“Aku tidak pernah mencuri apa pun, Bos! Tolong percaya padaku!” Marry menangis tersedu-sedu, mengamati para karyawan lain yang mencibir seraya menatap sinis. “Kau sebaiknya segera pergi dari restoran ini, Marry. Kau akan membuat citra restoran ini menjadi buruk. Para pelanggan tentu tidak ingin mendapatkan pelayanan dari seorang pencuri,” ujar Tessa sinis.Rudy menyahut, “Bukti CCTV sudah menunjukkan kalau kau memasukkan barang-barang restoran ke tasmu. Kita semua juga melihat barang-barang itu berada dalam tasmu. Kau tidak bisa mengelak lagi, Marry.”Pegawai lain berkata, “Bos sudah memberimu kesempatan untuk bekerja di restoran ini, tetapi kau justru menyia-nyiakan kesempatan itu dengan mencuri beberapa barang.”Althon mengembus napas panjang. “Keluar dari restoran ini sekarang juga, Marry! Aku tidak ingin melihatmu lagi!”“Tolong percaya padaku, Bos,” ucap Mary seraya menyeka air mata.Althon mengabaikan Marry. Mary mengambil tas di lantai. Ia mengembus napas panjang, menatap Tes
“Apa kalian tidak menyadari jika dua berandal itu menyewa beberapa penjaga?” tanya Ton seraya mengamati kerumunan di depan restoran. Ia terkejut saat beberapa orang yang mengawasinya sejak tadi menghilang. “Siapa yang kau maksud, Ton?” Res kembali bertanya, penasaran. Para pemilik restoran yang lain saling bertatapan, mengamati kerumunan. “Para berandal itu tahu jika kita bekerja sama untuk menghancurkan restoran. Mereka tentu tidak tinggal diam. Setiap kali kita berada di tempat ini untuk mengamati restoran, aku merasa beberapa orang mengawasiku. Aku menduga jika dua berandal itu menyewa beberapa orang untuk menjaga restoran,” jelas Ton.“Tapi, bukankah semalam para berandal kota ini berhasil merampok barang-barang di restoran itu dan nyaris membakar restoran? Bukankah Tessa yang menyuruh mereka?”“Entahlah, aku merasa jika pencurian itu hanya kebohongan semata. Berandal bernama Althon itu tidak mungkin sebodoh itu sehingga meninggalkan restoran sendirian tanpa penjagaan. Aku curi
“Kau ... Brody?”Semua orang sontak terkejut, terutama Rudy, Tessa, dan para suruhan Ton dan para pemilik restoran. Brody mendadak muncul di tengah kerumunan penonton di saat semua orang menunggu kehadirannya dan menuduhnya melarikan diri.Althon tersenyum saat suasana menjadi sangat hening. Ia melihat keterkejutan di wajah semua orang. “Aku akan memberikan waktu bagi mereka untuk menyelesaikan keterkejutan mereka,” gumamnya.Brody tersenyum, menghadap semua pelanggan. “Siapa yang kalian panggil pengecut, brengsek? Siapa yang melarikan diri dari pertandingan?”Brody berdecak kesal, menatap tajam si penantang. “Dasar brengsek! Telingaku sangat panas setiap kali mendengar ocehan dan hinaan kalian padaku! Aku berusaha mati-matian agar penyamaranku tidak terbongkar.” Brody merenggangkan badan, melompat-lompat kecil. “Aku sudah siap untuk bertarung dan mempertahankan gelarku.”Para penonton tiba-tiba bersorak sangat heboh sembari bertepuk tangan. Rudy dan Tessa nyaris tidak berkedip saat
