Pagi harinya, Feng Guang sudah meninggalkan rumah Tabib Hong Than. Saat itu kondisinya sudah benar-benar pulih, rasa sakit di sekujur tubuhnya sudah tidak terasa lagi.Saat Feng Guang berpacu dalam kecepatan tinggi, mendadak ia menghentikan laju kudanya, karena melihat ada bayangan putih yang terbang mengikutinya dari belakang.Bayangan putih itu adalah sesosok pendekar wanita, ia meluncur deras ketika Feng Guang sudah menghentikan laju kudanya, kemudian langsung mendarat sempurna di tengah jalan, tepat di hadapan kuda yang ditunggangi Feng Guang.Feng Guang terperanjat, ia tampak kaget sekali melihat sosok wanita cantik yang secara tiba-tiba menghadang perjalanannya. Wanita tersebut mengenakan pakaian serba putih, dengan rambut diikat rapi ke belakang. Ia menyanggul sebilah pedang yang gagangnya berbentuk kepala burung rajawali, penampilannya menandakan bahwa wanita tersebut bukanlah seorang wanita sembarangan."Siapa wanita ini? Kenapa dia menghadang perjalananku?" gumam Feng Guang t
Feng Guang hanya tersenyum saja, kemudian melanjutkan kembali perjalanannya masuk ke dalam desa Shengcun. Tiba di rumah sederhana yang kini menjadi tempat tinggalnya bersama Lei Cuan dan Jui Shin, Feng Guang langsung beristirahat. Kebetulan saat itu, Jui Shin dan Lei Cuan sedang mengawasi para pendekar yang tengah berlatih di halaman barak tidak jauh dari rumah tersebut. Ketika mengetahui Feng Guang sudah pulang, Jui Shin langsung meninggalkan barak dan segera melangkah menemui Feng Guang. "Kak Feng!" teriak Jui Shin sambil mengetuk pintu kamar laki-laki tampan yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya itu. Feng Guang yang sudah tertidur lelap tidak mendengar teriakan dan ketukan pintu dari gadis cantik itu. Feng Guang benar-benar kelelahan setelah melakukan perjalanan berjam-jam. "Rupanya Kak Feng sangat lelah sekali," gumam Jui Shin mengintip dari sela-sela pintu kamar tersebut. "Aku harus membuatkan minuman rempah-rempah untuk Kak Feng, tubuhnya akan menjadi bugar setelah minum
Namun, para pendekar Sekte Butong masih saja diam. Tidak ada satu orang pun dari mereka yang berani maju. Sepertinya mereka merasa takut jika harus melanjutkan pertarungan dengan dua orang pendekar Sekte Yan."Kenapa kalian diam?!" bentak salah seorang pendekar dari Sekte Yan. "Kami tidak akan pernah main-main dengan apa yang sudah kami katakan. Kalian akan kami binasakan jika memaksa untuk tetap melanjutkan perjalanan menuju desa Shengcun!" Matanya membola tajam menatap ke arah para pendekar Sekte Butong.Mendengar perkataan pendekar dari Sekte Yan. Maka para pendekar dari Sekte Butong mulai paham bahwa ancaman tersebut memang benar-benar diucapkan secara bersungguh-sungguh.Dengan demikian, mereka berpikir, jika tidak mematuhi apa yang diminta oleh dua orang pendekar Sekte Yan yang ada di hadapan mereka, itu artinya mereka sudah berani menantang maut."Ancaman mereka sangat berbahaya sekali, apa yang harus kita lakukan?" bisik salah seorang pendekar Sekte Butong kepada kawannya."Ki
