LauraJason membawaku ke rumahnya dan tidak ada yang dapat kukeluhkan karena aku ingin memeluk putriku dan menghabiskan sisa malam ini bersamanya. Jason membawaku ke tempat Anna sedang tertidur dan aku hampir mati ketika aku melihatnya berbaring di ranjang dan memeluk bantal. Aku menghampirinya dan berlutut, memeluk dan menciumnya.“Aku sangat mencintaimu, sayang …. Aku sangat merindukanmu,” tangisku. Tiba-tiba, seluruh diriku hancur karena apa yang terjadi padaku hari ini. Aku merasa sangat lemah dan ketakutan. Demikian pula, aku telah melalui banyak hal.“Apakah kamu mau mandi dulu? Aku telah mengatur airnya dengan temperatur yang kamu suka,” kata Jason padaku sambil menghampiriku dengan lembut.Aku menatapnya, sedikit ketakutan, dan mengusap air mataku, mencoba membetulkan posturku. “Terima kasih. Aku akan mandi,” kataku sambil bangkit dari lantai dan beranjak ke kamar mandi kamar itu. Akan tetapi, aku memberi tahu Jason dulu. “Temani dia, oke? Jangan tinggalkan dia sendirian.”
Laura“Jangan terlalu memercayai Graham, Lau. Kamu tahu dia hanya memberitahumu semua kebohongan itu untuk membuatmu kebingungan dan menculik putrimu,” kata Suzy dari ujung telepon lainnya, menunjukkan bahwa dia tidak percaya kalau dia dan aku bersaudara.Aku tidak bisa menyangkal bahwa aku sedikit kecewa dengan jawabannya karena, jika dipikirkan baik-baik kisah kami dan hal-hal yang kami lalui di masa lalu, ada konsistensi yang kuat bahwa, terlepas dari segalanya, Graham telah mengatakan yang sebenarnya. Sebenarnya, mudah untuk mengakui itu, tapi Suzy bersikap seakan-akan dia tidak ingin hubungan ini ada di antara kami dan aku tidak dapat memahaminya.“Iya, Graham memang sangat jahat, tentunya,” jawabku sambil tertawa pelan. “Namun, dengan begini, kita bisa melakukan tes DNA sederhana hanya untuk memastikannya,” saranku seolah-olah aku tidak menginginkan apa-apa.“Oh, kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu, Laura. Itu tidak penting sekarang. Ada hal-hal yang lebih penting dan mendes
Laura“Jason? Apakah dia bersamamu?” Di panggilan telepon itu, Gideon bertanya padaku setelah aku merangkum sedikit mengenai hariku yang rumit kemarin. Aku baru saja menyebutkan Jason di laporanku dan bahkan tidak menyadari bahwa itu dapat membuat Gideon cemburu.Aku menggigit bibirku, merasa gelisah, mengingat bagaimana Jason hampir selalu ada dan membantuku dengan hampir segalanya kemarin. Bukankah itu akan membuat Gideon khawatir karena Jason tetaplah mantan suamiku dan kami masih memiliki masalah yang belum terselesaikan?“Oh, iya. Jason muncul di tengah-tengah semua kebingungan ini dan membantuku. Kamu tahu dia dan aku tinggal di kota yang sama,” jawabku, memperbaiki rambut pirangku yang sudah memudar. Mungkin aku harus kembali mengecatnya dengan warna cokelat seperti dulu.“Sungguh, dia muncul untuk membantumu? Untunglah dia ada di sana untuk membantu. Lagi pula, Anna adalah putrinya juga. Akan aneh jika dia tidak ada di sana dalam situasi yang mengkhawatirkan itu,” katanya,
Laura“Apa yang kamu bicarakan, Jason? Kenapa Anna dan kamu akan mengacaukan sesuatu?” tanyaku padanya, ingin tahu apa yang dia maksud. “Apakah menurutmu aku merasa menyesal karena berbicara dengan pacarku saat Anna dan kamu ada di sini? Mengapa aku harus merasa bersalah? Apa salahku? Aku benar-benar berterima kasih padamu karena telah sangat membantuku kemarin, tapi jangan berpikir macam-macam, Santoso. Kamu tahu betul kisah kita sudah berakhir.” Aku memastikan untuk mengatakan itu padanya.Jakunnya bergerak di tenggorokannya seraya dia menelan ludah, merasa gugup mendengar perkataanku. “Aku tahu kita sudah putus, tapi sejujurnya, aku masih merasa itu sangat disayangkan, Laura. Apakah kamu tahu apa yang Anna katakan padaku kemarin? Dia bilang dia berharap kita tinggal bersama lagi sebagai sebuah keluarga, seperti seharusnya. Tidakkah kamu pikir putri kita pantas mendapatkan itu, Laura?” tanyanya dengan penuh harap, alisnya berkerut dengan ekspresi yang sangat sedih. Jelas sekali dia