“Baiklah, aku akan menjelaskan peraturan pertandingan kali ini. Pertarungan akan berlangsung selama tiga babak. Peserta yang berhasil memenangkan dua pertandingan dari tiga pertandingan dinyatakan sebagai pemenang,” jelas Althon di atas panggung. Althon menoleh pada Brody dan si penantang. “Setiap peserta tidak boleh melakukan kecurangan. Peserta akan langsung didiskualifikasi jika terbukti curang.”“Apa kalian siap untuk melihat pertandingan adu panco? Apakah Brody berhasil mempertahankan gelarnya sebagai si raja tidak terkalahkan? Apakah si penantang yang akan menjadi pemenang dan menyabet gelar tersebut?”Para penonton bersorak heboh. Mereka meneriakkan nama Brody dan si penantang. Para pelayan tampak sangat sibuk melayani pembeli. Rudy dan Tessa semakin kesal karena mereka mendapatkan amukan dari beberapa pembeli. Di saat yang sama, Ton, Res, dan para pemilik restoran menjauh dari restoran, berkumpul di sebuah ruangan untuk membahas rencana.Brody dan si penantang sudah bersiap-
“Ini adalah pertarungan adu panco, bukan pertarungan bebas! Tidak ada perkelahian saat pertandingan adu panco! Siapa yang memukul akan langsung didiskualifikasi!” teriak Althon. Brody dan Ray seketika berhenti, mundur selangkah, saling menatap tajam. Ray tersenyum bengis, “Aku berhasil memancing emosi sampah itu! Aku tahu cara ini akan berhasil. Akulah yang akan memenangkan pertandingan dan mendapatkan uang itu,” gumamnya penuh keyakinan.“Sial!” Brody menggigit bibir untuk menenangkan diri. “Si brengsek itu tahu kelemahanku. Aku tidak akan membiarkan seseorang menghina mendiang ayahku.” Para penonton tampak kecewa karena perkelahian batal. Mereka mencibir Althon dan seketika terdiam saat Ali dan para pengawal dalam baju petugas keamanan mendekati mereka.Althon mengamati Brody sesaat. “Baiklah, kita akan masuk ke babak kedua! Siapakah yang akan memenangkan pertandingan ini?”Brody dan Ray duduk di kursi masing-masing, saling menatap tajam. Mereka bersiap-siap untuk pertandingan ke
“Ray berhasil memenangkan ronde kedua! Dia berhasil menyeimbangkan kedudukan!” teriak Althon seraya maju beberapa langkah. Ia melihat para penonton bersorak dan saling mencibir. “Brody dan Ray memiliki satu peluang lagi untuk menjadi pemenang!”Althon melirik Brody singkat. “Apakah Brody akan tetap menjadi si raja tanpa terkalahkan atau gelar itu akan lenyap saat Ray memenangkan pertandingan?”Ray tersenyum lebar, tertawa. “Aku tahu cara ini berhasil. Dia kehilangan fokus dan ketenangan setelah aku menceritakan sebuah cerita palsu! Aku tidak menyesal membayar beberapa orang untuk mencari informasi mengenai Brody.”Brody menunduk, mengamati kedua tangannya yang bergetar hebat. Matanya berkaca-kaca saat terbayang kenangan buruk mengenai ayahnya dan masa lalunya. “Aku sudah membunuh ayah? Aku sungguh menyesal!”Para pendukung Brody tampak kecewa hingga mencibir dan meneriakinya. Para pendukung Ray terlihat tertawa terbahak-bahak saat Brody hanya diam. “Lihatlah siapa pecundang di depank
Suasana restoran semakin ramai dari waktu ke waktu. Mobil-mobil terparkir di sisi jalan. Orang-orang terus berdatangan ke restoran, memadati halaman depan. Beberapa pejalan kaki berhenti untuk mengecek keadaan. Di saat yang sama, Ton, Res, dan para pemilik restoran mengawasi dari seberang jalan. Mereka tampak semakin kesal melihat keramaian restoran. Sepanjang mereka membuka restoran dan toko roti, mereka belum pernah mendapatkan pelanggan sebanyak itu. “Sial! Berandal itu mendapatkan banyak keuntungan hari ini! Orang-orang terus berdatangan ke restoran itu! Aku bahkan mendengar jika beberapa orang sengaja datang dari luar kota untuk melihat pertandingan.”Res mengentak trotoar, mendengkus kesal. “Sial! Ini membuatku sangat muak!”“Tenanglah, Res! Kita akan melihat kehancuran mereka sebentar lagi!” ujar seorang pemilik restoran meski ia tidak yakin dengan ucapannya sendiri. “Para berandal itu berhasil lolos dari rencana kita karena kita tidak melibatkan para pelanggan! Saat gas itu
