Rona wajah Sharon langsung muram mendengarnya. Saat tadi Rachel menyebut nama Zico, Sharon sudah menebak Deddy pasti akan berpihak kepadanya. Sesuai dugaan, memang hanya Zico-lah orang yang paling pantas untuk menjadi penerusnya.“Iya, Pa,” kata Sharon, “Hanna masih muda, jadi terkadang dia nggak pikir panjang sebelum bertindak. Papa tolong jangan tersinggung. Soal ahli waris keluarga, gimana kalau kita bahas lagi di rapat internal keluarga dua hari ke depan?”“Soal itu kita nanti saja baru kita omongin lagi,” balas Deddy.Rachel tersenyum puas melihatnya. Tujuan dia mengungkit masalah ahli waris dalam acara malam ini yakni karena dia khawatir keluarga Adijaya akan menarik kata-kata mereka. Dengan adanya begitu banyak saksi mata malam ini, kalaupun nantinya Deddy berubah pikiran atau Sharon melakukan sesuatu di belakang, keputusan mereka kali ini sudah tidak akan berubah lagi.Keributan itu berangsur mereda dan pesta kembali berlangsung dengan kondusif, tapi jadi banyak orang yang mena
Pesta pun akhirnya berakhir tanpa ada masalah.Hendo berinisiatif mengantar Rachel pulang ke rumahnya, tapi Rachel menolak tawaran tersebut, “Ronald sudah menunggu di luar. Papa samperin Kakek saja, dari tadi Kakek ngelihat ke arah Papa terus.”Hendo pun menolahdan mendapati ayahnya sedang menatap dirinya. Lantas, Hendo berkata, “Kalau begitu kamu hati-hati di jalan. Kalau sudah sampai rumah, kasih tahu Papa.”“Rachel mengangguk dan langsung pergi dari aula pesta. Saat itu para tamu undangan sebagian besar sudah pada pulang, tapi ketika Rachel baru saja sampai di pintu masuk, dia dicegat oleh seseorang.“Kenapa lagi, Hanna?” tanya Rachel.“Kamu sengaja cari ribut sama aku?”“Aku nggak ngerti apa maksud kamu.”“Sudah merebut Melvin dariku, dan sekarang kamu masih mau merebut posisiku sebagai ahli waris?” Kalau kamu masih nggak mau mundur juga, bakal kubongkar semua kebusukan kamu.”“Oh, jadi kamu pikir pakai cara yang sama buat menyingkirkan Zico ke aku bukan perbuatan yang kekanak-kana
Rachel melihat di depannya sudah ada sebuah mobil hitam yang berhenti persis di depan pintu. Selagi dia berjalan mendekati mobil tersebut, Ronald turun dari kursi pengemudi dan membukakan pintu untuknya.Sembari memakaikan sabuk pengaman untuknya, Ronald bertanya, “Kamu tadi minum-minum?”“Cuma minum sedikit doang. Kamu sudah datang dari kapan?”“Baru saja sampai,” jawab Ronald.Begitu mobil sudah melaju perlahan di jalan raya, dengan suaranya yang berat Ronald berkata, “Harusnya hari ini aku ikut kamu datang ke pesta.”Rachel sempat bingung sesaat, tapi seketika itu dia langsung mengerti apa yang sedang Ronald bicarakan. Apa yang terjadi baru saja di pesta pasti sudah masuk berita, saat dia dihina-hina oleh Siska, saat dikepung oleh banyak wartawan, dan dijadikan bahan pembicaraan oleh para tamu …. Semua itu pasti sedang panas-panasnya dibahas oleh para netizen di jagat maya, dan Ronald pun pastinya memantau semua berita yang berkaitan dengan Rachel.“Kalau kamu ikut aku ke pesta, pas
Sejak mereka berdua kembali dari luar negeri, semua waktu pribadi hampir semuanya mereka habiskan di atas ranjang. Rachel menari kembali pandangan matanya dan bertekad untuk tidak menggoda Ronald.Tak lama mobil sudah memasuki area vila milik keluarga Tanjaya. Ketika Rachel baru saja turun dari mobil, Ronald langsung memeluk dan menciumnya selama satu menit penuh.Hingga mendengar adanya suara orang lain yang berbicara dari dalam rumah, barulah Rachel melepaskan diri dari pelukannya, “Ada yang datang. Jaga sikapmu ….”“Nggak apa-apa, cuma Tante Thalia saja. Dia kan juga sudah tahu.”Namun, Thalia bukanlah orang yang bisa dipercaya. Saat terakhir kali datang menjenguk Farah, dia mengatakan sesuatu yang jelek-jelek tentang Rachel tepat di depan wajah Farah. Rachel memang tidak peduli dengan sikap Farah kepadanya, tapi tetaplah mereka satu keluarga, akan lebih baik jika mereka bisa hidup damai. Kalau Thalia membicarakan orang lain di belakang, dikhawatirkan itu akan menimbulkan perselisih
