Suara desahan dan erangan terdengar ke seluruh penjuru kamar, keringat menetes di kening Damian sedangkan wanita di bawahnya tengah tersenyum dan turut bergoyang membantu Damian segera mencapai puncaknya. Tak lama terdengar erangan kuat nan panjang dari Damian juga Tania.
Tubuh Damian ambruk di samping tubuh Tania, ia mengatur napasnya begitu juga dengan Tania yang masih mengejang beberapa kali. Belum beberapa menit, Tania kembali bangkit dan duduk di atas tubuh Damian ia bergoyang seirama membangkitkan gairah Damian lagi.
Di lain tempat, Martha menatap layar monitor dengan mata berkaca-kaca, ia tak menyangka jika Damian benar-benar tega mengkhianatinya. Bahkan Damian tega melakukannya dengan seorang pelayan biasa. Martha sebenarnya tak sungguh-sungguh pergi ke Singapura. Ia sengaja pergi dari rumah karena melihat gelagat Damian yang terlihat berbeda saat menatap Tania, begitu pun sebaliknya. Dan ternyata benar dugaan Martha jika Damian meng
Bhuvi tersenyum dan mengangguk, Gama pun berteriak senang. Dengan penuh semangat, Gama berjalan ke halaman rumah. ia lantas menyapa Boy dan meminta pria itu segera mengantarkan dirinya ke sekolah. Glara terharu melihat tingkah Gama yang begitu bahagia hanya karena hal sekecil itu. Sosok Bhuvi mampu memenuhi semua impian Gama tentang seorang Ayah.Selama perjalanan menuju ke sekolah, Gama terus berceloteh tentang penampilannya nanti. Ia mengatakan kalau dirinya sangat senang bisa tampil di sana. Tak terasa mobil Bhuvi sudah tiba di halaman sekolah Gama, Bhuvi turun pertama kali dan membantu Glara dan Gama turun.Senyum bahagia tak pernah luntur dari wajahnya begitu juga dengan Glara, ia turut senang kala melihat putra tunggalnya begitu bahagia. Mereka mengantarkan Gama ke kelasnya dan setelah itu mereka berjalan beriringan menuju ke aula sekolah dan mencari tempat duduk yang berhadapan langsung dengan panggung tempat Gama tampil nanti.
Glara pun terjatuh dan hilang kesadaran, Bhuvi mendengar suara teriakan dari arah samping panggung. Dengan berhati-hati, Bhuvi segera menghampiri sumber suara. Dari kejauhan dan jarak pandang yang tak terlalu jauh, Bhuvi melihat seorang wanita terbaring di lantai dan sekelilignya terdapat api yang menyambar-nyambar.Bhuvi bergegas menghampiri sosok itu, setelah berjuang cukup sulit, akhirnya Bhuvi berhasil berada di samping tubuh itu. dengan sekali hentakan, Bhuvi berhasil mengangkat tubuh lemah Glara. Kini tantangan terakhir yang harus Bhuvi lewati adalah kayu besar yang menghadang pintu keluar dengan kobaran api di sekitarnya.Setelah berdiam cukup lama, Bhuvi akhirnya menemukan cara untuk keluar dari sana. ia segera berjalan menuju ke salah satu jendela yang terlihat masih utuh. Bhuvi mengedarkan pandangan mencari alat untuk memecahkan kacanya. Beruntung di dekatnya terdapat sebuah balok kayu yang tak terbakar. Dengan sebelah tangan Bhuvi
Gama sudah menangis di dalam dekapan Darel. “Bu Lana, bisa bawa Gama menjauh. Biar dia saya yang atasi.” Lana mengangguk dan mengambil alih Gama dari pria itu.“Boy jaga,” perintah Darel pada Boy dan beberapa anak buah lainnya.Darel bergerak maju, pengawalnya membuka jalan untuk Darel. “Pak Damian, ada baiknya bapak menjaga sopan santun anda. Ini rumah sakit bukan pasar, lagipula ini bukan saat yang tepat untuk menemui Gama.”“Anda siapa? Anda tidak perlu ikut campur!” bentak Damian menunjuk-nujuk Darel.Salah seorang anak buah Darel sudah menempelkan tembakan ke arah kepada Damian namun, Darel mencegahnya dengan memberi kode gelengan kepala. “Saya memang bukan siapa-siapa. Anda benar saya memang tidak perlu ikut campur dengan urusan anda dan masa lalu Glara. Tetapi yang perlu anda ingat, saya adalah rekan sekaligus saudara jauh dari Tuan Louis,