“Alvin!” Kevin terus berteriak seraya melambaikan tangan. “Dia memang Alvin. Dugaanku selama ini ternyata tidak salah. Aku senang bisa bertemu dengannya.”“Tunggu!” Kevin mendekati sisi rooftop, mengamati sosok pria berseragam petugas kebersihan di rooftop samping lekat-lekat. “Alvin bekerja sebagai petugas kebersihan di gedung. Dia … tampaknya mengalami nasib yang sama denganku. Aku harus segera bertemu dan berbincang padanya.”“Kau tidak bisa melakukannya, Kevin,” ucap seorang pria di belakang Kevin, “masa hukumanmu akan bertambah jika kau melanggar peraturan.”Kevin sontak berbalik. “Aku mohon beri aku waktu untuk berbicara dengan temanku. Aku tidak akan melarikan diri. Aku hanya membutuhkan sedikit waktu. Aku mohon.”“Tidak.” Pengawal itu menolak. “Lakukan tugasmu dengan baik agar masa hukumanmu segera berakhir. Kau akan mendapatkan potongan masa hukuman jika kau bekerja dan berperilaku dengan baik.”Kevin mengepalkan tangan erat-erat, memejamkan mata. Ia nyaris gila bekerja sebag
Semua kandidat menyiapkan semua hal dengan sebaik mungkin. Para pembeli mulai berdatangan. Beberapa kandidat masih cukup canggung saat berhadapan dengan pembeli maupun menyiapkan hidangan. Meski demikian, mereka bekerja sebaik mungkin untuk bisa lolos ke tahap berikutnya. Kesempatan menjadi CEO Star Company adalah sesuatu yang tidak akan datang dengan mudahWaktu terus berlalu. Beberapa kandidat mulai sibuk dengan kedatangan pembeli, sebagian yang lain harus berupaya agar pembeli terus berdatangan. “Sial!” Philip melirik seorang partner yang terus membuat kesalahan. “Aku benar-benar keliru memilih sampah itu! Itu pasti akan menjadi poin minus bagiku dalam ujian ini. Star Company menguji sejauh mana kemampuanku untuk memilih partner yang tepat dalam sebuah tugas. Selain itu, para pembeli tidak mengunjungi truk makananku, dan itu akan menjadi masalah.”Philip mengawasi keadaan sekeliling. “Aku yakin tim pengawas terus mengawasiku sejak tadi. Aku tidak boleh melakukan kesalahan.”Phili
Rombongan mobil mulai meninggalkan gerbang, melaju cukup kencang di hutan. Ryan mengamati kepergian pasukannya di teras, melirik sekeliling sesaat. “Aku tidak melihat orang-orang bertopeng itu hari ini.”Ryan mendengkus kesal, memasuki mobil. Ia membuka jendela, menghubungi Ronny. “Kau dan yang lain harus memastikan jika semua anggota tiba dengan selamat, Ronny. Kau dan yang lain juga harus melaporkan keanehan sekecil apa pun.”“Aku mengerti, Ayah,” sahut Ronny seraya mengamati gedung yang mulai mengecil. Ia menggertakkan gigi saat melihat seorang pria bertopeng berdiri di dahan pohon. “Sial! Aku masih kesal dengan orang bertopeng yang bertarung dengan ayah. Dia sengaja mengalah sehingga ayah sangat marah.”Ronny melirik Gon yang tampak serius dengan ponselnya. “Kenapa kau sangat serius hanya karena melihat ponsel bodohmu, Gon?”“Salah satu bawahanku mengirimkan pesan jika orang-orang sialan itu sudah sepenuhnya meninggalkan berbagai kota. Bos mereka yang bernama Draco kemungkinan su