“Aku sebagai mertua saja nggak pernah ikut campur sama urusan pribadinya Rachel, apalagi kamu,” ujar Farah.“Kamu itu mertuanya dia, dan dia menantunya kamu. Masa dia berani ngomong kurang ajar begitu di depan orang yang lebih tua? Waktu Ronald masih belum menikah, aku pernah kenalin keponakanku ke kamu. Anaknya jauh lebih penurut. Kalau Ronald menikah sama dia, semua kebutuhan Ronald sama kamu pasti terpenuhi dengan baik, nggak kayak Rachel.”Apa yang Farah pikirkan di kepalanya saat ini berbeda jauh dengan apa yang dikatakan oleh Thalia. Hubungan Farah dengan Ronald sudah begitu memburuk sampai mereka berdua tidak saling berbicara selama satu minggu lebih. Rachel sebagai orang yang berada di tengah pun tidak pernah berusaha untuk mencairkan suasana. Kalau saja posisi Rachel ditukar dengan keponakannya Thalia, mungkin situasinya tidak akan sampai separah ini ….Farah tahu Rachel sama sekali tidak bersalah, tapi dia berharap Rachel mau berbuat lebih banyak.Thalia terus menggerutu hing
“Tinggalkan dia!”Suara yang terdengar seperti robot itu terus berbunyi di dalam benak Rachel tanpa henti dan membuat dia membuka matanya tiba-tiba.“Kamu kenapa?” tanya Ronald sembari mencium keningnya.“Nggak … aku nggak apa-apa ….”Seketika Rachel berkata demikian, suara itu kembali bergema hingga membuat kepala Rachel terasa seperti dibelah jadi dua. Rachel sampai hampir pingsan karena saking sakitnya sensasi tersebut. Tiba-tiba Rachel teringat dengan momen di mana dia berusaha melompat dari gedung pada malam hari itu. Rasa sakit yang sama itu merambat mulai dari sisi kanan wajahnya sampai ke belakang kepala. Kemudian, dia sudah tidak ingat apa-apa lagi ….Tidak! Rachel tidak bisa membiarkan hal ini terjadi padanya! Dia bisa mendengar suara itu dengan amat sangat jelas, dan pastinya suara itu bukan sekadar ilusi belaka. Suara itu benar-benar muncul di benaknya. Suara tersebut memiliki kekuatan yang luar biasa besar dan langsung memenuhi semua pikirannya. Namun, kenapa bisa ada suar
Matahari mulai menyingsing, tapi Rachel dan Ronald masih terbaring di kasur. Waktu sudah menunjukkan tepat pukul 8.00.Saat Rachel mau bangkit dari kasur, Ronald menarik tangannya dan berkata, “Rachel, tidur saja lagi. Kemarin malam kamu kecapekan.”“Bukannya kamu yang lebih capek? Hari ini aku banyak kerjaan di kantor, jangan ganggu.”Setelah mengatakan itu, Rachel langsung melompat dari kasurnya secepat kilat. Kalau dia masih berlama-lama di kasur, bisa-bisa dia akan dilahap lagi oleh Ronald.Ronald pun membuka selimut dan pergi ke balkon untuk menikmati hangatnya cahaya matahari. Setelah semua masalah yang mereka hadapi saat ini selesai, dia ingin membawa Rachel pergi jalan-jalan untuk melepas penat.Seusai berberes dan turun ke bawah, anak-anak sudah berangkat ke sekolah. Setelah sarapan, Ronald mengantar Rachel sampai ke kantor Aurora Technology.“Nanti malam aku jemput, ya,” kata Ronald.“Oke, aku tunggu.”Rachel langsung menenteng tasnya dan masuk ke dalam. Pekerjaan selama sat
Dalam hati Rachel tidak bisa berhenti tertawa. Jelas-jelas istrinya sendiri yang dipukuli, tapi kenapa malah suaminya datang meminta maaf. Walau memang tak bisa disangkal bahwa Siska yang salah, tetap saja kasihan sekali dia malah dijadikan batu pijakan oleh suaminya.“Siang ini aku mau traktir kamu makan,” kata Shane.Kemarin Shane sempat pergi ke rumah keluarganya Siska dan mendapat kabar dari Rima tentang apa yang terjadi. Rupanya Rachel tidak ada rencana untuk bercerai dengan Ronald sama sekali, bahkan hubungan mereka masih sangat baik.Kalaupun suatu saat mereka bercerai, status Rachel sebagai ibu dari keempat anaknya tetap tak terbantahkan. Hanya dengan fakta itu saja sudah membuat Rachel sebagai orang yang tidak bisa sembarangan disinggung. Belum lagi fakta bahwa Rachel adalah satu-satunya anak perempuan yang ada di keluarga Tanjaya.Kebetulan Tarjoto Group memiliki proyek kerja sama dengan Adijaya Group. Kalau Shane dapat menjalin hubungan baik dengan Rachel, proyek tersebut pa