Singkat cerita ....Pada suatu hari, telah datang seorang prajurit utusan dari negri sebrang. Prajurit itu diutus oleh penguasa kerajaan Yanmar untuk menyampaikan undangan resmi kepada semua pemimpin sekte yang ada di wilayah daratan Tionggon. Salah satunya adalah Feng Guang yang mendapat undangan tersebut.Dalam undangan tersebut tertulis bahwa semua pemimpin sekte supaya ikut andil dalam sayembara besar yang akan diadakan beberapa Minggu ke depan oleh sang penguasa kerajaan Yanmar.Acara tersebut akan digelar di halaman istana kerajaan, dengan mengundang beberapa orang pendekar sakti dari seluruh penjuru dunia. Mereka terdiri dari berbagai golongan dan sekte-sekte yang dianggap memiliki pengaruh besar di dunia kang ouw.Awalnya Feng Guang tampak biasa-biasa saja, seperti tidak tertarik dengan undangan tersebut. Akan tetapi, setelah Lei Cuan dan Suhu Yin menyarankan supaya dirinya ikut dalam sayembara itu. Maka dalam diri Feng Guang tumbuh rasa semangat yang begitu tinggi, sehingga F
Di depan sana, tampak beberapa orang pria dewasa tengah berkumpul. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting. Melihat pemandangan seperti itu, Feng Guang pun langsung memperlambat laju kudanya.Ia melihat ada beberapa orang berpakaian aneh, serba merah dan semuanya mengenakan ikat kepala warna merah pula. Di barisan depan, tampak seorang pria bertelanjang dada dengan sikap tegak berjalan memimpin barisan orang-orang berpakaian serba merah yang ada di belakangnya.Dua bola mata Feng Guang terus mengawasi gerak-gerik orang-orang tersebut. "Apakah mungkin mereka ini adalah orang-orang dari Sekte Yan. Menurut informasi dari Jui Shin, mereka menguasai wilayah perbatasan?" gumam Feng Guang.Setelah mengawasi lebih detail, ternyata Feng Guang mengenali orang-orang tersebut. Mereka ternyata sudah pernah bertemu dengannya, bahkan pernah terlibat pertarungan dengan Feng Guang. Orang-orang itu adalah para pendekar dari sekte besar dari golongan para pendekar jahat yang pe
Feng Guang mengerutkan keningnya. "Hukuman? Apakah kau yakin kalau aku bersalah?" tanya Feng Guang dengan sikap sinis. "Tapi jika kalian bersikeras menuduhku sebagai seorang yang sudah melanggar aturan di dunia kang ouw. Maka, aku akan ambil tindakan, dan aku tidak mungkin menyerah kepada kalian!" tegas Feng Guang menambahkan.Sedikit pun, Feng Guang tidak merasa takut atau ragu jika dirinya terpaksa harus melakukan pertarungan dengan para pendekar itu.Dengan demikian, para pendekar itu tampak gusar sekali melihat sikap Feng Guang seperti itu. Seakan-akan mereka merasa direndahkan oleh seorang pemuda yang baru muncul di dunia kang ouw."Kami sudah memberi saran baik untukmu, tapi kau ini memang keras kepala. Tidak mau mengikut saran yang kami berikan, itu adalah pertanda bahwa kau akan celaka!" kata pemimpin Sekte Butong dengan wajah penuh kegusaran."Persetan dengan saran kalian, aku tidak setuju!" Feng Guang balas membentak dengan suara tak kalah keras."Sekarang turunlah dari kuda
Dengan gerakan yang sangat cepat, salah seorang pendekar mengayunkan tangannya hendak menyambar ke arah Feng Guang. Seiring demikian, terdengar gemuruh angin berkekuatan besar meluncur deras keluar dari tangan pendekar tersebut.Dalam situasi genting seperti itu, Feng Guang tetap bersikap tenang dalam menghadapinya. Tetapi dirinya selalu bersiaga mengantisipasinya kemungkinan yang akan terjadi.Sebelum tangan pendekar itu menyentuh perut Feng Guang, gelombang angin sudah lebih dulu berhembus kencang, hingga dirasakan oleh semua orang yang ada di tempat tersebut. Dengan terpaksa mereka langsung mundur, karena takut terkena imbas dari jurus yang dikeluarkan oleh kawan mereka.Melihat situasi seperti itu, Feng Guang sudah mulai naik darah. Alisnya berdiri saling bertautan, dua bola matanya terus menatap tajam ke arah lawan, kemudian berkata, "Aku akan melakukan perlawanan dan aku tidak akan pernah tunduk kepada kelompok kalian!"Setelah berkata demikian, Feng Guang langsung melancarkan s
