Nara melangkah kakinya menuju ke arah wanita paruh baya yang sedang duduk di sebuah bangku taman. Tanpa mengucapkan apa pun, Nara langsung menodongkan pedangnya ke arah leher wanita itu.
Kondisi taman saat itu sedang sepi. Hanya ada dirinya dengan wanita paruh baya itu. Maka dari itu, Nara berani mengeluarkan Raphael.
Wanita paruh baya yang menyadari bahwa dirinya sedang diancam pun bersikap santai sambil melihat wajah orang yang sekarang berdiri di hadapannya.
Senyuman wanita itu muncul saat menyadari orang yang sedang berdiri di hadapannya adalah anak laki-laki yang pernah ia ramal dulu.
Tanpa bertanya atau pun memastikan terlebih dahulu, wanita paruh baya itu langsung mengerti tentang apa yang sudah terjadi pada Dalfon. Dari mana ia tau akan hal itu? Karena ia sudah meramalkan segalanya. Mulai dari awal sampai akhir, perempuan paruh baya itu sudah tau segalanya. Maka dari itu, ia tidak terkejut saat Nara mengarahkan pedang ke arahnya.
<Setelah sekitar 2 bulan dari hari terakhirnya bertukar dengan jiwa Dalfon, akhirnya Nara mendapatkan berita baik. Berita tentang Dalfon yang telah menyelesaikan pelatihannya di surga dan hari ini akan kembali lagi untuk mengambil badannya.Sekitar 2 bulan ini, Nara sudah cukup bersenang-senang dengan tubuh Dalfon. Membuat Nara tidak mempunyai penyesalan apa pun, jika harus bertukar sekarang.Posisi Nara sekarang sedang ada di atas gedung yang paling tinggi di kota. Nara sengaja berdiri di atas gedung untuk melihat pemandangan kota dengan lebih jelas. Dan sekaligus untuk menghirup udara segar untuk terakhir kalinya, sebelum dirinya harus berdiam diri lagi di dalam tubuh Dalfon.Nara tersenyum kecil saat sudah mulai merasakan hawa keberadaan Dalfon. Nara sedikit kebingungan saat merasakan hawa keberadaan laki-laki itu. Pasalnya hawa keberadaannya sangat berbeda dengan yang dulu. Dulu terasa hangat. Dan sekarang terasa lebih dingin. Hampir mirip seperti hawa kebera
Dalfon mulai membuka matanya secara perlahan. Saat matanya sudah mulai terbuka lebar, ia pun menghela nafas. Sungguh malas rasanya, harus kembali ke dunia tempat asalnya. Kalau boleh memilih, Dalfon pasti akan memilih untuk beristirahat di dalam dirinya dan membiarkan Nara menggerakkan tubuhnya.Tetapi karena kejadian kemarin, Dalfon mau tidak mau harus muncul kembali. Supaya Lima Keluarga Besar tidak mencurigai dirinya. Pasalnya jika Nara yang mengendalikan dirinya, aura yang dipancarkan bukanlah aura Dalfon yang asli. Dan jika para pemimpin tau akan hal itu, pasti ia akan diselidiki lebih lanjut.Dalfon menatap seekor kucing yang ada di lantai. Kucing berwarna putih itu bukanlah kucing biasa. Pasalnya kucing itu telah dirasuki oleh jiwa Nara. Yang artinya Nara sekarang dalam wujud kucing, bukan di dalam dirinya lagi.Nara sengaja pindah dari dalam diri Dalfon, supaya jejak atas dirinya menghilang secara sempurna. Dengan begitu, tidak akan ada yang mencurigai D
Arasha, Alyssa, dan Vedora kebingungan di ruangan OSIS. Pasalnya ada berita tentang murid baru di sekolah mereka. Tetapi mereka sama sekali tidak mendapatkan informasi apa pun dari guru tentang murid baru itu. Masalahnya murid barunya bukan cuma satu. Melainkan ada dua. Dan itu sangat mendadak. Tidak ada pembahasan lebih dulu dengan para anggota OSIS.Satu-satunya petunjuk yang mereka dapatkan hanyalah salah satu dari murid baru itu ada di bawah pengawasan Carles. Petunjuk itu sama sekali tidak membantu. Karena setahu mereka, satu-satunya anaknya Carles hanyalah Arasha."Bagaimana bisa ada murid baru? Kan sebentar lagi kita akan ada lomba tahunan?" tanya Arasha kebingungan."Ya tanya aja sama bokap lo. Orang bokap lo yang masukin dia ke sini," jawab Vedora."Kalau memang bokap lo yang bertanggung jawab atas orang itu, pasti orang itu bukan orang sembarangan. Setidaknya orang itu bisa bantu sekolah kita untuk memenangkan lomba tahunan," ujar Alyssa.