Damian pun terpaksa berhenti bergoyang dan melihat sosok wanita yang dengan lancangnya masuk ke ruangannya. “Martha?”Wanita itu menaikkan sebelah alisnya. “Kenapa kaget?” balasnya berdiri di ambang pintu seraya melipat kedua tangan di depan dadanya.Damian pun segera merapikan celana dan pakaiannya, begitu juga dengan Tania ia menunduk seraya merapikan pakaiannya. “Kenapa berhenti, dilanjut saja. lagi tinggi, ‘kan? Kurang ya main sama Vione?”“Sayang, bukan begitu –“ ucapan Damian terpotong karena Martha mengangkat tangannya menandakan ia enggan mendengarkan ucapan apapun dari pria itu.“Aku tidak mau mendengarkan apapun. Kamu wanita murahan!” ujar Martha memanggil Tania mendekatinya.“Martha jaga bicaramu!” bentak Damian tak terima dengan sapaan yang istrinya sematkan pada wanita yang baru
“Saya tidak akan keluar dari sini. Transaksi itu tanpa sepengetahuan saya, jadi saya tidak akan keluar dari sini.”Tiga orang pria itu menatap Damian bingung. “Tetapi di sini sudah jelas jika kami pemilik sah rumah ini. Dan transaksi kami sah secara hukum dan negara. Jika bapak tidak bisa kooperatif saya akan meminta bantuan pihak kepolisian.”“Silakan saja! saya tidak takut. Rumah ini masih sah milik saya.”Setelah mendengar jawaban Damian, tiga orang pria itu bergegas pergi dari sana dan mempersiapkan langkah selanjutnya. Damian mengacak meja tamunya dan berteriak. “Shit! Semuanya jadi kacau‼”Damian menangkup wajahnya dan mengacak rambut kasar. “Tadi siapa?” tanya seorang wanita paruh baya berdiri di depan Damian.Damian mendongak dan menghela napas kasar kala melihat sosok yang kini duduk di hadapannya. “Bukan
“Jangan begitu. Walau licik kamu tetap mau kembali padanya, ‘kan?”Damian menatap Martha lekat-lekat. “Jangan asal bicara kamu, Martha. Semakin lama ucapanmu semakin tidak jelas.”“Aku yang tidak jelas atau memang kamu yang bingung mau menggaet wanita yang mana? Sudahlah Damian, aku tahu kok kemarin kamu mengunjungi Glara, sayangnya kamu tidak bisa bertemu dengan mantan istri tercintamu itu.” Martha bangkit dari duduknya dan berjalan memutari tubuh Damian. “Sudah benar keputusan Glara menolakmu, lihat dia sekarang. hidupnya bahagia bersama Bhuvi belum lagi warisan yang ia terima. Sebenarnya Glara tidak perlu bekerja keras, ia hanya diam di rumah dan uang akan tetap mengalir padanya,” ujar Martha seraya berjalan menuju ke jendela di sudut ruangan.“Martha aku sunggu mencintaimu. Tentang kemarin, memang aku menemui Glara tetapi bukan berarti aku masih mengharapkan
Wartawan menatap Glara dan Damian bergantian. “Iya, dia mantan suami saya. Kami bercerai beberapa bulan lalu karena dia menelantarkan putra saya yaitu Gama juga berselingkuh dengan salah seorang anak dari pengusaha ternama,” jelas Glara begitu tenang dan senyum tak lepas dari wajahnya.“Bagaimana bisa putra ibu ditelantarkan?”“Sebelum kami bercerai, saya bekerja di Jepang selama 18 bulan karena suami maaf mantan suami saya ini terkena phk atas kasus korupsi. Demi menghidupi putra saya, saya pergi ke Jepang dan bekerja di sana selama 18 bulan. Ketika saya kembali, ternyata mantan suami saya menceraikan saya dan tak lama saya mendengar kabar pernikahannya dengan anak pengusaha itu.”Lana bergerak maju. “Saya Lana, psikolog pribadi Gama juga Glara. Benar apa yang disampaikan oleh Bu Glara, Gama mengalami tindakan kekerasan dan penelataran sampai Gama harus menjalani terapi psikolog
Damian segera mengendarai mobilnya menuju ke alamat yang diberikan sang penelpon. Di lain tempat, Glara baru saja selesai berdiskusi dengan Bhuvi dan Darel tentang pelaporan kecelakaan Louis kemarin. Akhirnya setelah melewati beragam proses, Bhuvi berhasil mendapatkan pelaku utama dari kecelakaan yang Louis alami.“Besuk pagi, kita ke kantor polisi.” Glara mengangguk mendengar ucapan Bhuvi.“Aku juga sudah tahu siapa pelaku pembakarang gedung itu,” ujar Darel menunjukkan ponselnya.Bhuvi mengambil ponsel itu dan melihatnya bersama dengan glara. “Kita bisa laporkan ini bersamaan.”Bhuvi dan Glara bertukar pandangan dan menganggukkan kepala bersamaan. Mereka pun melanjutkan pembicaraan mengenai perkembangan perusahaan Louis juga bertukar pikiran tentang kendala yang mungkin Glara alami selama memimpin perusahaan. Nyatanya, Glara cukup baik memimpin perusahaan, hasil