Melihat kondisi Feng Guang sudah mulai kehabisan tenaga, semua pendekar yang ada di tempat tersebut mentertawakannya. Mereka mengejek Feng Guang yang mulai kelelahan.'Jika kondisiku terluka seperti ini, aku tidak mungkin bisa mengikuti sayembara di kerajaan Yanmar. Butuh waktu lama untuk memulihkan kondisiku,' batin Feng Guang.Darah segar terus mengalir dari mulut dan hidungnya, dadanya pun kembali terasa sesak dan sangat sakit."Sebaiknya kau menyerah saja, daripada kau harus mati konyol di tempat ini!" bentak Shio Hang dengan suara keras. "Percuma saja kau memaksakan diri, karena kau tidak mungkin dapat melakukan perlawanan yang berarti terhadap kami."Sikapnya benar-benar sombong dan merasa yakin bahwa Feng Guang tak akan dapat melanjutkan pertarungan tersebut."Kau boleh menang bertarung dengan cara kotor ini, tetapi itu hanya sesaat saja. Perlu kau ketahui, aku tidak akan mungkin menyerah begitu saja!" Feng Guang menjawab dengan nada tinggi juga."Bedebah! Dasar keras kepala!"
Para pendekar itu kembali mengerahkan kekuatan mereka dan kembali melakukan serangan secara brutal terhadap Feng Guang. Namun, Feng Guang dengan gerakan yang sangat cepat langsung menangkis setiap serangan yang dilancarkan oleh lawan-lawannya.Setelah dapat menghindari setiap serangan yang mengancam dirinya, Feng Guang langsung membalasnya dengan serangan yang lebih ganas dari serangan lawan-lawannya.Demikianlah, pertarungan itu pun terus berlanjut dan menjadi semakin sengit saja. Dari kedua belah pihak terus melakukan serangan-serangan yang sangat berbahaya. Terlebih lagi, serangan-serangan yang dilakukan oleh Yao Ming dan para pendekar lainnya. Mereka benar-benar berambisi untuk membinasakan Feng Guang pada saat itu juga.Mereka menutup mata dan telinga, seolah tak peduli dengan penjelasan Feng Guang. Para pendekar itu yakin bahwa Feng Guang adalah pelaku utama yang sudah membantai para pendekar Sekte Tian Cu."Tak ada pilihan lagi, selain melumpuhkan mereka satu persatu untuk meny
Namun, dua orang pendekar berjubah hijau itu tidak mengindahkan pertanyaan Feng Guang. Mereka hanya tertawa dan terus melakukan serangan terhadap Feng Guang."Kurang ajar!" geram Feng Guang langsung melakukan perlawanan sengit.Saat dirinya terdesak, Feng Guang menghentakkan kakinya, kemudian meluncur ke udara. Saat dalam posisi mengambang di udara, maka Feng Guang segera mengerahkan jurus tenaga dalamnya."Sebenarnya aku tidak tega jika harus melukai kalian. Tetapi, anggap saja ini adalah sebuah pelajaran yang harus kalian terima," kata Feng Guang masih dalam posisi terbang di atas para pendekar itu.Tanpa terduga, gelombang panas tiba-tiba muncul dari kedua telapak tangan Feng Guang. Kemudian gelombang panas itu meluncur ke arah dua pendekar berjubah hijau itu, serangan yang sangat dahsyat dan sulit dihindari, sehingga dua orang pendekar itu langsung jatuh bergelimpangan. Mereka benar-benar terkejut dan tak dapat mengantisipasi serangan tersebut.qFeng Guang hanya tersenyum dan lang