TamaSehari sebelumnya, segala hal begitu kacau ketika Suzy harus segera dirawat di ruang gawat darurat dan harus melahirkan. Selain itu, dia harus berjuang mempertahankan hidupnya, jadi dia bahkan tidak dapat mempersiapkan dirinya dengan baik untuk keseluruhan proses melahirkan itu. Putri kami akan meninggalkan tempat penitipan bayi dalam beberapa jam lagi dan kami bahkan belum menyiapkan popok. Bagian terburuknya adalah Suzy masih belum sehat. Dia hampir tidak bisa berdiri karena operasi caesar yang telah dilakukannya dan lain sebagainya.“Apa-apaan! Seharusnya tidak seperti ini. Aku sudah mempersiapkan segalanya untuk tanggal jatuh tempo kelahiran Emy yang seharusnya masih tiga minggu lagi,” komentarnya, merasa frustrasi. Semuanya benar-benar kacau. Bahkan Clara, temannya, tidak dapat membantunya pada saat itu karena luka yang dia terima dari penculikan Lukman dan para bawahannya.“Emy? Apakah itu nama yang kamu pilih untuk putri kita?” tanyaku dengan penasaran.Dia terkekeh mes
TamaAku masih terkejut oleh perkataan Jason. Aku tidak mengerti kenapa dia terus mendesak percintaan di antara aku dan Suzy meskipun dia tahu aku sudah menikah dan, maka dari itu, kendati segalanya, aku masih mencintai istriku.Setelah itu, aku pergi ke apartemen Laura. Ketika aku tiba di sana, aku melihat bahwa ada petugas polisi dan penjaga keamanan dengan pakaian polos. Aku telah mendengar seseorang ditemukan meninggal di tempat itu, tapi para forensik telah pergi dengan tubuh korban tersebut dan tidak ada penyelidikan yang benar karena rekaman kamera pengawas menunjukkan bahwa Graham adalah pembunuhnya.Begitu aku diperbolehkan memasuki rumahnya, aku mencari kamar Suzy dan mengambil perlengkapan bayi yang Suzy bilang sudah dia persiapkan untuk kelahiran putri kami. Kemudian, aku kembali ke mobil dengan kekhawatiran lainnya. Aku menelan perasaanku dan menelepon Jason meskipun aku tahu aku baru saja meneriakinya.“Ada apa? Kenapa kamu meneleponku setelah kamu mematikan telepon t
Suzy“Apa? Kamu mau membelikanku rumah karena putriku?” tanyaku pada Tama ketika dia memberitahuku hal itu.“Iya, aku berencana begitu. Kamu tidak memiliki sumber pendapatan yang jelas. Kamu harus mengatur kehidupan finansialmu terlebih dulu, tapi sekarang Emy dan kamu membutuhkan dukungan. Akan lebih logis bagimu untuk menerima penawaranku,” jelasnya sambil mengangkat bahunya seolah-olah itu adalah hal yang sudah jelas.Seperti yang diharapkan, para dokter menyerahkan putriku padaku siang itu, jadi sekarang aku bisa menggendongnya di pelukanku dan melihatnya dari dekat. Dia begitu manis, sangat menggemaskan. Rambut dan matanya sejernih Tama, tapi aku juga bisa melihat beberapa detail diriku pada anak itu.Anehnya, Tama terus berada di rumah sakit itu sampai sekarang. Sejak kemarin, dia hanya pergi ke apartemen Laura untuk mengambilkan barang-barang yang putriku dan aku perlukan, lalu dia dengan cepat kembali. Aku tidak bisa tidak berterima kasih dan mengatakan bahwa bantuannya san
LauraAku mengambil kesempatan untuk mandi dan berganti pakaian di rumah Jason, lalu aku pergi ke rumah sakit tempat Suzy sedang dirawat. Setelah banyak berdiskusi, Jason tidak mau membiarkan aku membawa Anna ke rumah sakit.“Ada banyak kontaminasi di rumah sakit. Putri kita bisa masuk ke tempat itu dalam keadaan sehat dan pulang dalam keadaan sakit. Lagi pula, setelah apa yang terjadi kemarin, Anna mungkin akan merasa terpengaruh ketika dia mengunjungi kembali lingkungan itu dan mengingat momen ketika dia diculik oleh kakakmu,” katanya padaku.“Jangan sebut Graham kakakku. Dia bukan kakakku. Kalaupun dia sebelumnya memang kakakku, maka dia bukan kakakku lagi,” kataku padanya, menegurnya.Dia mengangkat bahunya. “Terserah. Daripada membawa Anna ke rumah sakit, bagaimana kalau kamu membawa dia ke pusat perbelanjaan atau taman hiburan? Kamu tidak pernah melakukan itu untuknya,” kritiknya padaku.Aku tertawa skeptis. “Tentu saja aku melakukan itu, Jason. Kenapa kamu mencoba membuatku
