Darren membuka pintu dan langsung ditodong dengan berbagai pertanyaan wartawan yang tengah memegang kamera.“Katanya Bapak berasal dari keluarga Tanjaya dan merupakan anak kedua? Benarkah?”“Pak Darren sedang berkencan di sini? Apakah bisa tunjukkan pasangannya?”“Ada begitu banyak mawar di luar sana, apakah teman kencan Anda yang kasih?”Berbagai suara riuh dan heboh menyerangnya hingga membuat kepalanya sakit. Wajahnya menggelap dan menunduk dengan sorot remeh. Lelaki itu mengangkat tangannya dan menutup kamera yang ada di depannya. Dengan wajah dingin dia berkata,“Siapa yang minta kalian datang? Semuanya menjauh!”Kalimat tersebut membuat semua orang tercenung dan menjadi tenang. Namun ada wartawan yang tetap bertanya, “Pak Darren, kami hanya ingin mewawancarai Bapak. Bisa bocorkan sedikit siapa yang kasih Bapak mawar?”Alis lelaki itu terangkat dan bertanya, “Mawar apa?”Semua wartawan saling berpandangan dan dengan kompak memberi jalan pada lelaki itu. Terlihat hamparan mawar mer
Teleponnya sudah berdering beberapa saat, tetapi Darren masih tidak berani menerimanya. Hingga pada akhirnya dia dengan pasrah menerima telepon itu sambil memejamkan mata.“Ka-kak Eddy.”Orang di seberang telepon terdiam sesaat dan terdengar suara tawa renyah.“Kak Darren kenapa?”Mata Darren terbuka ketika mendengar suara familiar itu. Dia tampak tidak percaya dan bertanya, “Anggun? Kenapa bisa kamu?”Kenapa dia harus gugup jika bukan telepon dari Eddy?“Iya, Kakak nggak lihat nama di layar?” ujar Nana.Wajah Darren seketika memerah malu. Para wartawan yang ada di hadapannya diabaikan begitu saja oleh Darren. Dia mengibaskan tangannya dan berkata, “Pergi, pergi! Semuanya pergi.”Setelah itu dia memerintahkan karyawan hotel, “Bersihkan semua bunganya! Memalukan!”Lelaki itu masuk ke kamar sambil membanting pintunya hingga tertutup rapat. Sedangkan para wartawan yang ada di luar hanya bisa saling berpandangan.“Tadi itu suaranya adik dia? Kira-kira siapa, ya? Suaranya merdu sekali!”“An
“Cih! Kakak nggak perlu saran dia! Tapi kamu boleh kasih teleponnya ke dia dan coba dia sampaikan. Mungkin Kakak bisa kasih masukan buat dia,” balas Darren.Nana hanya tersenyum pasrah. Matanya berbinar cerah sambil menatap Kevin dengan alis terangkat seakan tengah bertanya pendapat lelaki itu. Kevin mengangguk dan menerima telepon itu.“Halo, Kak Darren.”“Siapa kakakmu?! Jaga sikap! Keluarga Tanjaya nggak ada yang dekat denganmu!” kata Darren.Nana menggelengkan kepalanya ketika mendengar itu. untungnya Kevin tidak akan peduli dengan hal tersebut. Dengan wajah tenang dan nada bicara sopan dia berkata,“Halo, Pak Darren,” kata Kevin mengganti cara panggilannya.“Aku dengar sekarang kamu sedang melakukan penelitian Nanomedis. Kebetulan aku ada beberapa data terkait hal itu.”Nana duduk sambil memangku dagunya dan menatap Kevin yang tengah menelepon. Cahaya dari jendela mengenai bahunya dan membuatnya terlihat berkilau. Sosok Kevin yang seperti itu terlihat begitu sempurna.Perempuan it
“Iya, aku hanya bercanda. Jangan begitu serius. Aku kasih senyuman lebar,” kata Nana sambil mencubit pipi lelaki itu. Kevin hanya menatapnya pasrah dan penuh sayang.“Apa rencanamu untuk pekerjaanmu selanjutnya?”“Rencana?” Nana memiringkan kepalanya dan dengan kening berkerut berkata, “Sebenarnya aku nggak ada sasaran atau tujuan apa pun. Aku masuk ke dunia ini biar lebih dekat saja denganmu. Sekarang aku sudah berhasil dan untuk selanjutnya aku juga sedikit bimbang. Bahkan aku sedang mempertimbangkan apakah masih mau tetap berada dalam dunia hiburan.”“Aku mengerti. Nggak perlu buru-buru, kamu masih ada banyak waktu untuk menentukan pilihanmu,” ujar Kevin setelah diam sejenak.“Ok!” Nana mengangguk kepalanya mengerti. Setelah pekerjaannya selesai, Kevin mengendarai mobilnya sendiri untuk membawanya mengelilingi pusat kota. Untuk pertama kalinya mereka datang ke tempat yang ramai. Dulu mereka selalu memilih tempat yang lebih tertutup dan sepi.Kevin sudah mempersiapkan diri, dia mengg