Yao Ming tertawa dingin, lalu menjawab, "Kau memang pandai berbohong, sehingga rakyat negri ini sangat percaya dengan kebohonganmu, karena mereka bodoh. Sebenarnya kau adalah penjahat yang berlindung di bawah kekuasaan Raja Hao Xiong Han yang dianggap sebagai pahlawan karena sudah berhasil merebut kembali pemerintah kerajaan Tionggon dari tangan Perdana Menteri Tuo Hang. Tapi di mata kami, kau tetap seorang penjahat. Kami tahu kebusukanmu!""Kau telah menuduhku melakukan perbuatan yang tidak pernah aku lakukan!" Feng Guang membentak dengan penuh kegusaran. "Seharusnya kau percaya bahwa aku ini tidak pernah terlibat dalam kasus kematian para pendekar Sekte Tian Cu. Ini fitnah dan aku tidak terima atas tuduhan ini!"Yao Ming dan kedua anak buahnya tertawa lepas mendengar perkataan Feng Guang. Mereka sama sekali tidak percaya dengan apa yang Feng Guang katakan."Jangan berkelit lagi, Feng Guang. Percuma saja, kami memiliki bukti yang kuat!" kata Yao Ming. "Malam ini kau harus mempertangg
Setelah berada di luar penginapan, Feng Guang tampak terkejut sekali ketika melihat sebuah tulisan di dinding luar kamar tempatnya menginap. Tulisan tersebut merupakan sebuah tantangan dari seseorang yang tak dikenal yang meminta Feng Guang agar datang ke sebuah tempat."Gurun pasir Tio Sun," gumam Feng Guang setelah membaca tulisan tersebut.Entah siapa orang yang sudah menulis pesan tersebut, karena dalam tulisan itu tidak tertulis nama sang penulisnya.Feng Guang tampak bingung sekali. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata lagi, "Bagaimana mungkin ada seorang pendekar yang menantangku untuk bertarung, padahal tak ada orang yang mengetahui kalau aku menginap di sini. Bahkan para biksu yang baru melakukan pertemuan denganku tidak ada satu pun yang tahu?"Feng Guang termenung sejenak, memikirkan langkah selanjutnya. Apakah ia harus menerima tantangan tersebut atau mengabaikannya?Setelah itu, Feng Guang langsung bersiap untuk berangkat ke gurun pasir Tio Sun. Ia tampak penasaran
Dengan demikian, Feng Guang sudah mulai kehilangan kesabaran dan langsung mengerahkan jurus andalannya.Perdana Menteri Tuo Hang, saat itu masih dapat melakukan perlawanan meskipun dirinya sudah mengalami luka yang sangat parah. Namun, perlawanannya tidak berarti apa-apa, karena Feng Guang lebih unggul segalanya.Hanya dengan dua kali sabetan pedangnya, Feng Guang sukses menjatuhkan pria bertubuh kekar itu, sehingga Perdana Menteri Tuo Hang tewas dengan luka yang sangat parah di bagian leher dan perutnya.Sementara itu, pasukan Hu Yui Se sudah sepenuhnya menguasai pertempuran. Bahkan mereka sudah berhasil menangkap para prajurit kerajaan dan menewaskan Panglima Hui Su sebagai orang nomor satu di angkatan perang pasukan kerajaan Tionggon yang diperintah oleh Perdana Menteri Tuo Hang.Berkat keyakinan dan kegigihan para prajurit Hu Yui Se, akhirnya mereka mampu merebut istana yang sudah lama dikuasai oleh pasukan kerajaan yang pro terhadap Perdana Menteri Tuo Hang."Ini adalah sebuah ke
Dengan demikian, pertempuran besar pun kembali terjadi. Pasukan kerajaan melakukan perlawanan sengit atas serangan yang dilancarkan oleh pasukan Hu Yui Se."Jangan biarkan mereka masuk. Kalian harus bisa mempertahankan istana ini!" seru Panglima Hui Su.Feng Guang dengan gagahnya memacu derap langkah kudanya langsung masuk ke halaman istana disusul oleh Dui Mui dan Hok Shin. Dengan senjata masing-masing, mereka langsung menebas leher semua prajurit kerajaan yang coba-coba melakukan perlawanan.Saat demikian gentingnya, Perdana Menteri Tuo Hang pun sudah bersiaga penuh. Ia bersama para pengawalnya langsung menghunus pedang masing-masing demi mempertahankan diri.Beberapa saat kemudian, beberapa orang dari pasukan Hu Yui Se berhasil menerobos pertahanan pasukan kerajaan. Mereka berhasil memasuki istana, kemudian langsung mengepung Perdana Menteri Tuo Hang dan para pengawalnya."Menyerahlah, Perdana Menteri!" seru Dui Mui."Bedebah!" geram Perdana Menteri Tuo Hang. Kemudian memberikan pe
