikendalikan. Saat Bingwen mulai merasa tenang, tiba-tiba gelombang Chi meledak, menghantam tubuhnya seperti ombak besar. Ia terhuyung mundur, hampir jatuh lagi."Argh!" teriak Bingwen, menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Bingwen kembali menghilangkan Chi miliknya, untuk mengulang rencana yang dua kali telah berhasil. Dan kini, monster yang masih tersisa hanya tinggal seperempat dari keseluruhan monster yang menyerangnya.Namun, saat Bingwen kembali memunculkan Chi dan bersiul, tidak ada satupun monster yang mendekat ke arahnya. Bahkan, para monster itu sengaja menjaga jarak dan menatap Bingwen dengan mata merah tajam mereka.“Aku kira kalian bodoh, ternyata kalian langsung bisa mempelajari rencanaku!” ucap Bingwen sarkas, sambil terkekeh kecil.Melihat rencananya sudah tidak bisa dia lanjutkan, Bingwen langsung merubah strateginya. Dia kembali menghilangkan Chi dan mendekat dengan cepat ke arah para monster yang tersisa.Dan saat semua monster sudah masuk ke dalam area yang bisa dijangkau, Bingwen kembali memunculkan Chi dan langsung menyerang para monster yang tidak memiliki pertahanan.CRAAASH!CHRAAASH!Dalam dua kali serang, Bingwen berhasil mengakhiri pertarungan itu. Dan luka yang dia dapatkan s
CRAAASST!Darah mengucur di tangan Bingwen. Namun, darah itu mengalir bukan hanya di tangannya, tapi juga di tubuh monster serigala yang kini ada di belakang Bingwen.Sambil mengatur napas yang tersengal karena pertarungannya sejak tadi, Bingwen menyunggingkan senyuman lebar. Dari senyuman itu bisa dipastikan dirinya telah berhasil memenangkan pertarungan itu, dan mengalahkan monster-monster yang melawannya.“Hah! Kalian sudah aku ingatkan sebelumnya. Jadi, anggap saja aku menghilangkan rasa lapar dan haus kalian dengan tuntas!” ucap Bingwen sambil terkekeh kecil.Tubuhnya yang sejak tadi sudah mencapai batas, seakan memiliki stimulan dari berakhirnya pertarungan itu. Yang awalnya dia ingin beristirahat untuk memulihkan diri, kini Bingwen bersemangat untuk terus melanjutkan perjalanannya.Langkah Bingwen semakin mantap saat ia menembus hutan yang semakin gelap dan mencekam. Cahaya matahari hanya sedikit menyusup melalui celah-celah dedaunan rimbun, memberikan suasana misterius yang men
Langit di atas hutan Xian tampak gelap, meski belum malam sepenuhnya. Awan tebal menggantung rendah, menutupi puncak-puncak pohon yang menjulang seperti raksasa. Suasana mencekam merayap di setiap sudut, dan hanya suara gemerisik dedaunan serta geraman sesekali dari beberapa monster yang memecah keheningan.Bingwen berdiri di tengah area terbuka, tubuhnya berdarah dan napasnya memburu. Sekujur tubuhnya dihiasi luka dari pertarungan sebelumnya. Namun, matanya tetap tajam. Setelah serangannya yang berhasil membunuh salah satu monster, dirinya langsung diserbu oleh monster lainnya secara bersamaan. Para monster itu, masing-masing memiliki aura mematikan yang membuat udara terasa berat. Mungkin jika Bingwen tidak menguasai penyatuan Chi, dirinya tidak akan bisa bertahan lebih lama untuk melawan.Di depannya kini masih berdiri tiga monster besar dengan bentuk yang mengerikan. Seekor makhluk berbadan kuda, dan berkepala serigala dengan bulu hitam berkilau dan taringnya panjang seperti bel
Bingwen menyeringai dengan alis yang terangkat sebelah. Setelah bertahun-tahun dia selalu dijuluki pangeran lemah, kini dirinya bisa kembali membanggakan diri walaupun tidak ada orang lain yang mendengarnya selain kakek Guozhi.Dilangkah pertamanya memasuki hutan yang lebih dalam, Bingwen langsung disambut dengan beberapa monster yang masih bersembunyi di kejauhan. Dia merasakan kekuatan yang sesungguhnya, saat benar-benar menguasai ilmu pertamanya itu.“Akhirnya kau bisa menguasainya!” suara kakek Guozhi kembali terdengar, dan terdengar jelas jika kini sang guru sedang ikut merasa senang atas pencapaian yang di dapat oleh Bingwen.“Apa Guru lupa jika murid Guru ini adalah seorang jenius?!” sahut Bingwen menyombongkan diri dengan nada sombong yang dibuat-buat.“Baiklah! Kau berhak menyombongkan diri saat sudah berhasil. Lagipula, kesempatanmu untuk bisa sombong akan segera berakhir!” jawab kakek Guozhi dengan nada mengejek.Bingwen langsung paham dengan apa yang dikatakan oleh sang gu