Semua kandidat tampak bersiap untuk mendengarkan arahan ujian hari ketiga. Beberapa pegawai memberikan sebuah jam tangan pada setiap kandidat. Paul dan beberapa pegawai Star Company berdiri di hadapan semua kandidat, tersenyum. “Selamat pagi, Nona-nona dan Tuan-tuan. Aku sangat senang melihat kalian hari ini. Kalian tampil dengan sangat semangat. Kalian membuktikan jika kalian adalah orang-orang yang layar menjadi kandidat CEO Star Company.”“Aku yakin kalian sudah menyadari tujuan dari dua ujian yang sudah kalian lalui.” Paul tersenyum. “Ujian ketiga akan sangat berbeda dibandingkan dengan ujian pertama dan kedua.”Paul bertepuk tangan. Rombongan truk seketika memasuki gerbang, berbaris rapi di belakang semua kandidat. Philip, Lily, Randy, dan kandidat lain sontak terkejut, mulai menerka-nerka. Tak lama setelahnya lima puluh orang berseragam turun dari mobil, berbaris di samping kendaraan. Philip tersenyum, mengepalkan tangan erat-erat. “Apa yang sebenarnya Tuan Paul rencanakan? A
Malam semakin larut, dan suasana pusat kota semakin ramai dengan para berandal yang bermunculan di beberapa titik. Di beberapa gang, beberapa pria tengah menghajar para berandal hingga tumbang di tanah. Sebagian berandal melarikan diri hingga beberapa kali nyaris tertabrak mobil. Kerusuhan terjadi di beberapa titik pusat kota. Beberapa pria terus mendatangi kerumunan berandal, bertanya soal keberadaan para pemimpin pasukan berandal yang menghilang beberapa hari lalu. Jika tidak mampu menjawab, mereka berakhir menjadi samsak dan harus tidur di dinginnya malam dan jalan yang becek. Sonny, Ling, Lung, dan Lex bersembunyi di sebuah gudang. Beberapa bungkuk roti terlihat berserakan di lantai. Mereka terbaring di atas kotak kayu dan tumpukan jerami, larut dalam lamunan masing-masing. Kehidupan mereka berubah drastis setelah kemunculan kelompok itu. Sonny beranjak dari kursi, mendekati jendela, mengamati keadaan luar yang remang-remang. Ia bergegas sembunyi saat beberapa berandal berlaria
Arnold masih sibuk memeriksa beberapa dokumen. Ia menoleh ke arah pintu saat seseorang berbicara. “Masuklah.”Seorang pria memasuki ruangan, membungkuk singkat. “Aku datang sesuai dengan perintah Anda, Tuan.”Arnold mengembus napas panjang, merapikan beberapa dokumen. “Aku ingin mendengar kabar baik sekarang.”“Aku sungguh minta maaf karena aku justru membawa kabar buruk, Tuan. Aku masih belum bisa membujuk Tuan Sean agar mau menjadi bawahan Anda. Dia justru menamparku dan memberi teguran yang sangat keras padaku.”Arnold mendengkus kesal, menggebrak meja, berdiri dari kursi. “Aku tampaknya harus berbicara langsung padanya. Sayangnya, aku masih cukup sibuk sekarang.”Arnold tersenyum bengis. “Dasar sampah sialan! Hanya karena ayahku sedikit memanjakannya, dia bertingkah seolah bisa melakukan apa pun, padahal aku adalah penerus ayah. Jika dia tidak mau menjadi bawahanku dalam waktu dekat, dia akan menjadi orang pertama yang akan aku habisi.”Arnold berjalan menuju jendela, mengamati pe
Paul menekan sebuah tombol. Layar menampilkan nama-nama kandidat yang bergerak secara acak. Sebuah angka berukuran besar seketika tampil di tengah layar. “Nilai minimum untuk ujian tahap kedua adalah sembilan ratus. Kandidat yang memiliki nilai kurang dari sembilan ratus otomatis gagal.”Nama-nama kandidat terus bergerak acak sampai akhirnya tertulis berurutan sesuai nilai masing-masing. Philip, Lily, Randy, dan para kandidat lain menatap layar tidak berkedip selama beberapa waktu.Philip tersenyum saat ia berada di urutan pertama. Lily berada di posisi kedua dengan selisih poin yang sangat tipis dengan Philip, sedangkan Randy berada di posisi keempat.Semua kandidat seketika menoleh pada Althon. Pria itu mendapatkan nilai sembilan ratus tiga puluh dua, dan berada di posisi terakhir, selisih satu poin dengan seorang pria.“Sial! Si idiot itu kembali lolos ke tahap selanjutnya. Meski dia berada di posisi terakhir, tetapi nilainya hampir menyamai salah satu peserta.” Philip mengepalkan