Lie Huang dan semua yang ada di tempat itu mengangguk dan menjura serempak, sebagai bentuk hormat mereka terhadap Feng Guang selaku pemimpin tertinggi pasukan Hu Yui Se.Beberapa saat kemudian, tiga orang agen pengintai yang ditugaskan oleh Feng Guang sudah kembali menghadapnya. Tiga orang agen pengintai itu adalah para prajurit khusus. Mereka melaporkan tentang kondisi istana dan juga peta kekuatan lawan yang akan digempur oleh pasukan Hu Yui Se. Semua berdasarkan hasil penyelidikan yang mereka lakukan."Apakah ada tanda-tanda bahwa pasukan kerajaan mendapatkan bantuan dari pihak asing atau tidak?" tanya Feng Guang meluruskan pandangannya ke arah tiga prajurit mata-mata yang baru saja kembali."Sepertinya tidak, Panglima. Semua jalur yang menuju ke istana sudah diblokade oleh pasukan kita. Jadi, tidak mungkin ada pihak asing yang berani memasuki wilayah ibu kota," jawab salah seorang dari ketiga prajurit itu.Feng Guang tersenyum lebar, lalu bertanya lagi, "Apakah saat ini mereka sud
Tan Miau dan para prajurit Hu Yui Se tampak semringah mendengar perkataan Caw Kyu. Pasalnya, dengan gabungnya Caw Kyu dan kawan-kawannya, tentu akan menjadi kabar baik dan menggembirakan bagi seluruh rakyat kerajaan Tionggon."Kami sangat senang sekali mendengarnya," kata Tan Miau tersenyum lebar. "Semoga pasukan Hu Yui Se akan menjadi semakin kuat dengan kehadiran kalian," sambungnya dengan raut wajah semringah.Selanjutnya, Tan Miau langsung menyerahkan Caw Kyu dan kawan-kawannya kepada ketua regu induk pasukan Hu Yui Se yang bertugas di sepanjang perbatasan kota Yuanzi Timur. Setelah itu, Tan Miau kembali masuk ke tendanya untuk beristirahat sejenak, karena malam sudah semakin larut dan hampir mendekati pagi."Malam ini kalian istirahat saja dulu, besok barulah kalian boleh bergabung dengan para prajurit lainnya," kata salah seorang prajurit yang menjadi ketua regu induk pasukan Hu Yui Se.Caw Kyu dan kawan-kawannya menjura hormat dengan membungkukkan badan ke arah prajurit tersebu
Semua prajurit yang ada di tempat tersebut saling berpandangan, mereka sependapat dengan prajurit senior yang merupakan ketua regu di dalam kubu pasukan kerajaan. Dia adalah Caw Kyu—orang kepercayaan Panglima Hui Su. Bagaimana yang telah Caw Kyu sampaikan bahwa solusi dan jalan keluar terbaik adalah kabur dari istana. "Melarikan diri memang jalan terbaik yang harus kita lakukan, agar kita semua selamat dari serangan pasukan Hu Yui Se," desis salah seorang prajurit. "Jujur saja, aku sudah lelah berada di di istana ini," sambungnya."Apa yang kau katakan memang benar, aku pun sependapat denganmu," sahut prajurit lainnya.Semua prajurit yang ada di tempat tersebut, kini mulai berani mengungkapkan perasaan yang selama ini mereka alami. Para prajurit itu sudah tak mau lagi terlibat perang melawan pasukan Hu Yui Se.Selain takut terhadap lawan yang mereka hadapi, para prajurit itu pun berpikir bahwa perang tersebut sama dengan melawan saudara mereka sendiri. Karena di dalam kubu pasukan Hu