Bingwen dapat melihat jelas dari ketinggian, bagaimana mata monster itu menatap tajam ke arahnya. Namun, hal itu membuat Bingwen dapat bernapas lega karena tidak ada pergerakan lagi setelah jebakan yang dibuatnya berhasil mengenai tubuh monster itu.DEG!Tiba-tiba, ada perasaan janggal yang membuat Bingwen mengernyitkan dahi. Dia melihat hal yang tidak wajar dari darah monster yang meluber dengan cukup banyak.TAP!“Bukankah warna darah dari monster sebelumnya berwarna merah? Bagaimana mungkin warna darah monster itu begitu bening? Bahkan, ini lebih mirip air daripada darah!” ucap Bingwen saat dirinya melompat turun, dan sudah berada di dekat bangkai monster itu.Bingwen mencoba untuk memegang darah monster itu. Dan sesuai dugaannya, darah itu tidak lengket, kental maupun berbau. Dan Bingwen yakin ada hal yang disembunyikan oleh sang guru, sampai bisa berhasil menghadapi semua monster yang tidak masuk akal itu.Dengan ragu-ragu, darah yang tadi dipegangnya langsung ditempelkannya di u
CRAAAAST!Suara tebasan dan cakaran terdengar beriringan, membuat beberapa bercak darah terciprat pada tanah dan beberapa batang pohon.Bingwen berhasil membuat luka pada monster kedua yang harus dihadapinya. Namun, dari tubuhnya juga mendapat luka terbuka cukup besar di bagian dada, akibat cakaran dari monster buas itu.“GGGGRRRHHHH!” erangan itu kembali terdengar dengan suara yang seakan marah dengan luka yang didapatkannya.ZHIIIING!Bingwen mulai menggunakan Chi miliknya untuk memulihkan luka yang ada di tubuhnya itu. Walaupun terhitung lambat karena Chi yang dimilikinya belum berkembang, setidaknya dirinya berhasil tetap bertahan dengan tubuh tegap.Monster yang saat ini dihadapi Bingwen, memiliki kemampuan dan kekuatan yang jauh lebih besar dari monster sebelumnya. Walaupun, untuk ukuran besar tubuh tidak jauh berbeda, tapi juga bisa dikatakan sedikit lebih besar.Monster itu berkepala anjing, dengan tubuh harimau yang kekar. Tidak heran jika cakaran yang mendarat di tubuh Bingw
“Jika kau ingin menguasai ilmu itu, maka hilangkan pikiranmu yang ingin membalas dendam dan ilmu milikmu dengan teknik yang berbeda! Terserah dengan niat awalmu, tapi selama mempelajari ilmu itu kau harus mengosongkan pikiran!” jelas kakek Guozhi dengan menekankan setiap kata-katanya.“Bagaimana bisa mengosongkan pikiran, jika banyak teknik dan jurus yang harus aku ingat-ingat?! Apalagi, memang sejak awal aku sangat ingin balas dendam, karena kejadian yang aku alami sebelumnya!” tanya Bingwen sedikit mempertanyakan ucapan sang guru.“Jika kau tidak mengosongkan wadah, maka ilmu yang akan kau pelajari hanya akan tumpah dan meluber keluar! Kau tidak akan bisa menguasai ilmu itu dengan akurat, karena masih mencampurnya dengan ilmu yang kau pelajari sebelumnya!” sahut kakek Guozhi sedikit meninggikan suaranya.Bingwen terdiam. Sudah sering dirinya mendengar ucapan seperti itu. Tapi dirinya tidak setuju, karena jika dia mengesampingkan ilmu yang dipelajari sebelumnya maupun niat yang mengu
Pagi harinya, Bingwen terbangun dari tidur pulasnya, di dalam pondok kecil yang dibuat semalam. Untungnya, tidak ada monster yang mengganggu istirahatnya, sehingga kini tubuhnya kembali pulih dan segar.KRUK!Suara perut Bingwen terdengar cukup keras, saat dirinya keluar dari pondok itu. Dia baru sadar jika perutnya belum terisi makanan bahkan minuman sejak kemarin.Semalam dirinya sudah berniat untuk memasak daging monster, yang berhasil dikalahkannya. Tapi, saat teringat tidak ada air di sekitarnya, dia mengurungkan niatnya untuk makan dan hanya mengumpulkan dedaunan untuk menampung embun agar dirinya dapat minum di pagi hari.Dan benar saja, Bingwen langsung menenggak air tampungan embun di atas daun, untuk melepas dahaga yang ditahannya sejak kemarin.“Aaaahhhh! Aku tidak pernah membayangkan akan minum air tampungan embun seperti ini! Haruskah aku mensyukurinya karena masih bisa minum?!” ucap Bingwen sarkas sambil menyeringai.Setelah tenggorokannya basah, Bingwen menyimpan sisa a