Arasha berlari keluar dari ruangan OSIS saat mendengar suara bel istirahat. Ia pergi ke kelas XI ruangan 3 untuk mencari sosok Dalfon.Sudah beberapa hari mereka bersekolah di sekolah yang sama. Tetapi mereka sama sekali belum pernah berbicara empat mata. Dan karena itulah sekarang Arasha mencari Dalfon. Untuk berbicara dan menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada saat sebelum tahun baru.Tetapi saat ia sampai di kelas itu, ia sama sekali tidak mendapati sosok Dalfon. Aneh, padahal pada catatan absen siswa, Dalfon dinyatakan hadir. Tetapi laki-laki itu sekarang sudah tidak ada di kelas. Membuatnya menebak-nebak, di manakah Dalfon berada sekarang?Arasha tidak menyerah. Arasha mencari keberadaan Dalfon dengan cara menanyakan keberadaan Dalfon pada semua orang yang ada di dalam kelas itu. Dan beruntungnya, ada salah satu siswa yang mengetahui posisi Dalfon sekarang.Arasha langsung melenggang pergi saat mendapatkan informasi itu. Langkahny
Malam yang menyedihkan bagi Arasha. Karena malam ini ia akan dipertemukan oleh laki-laki yang telah dijodohkan dengannya. Dan pada malam ini juga, Arasha akan melakukan pertunangan dengan laki-laki itu.Kesedihan. Itulah yang dirasakan oleh Arasha. Siapa yang tidak sedih jika harus bertunangan dengan laki-laki yang tidak dicintainya? Pasti semua orang akan sedih, termasuk Arasha.Kalau seandainya boleh memilih, minimal laki-laki yang seharusnya menjadi tunangannya adalah Vedora. Karen Arasha sudah mengenal baik laki-laki itu. Dan persahabatan mereka yang begitu lama, ia rasa tidak akan membuat ia berat hati jika harus bertunangan dengan laki-laki itu.Tetapi vedora adalah minimal. Karena satu-satunya laki-laki yang diharapkan oleh Arasha adalah pangeran es. Laki-laki yang telah membuka matanya dan memperlihatkannya bahwa ada sesuatu istimewa yang tidak bisa dibeli oleh uang dan kekuasaan.Arasha sadar kalau harapannya itu tidak akan pernah jadi nyata. Kar
Beberapa acara sudah berlangsung dengan lancar. Sekarang sampai pada acara pertukaran cincin. Cincin yang akan digunakan pada acara ini adalah cincin warisan dari keluarga Kaze. Yang artinya cincin itu sebagai simbol kalau setelah ini Arasha adalah bagian dari keluarga Kaze.Arasha sendiri sudah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia sudah benar-benar pasrah akan keadaannya sekarang. Karena mau bagaimana pun ia mencoba menolak, hasilnya tidak akan berubah. Malahan ia nanti akan kena hukuman dari keluarganya. Dan ia belum siap untuk menerima hukuman itu.Sora sudah memegang cincin warisan keluarganya. Tangan sebelah kirinya pun juga sudah menggenggam erat tangan kanan Arasha. Cuma tinggal selangkah lagi, maka mereka sudah dinyatakan resmi sebagai tunangan."Tunggu," ujar Carles membuat gerakan Sora langsung terhenti."Nunggu apa, Om?" tanya Sora kebingungan.Carles harus mengulur waktu sebisa mungkin untuk memastikan apakah
Dalfon dan Shisha bergerak maju bersamaan. Tatapan Dalfon menunjukkan kalau ia akan benar-benar serius dalam pertarungan ini. Dan pandangan Shisha menunjukkan kalau ia sangat menikmatinya.Shisha sudah lama sekali tidak berhadapan dengan orang yang setara dengannya. Semua orang yang ada di sekitarnya sama sekali tidak bisa membuatnya serius saat bertarung. Jadi sekalinya ia bertemu dengan Dalfon yang bisa mengendalikan aura, rasa ingin membunuh dan semangat petarungnya pun kembali lagi seperti saat ia masih muda dulu.Telapak tangan Shisha dan Dalfon saling bertemu. Shisha menggunakan seluruh energi sihirnya dan Dalfon juga menggunakan seluruh aura yang ia miliki.Pertemuan antara sihir dan aura adalah hal yang sangat jarang terjadi. Dan sekalinya terjadi pasti akan menimbulkan sebuah kerusakan yang sangat besar. Seperti sekarang, kerusakan sudah mulai terlihat. Ada banyak angin kencang yang timbul akibat pertemuan kedua energi itu. Dan angin-angin i
Nara menatap Carles, Alice, dan Vinka secara bergantian. Ketiga pemimpin dari Lima Keluarga Besar. Kekuatan mereka bertiga tidak bisa diremehkan. Tetapi Nara juga bukanlah makhluk yang bisa dengan mudah dikalahkan oleh manusia.Nara sendiri sebenarnya bisa saja menciptakan sebuah bencana yang bisa merenggut semua manusia yang ada di tempat itu. Tetapi karena ia pikir itu adalah hal yang berlebihan, maka ia tidak akan melakukannya. Ia akan mencoba untuk sedikit manusiawi sekarang."Siapa kamu?" tanya Alice dengan tatapan tajam."Sebelum saya memperkenalkan diri. Sepertinya mereka yang tidak setara, harus menyadari posisi mereka lebih dulu," ujar Nara sambil melihat ke arah sekitar."Berlututlah," lanjut Nara diakhiri dengan sebuah senyuman tipis.Semua orang yang ada di ruangan itu pun merasakan ada gravitasi yang sangat tidak wajar. Tekanan yang sangat kuat sampai-sampai mendorong tubuh mereka sampai ke tanah. Tekanan itu sangatlah kuat, buka