“Kenapa?” tanya Kevin dengan kedua alis terangkat.“Di sini terlalu menarik perhatian,” kata Nana sambil melirik arah luar.Setelah itu dia terdiam sesaat dan kembali berkata, “Kamu yang terlalu menarik perhatian.”Awalnya Nana pikir dia bisa makan dengan santai di keramaian dan jalan-jalan santai seperti pasangan umum lainnya. Ternyata baru makan saja sudah terbakar api cemburu.“Aku mencium bau kecemburuan,” kata Kevin.“Mana ada!” balas Nana dengan malu.“Aku nggak peduli, kekasihku nggak boleh dilihat orang lain! Kita ganti ke ruangan saja!” ujar Nana lagi.Kevin melepaskan sarung tangan dan membersihkan tangannya. Dia tersenyum sambil mengelus kepala perempuan itu dan berkata, “Ikut kamu saja.”Dia mengeluarkan ponsel dan ketika hendak menghubungi seseorang, perempuan yang di luar berjalan masuk ke arah mereka. Kening Nana berkerut ketika melihat ekspresi para perempuan itu yang tampak antusias dan girang.“Gawat! Mereka mengenali kamu?”Kalau sampai Kevin dikenali oleh mereka di
Selama dia di luar negeri Nana juga memiliki penggemar. Namun mereka bukan menyukai penampilannya, melainkan kepintarannya selama di sekolah. Nana memiliki bakat dalam merancang sesuatu dan mendapat banyak piagam.Akan tetapi semua kelebihannya tenggelam dalam bakat para kakaknya. Oleh karena itu Nana tidak pernah merasa dirinya unggul. Tidak ada ambisi berlebih dalam dunia karirnya.Dia masuk dalam dunia hiburan ini juga tidak ada harapan apa pun. Namun ternyata dengan usahanya sendiri, Nana bisa mendapatkan penggemar. Ternyata ada kelompok kecil yang diam-diam mendukungnya.Hati Nana terasa penuh dan hangat. Wajahnya mendadak memerah dan matanya berbinar. Dia menatap Kevin dengan sorot kagum dan bertanya, “Jadi ini alasan kamu suruh aku tunggu dulu?”Kevin tahu kebimbangan perempuan itu sehingga dia mengajak Nana melihat sesuatu hal yang biasanya tidak diperhatikan olehnya. Dengan begitu Nana akan secara perlahan mengerti dengan keinginan dirinya dan tahu apa yang akan dia kejar.Lel
Matanya terlihat sangat jernih dan penuh keyakinan. Kevin menatapnya beberapa saat, lalu berkata, "Tapi jalan ini akan jauh lebih sulit dari apa yang kamu bayangkan. Hidup di bawah sorotan kamera, membuat semua tindakan dan ucapanmu menjadi perhatian, kita hampir nggak memiliki privasi dan kebebasan.""Di waktu kita mendapat pujian, kita juga akan menghadapi banyak kejahatan dan fitnah. Dicerca, difitnah, dan lain-lain akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kalau nggak ada keyakinan dan kemampuan bertahan yang kuat, kita bisa kalah kapan saja. Meski begitu, kamu tetap bersedia melanjutkannya?" tanya Kevin dengan raut serius.Nana menatapnya dalam dan dari sana terlihat sorot kelelahan dan juga kejenuhan. Lelaki itu seolah-olah telah merasakan banyak hal dalam perjalanannya. Dia mendadak merasa kasihan, Nana mengabaikan semua pertanyaan Kevin sebelumnya dan bertanya, "Bagaimana kamu bisa bertahan pada masa-masa itu?"Mungkin orang lain tidak tahu, tetapi Nana yang merupakan pen
Nana tersenyum mendengar ucapan Fanny. Pantas saja Selena bilang bahwa penilaian Fanny tidak pernah salah.“Karena kamu sudah buat keputusan panjang, aku akan membuat rencana baru untuk jalanmu. Kamu bilang Dewa Kevin akan kasih kerjaan buat kamu, biar aku langsung menghubungi Yoko saja. Kami akan bekerja sama membuat karirmu naik dan berharap kamu bisa semakin giat.”“Tenang saja,” jawab Nana sambil tersenyum sumringah.Meski hanya untuk membuat dirinya serasi dengan Kevin, Nana juga bersedia berusaha keras. Setelah mereka mengakhiri panggilan, keduanya mulai sibuk merencanakan pekerjaan mendatang.Nana membuka akun sosial medianya. Sejak dia mulai syuting, Fanny sudah membuatkan sebuah akun media sosial. Dia belum pernah membuka akun tersebut dan sudah hampir lupa jika penggemarnya tidak mengingatkannya.Kevin pernah mengatakan bahwa akun media sosial milik Nana telah dibatasi. Sehingga orang yang akan melihat akunnya akan menjadi sangat rendah. Hal itu yang membuatnya sulit untuk ma