Althon mengamati penampilan setiap kandidat di ruangannya. “Mereka masih menampilkan penampilan yang luar biasa. Mereka sangat tenang meski berada di bawah tekanan. Ya, mereka pasti sudah terbiasa dengan keadaan itu.”Althon mengepalkan tangan erat-erat, menonton penampilan seluruh kandidat hingga selesai. “Aku harus kembali menyamar.”Althon memberi tanda pada Paul.Paul membungkuk, berbicara dengan seluruh kandidat melalui layar. “Nona-nona dan tuan-tuan, semua kandidat harus kembali ke ruangan untuk beristirahat. Tes berikutnya akan diselenggarakan setelah makan siang. Terima kasih.”Satu per satu kandidat kembali ke ruangan. Mereka berbincang-bincang mengenai tes kedua. Para pelayan mulai berdatangan sembari makanan dan minuman.Lily mengembus napas panjang, mengambil segelas minuman. “Aku melakukan yang terbaik hingga sejauh ini. Tes kedua juga tidak sesulit yang aku bayangkan. Akan tetapi, aku merasa kedua tes ini bukan tes sungguhan.”“Kau sungguh berpikir demikian, Lily?” tany
“Kalian memiliki waktu setengah jam untuk mempersiapkan diri kalian,” ujar Paul.Paul dan beberapa pegawai meninggalkan ruangan. Para kandidat tampak bersiaps-siap. Mereka mulai menduga-duga tugas apa yang harus mereka selesaikan.Althon mengemati semua kandidat melalui layar hologram di saat ia berpura-pura mempersiapkan diri. “Mereka langsung mempersiapkan diri tak lama setelah kepergian Paul dan para pegawai Star Company. Aku harus memuji sikap mereka. Randy juga terlihat fokus pada persiapannya. Dia seolah menjadi sosok yang berbeda.”Philip melirik Althon, tersenyum sinis. “Aku benci saat melihatnya sangat serius. Sekeras apa pun dia mencoba, dia tidak akan bisa mengubah apa pun. Dia akan tetap tersingkir di ujian kedua. Aku yakin itu.”Setengah jam kemudian, Paul dan para pegawai memasuki ruangan kembali. Semua kandidat kembali bersiap, berdiri di kursi masing-masing.“Semua kandidat akan memasuki ruangan berbeda dalam waktu bersamaan. Kalian harus bisa melalui ujian ini dengan
Philip membungkuk hormat, tersenyum. “Aku terkejut karena kau berkunjung, Ayah. Aku minta maaf karena aku tidak menyambutmu saat kau datang.”“Aku sudah mendengar kabar jika kau lolos seleksi pertama posisi CEO Star Company dan mendapatkan nilai terbaik dari seluruh peserta. Akan tetapi, kau tidak boleh terlalu bangga dengan pencapaian itu, Philip. Poinmu hanya berbeda lima poin dari Lily Donteno. Aku tidak ingin kau lengah hingga posisi tergeser.”Pedro berdiri dari kursi, menarik dagu Philip. “Di antara putra-putraku yang lain, kau adalah putraku yang paling lemah. Saat kakak pertamamu seusiamu, dia sudah mendapatkan posisi yang luar biasa. Jika kau tidak meniru kakak-kakakmu, setidaknya kau tidak boleh membuatku malu.”Philip merasakan dadanya sangat sesak. Ayahnya selalu saja membanding-bandingkannya dengan kakak-kakaknya yang lain tanpa pernah memberikan apresiasi apa pun padanya atas semua keberhasilannya. Ia akan mendapatkan hukuman jika gagal, dan tidak akan pernah dianggap ad