LauraAku mengamati Layla pergi dan hatiku hancur. Aku tidak bisa mengatakan bahwa dia adalah sahabatku, tapi setelah waktu yang kami habiskan, bekerja bersama dan mengembangkan perusahaan ini, tentu saja aku merasakan keterikatan emosional dengannya. Lagi pula, aku sedang membicarakan Layla.Kemudian, aku menghela napas pasrah, merasa kasihan tentang apa yang sedang dia lalui. Aku tahu dia benar-benar mencintai Gideon, tapi apa gunanya gairah dan cinta jika itu tidak terbalas dan jika hubungan itu beracun?Bukannya aku tidak mau melihat dia bahagia dengan pria yang dia cintai, tapi masalahnya adalah Gideon lebih menghancurkan Layla dibandingkan membantunya. Namun, segala hal yang harus kulakukan sudah kulakukan. Aku sudah memberikan saranku. Jika Layla tidak mau mendengarnya, maka itu bukan masalahku lagi. Aku hanya bisa menyesal melakukan itu.“Dia benar-benar mengatakan hal-hal itu padamu di depan istrinya sendiri?” komentar Jason, terlihat terkejut. Saat itu sedang jam makan si
LaylaSebut saja aku gila karena membuka jalan bagi mantan suamiku untuk berbicara dengan suamiku lagi seperti ini, tapi aku tahu Gideon hanya akan mendengarkan aku jika Laura berbicara padanya dulu. Aku harus mencoba lagi, aku tidak akan kalah seperti ini.“Jadi, Laura, maukah kamu melakukan ini untukku?” tanyaku dengan suara yang takut-takut. Dia berhak menolak permintaanku. Lagi pula, berbicara dengan Gideon lagi bisa saja menjadi pemicu baginya, belum lagi itu sangat tidak nyaman.Aku melihat dia mengembuskan napas. “Entahlah, Layla … aku bahkan tidak memiliki nomor ponselnya lagi.” Dia mencoba menghindar, tapi aku langsung mengangkat tanganku dengan ponselku.“Aku punya! Aku akan memberikannya padamu, tolong telepon dia saja. Aku di sini memintamu sebagai istri yang khawatir, Laura. Aku mengkhawatirkan suamiku,” pintaku. Kalau aku harus menangis, aku akan menangis juga, aku sudah tidak peduli lagi.“Tidak apa-apa, Layla. Aku akan bicara padanya,” katanya, akhirnya menyerah. A
LaylaKeesokan paginya, aku bersiap-siap, siap untuk membuat beberapa perubahan dalam situasi menyakitkan yang sedang kulalui. Merasa terancam dan takut oleh kesempurnaan Laura, aku mengenakan gaunku yang paling mahal, supaya aku tidak terlalu merasa malu dan supaya aku berpikir bahwa kendati segala hal yang sedang terjadi, setidaknya sekarang aku memiliki uang untuk dibuang-buang dan aku tidak lagi mengenakan pakaian murah seperti yang dulu biasanya kupakai.Aku akan menemui Laura di kantornya. Aku telah menghubungi beberapa karyawan di sana, teman-teman lama, terutama karena aku menghabiskan bertahun-tahun bekerja di tempat itu dan menjalin pertemanan yang bertahan lama. Beberapa orang menyebutku pengkhianat karena aku berakhir menikahi seorang pria yang sebelumnya merupakan kekasih bosku, tapi beberapa dari mereka mendukungku dan memercayai cinta yang kurasakan untuk Gideon. Lagi pula, aku tidak membiarkan pendapat mereka memengaruhiku.Namun, aku benar-benar tidak ingin Laura me
Layla“Aku pergi ke terapi, si*lan. Ini bukan tentang itu. Albert baru saja meneleponku tadi dan bilang kalau dia tidak ingin berteman denganku lagi. Apakah kamu memercayai hal itu?” kata Max, terlihat tersinggung.Aku mengangkat alisku, terkejut juga. “Albert melakukan apa?”Dia menghela napas dalam-dalam. “Hanya agar kamu bisa melihat betapa palsunya dia dari segala hal yang kami lalui,” keluhnya.Aku tertawa dan menyesap minumanku lagi. “Aku yakin dia hanya bermain-main denganmu. Kalian biasanya bersikap kekanak-kanakan seperti itu,” komentarku, tidak khawatir tentang hal itu.Dalam tiga tahun terkahir aku menikah dengan Gideon, kehadiran Max konstan. Dia selalu tinggal di Jakarta, tapi karena uang bukanlah masalah untuk orang-orang ini, dia selalu kembali ke Surabaya kapan pun yang dia mau. Selama beberapa saat sekarang, kakak-adik itu menjadi sangat dekat, jadi kehadirannya di mansion kami di Surabaya cukup konstan.Jadi, karena kedekatan mereka, aku juga merasa sedikit deka
LaylaJadi, beberapa hari kemudian, ketika Laura dan Jason kembali ke Jakarta dan semua orang mengetahui bahwa mereka telah memutuskan untuk memberi cinta mereka kesempatan lagi, Gideon merasa kalah, tanpa harapan. Dia berpikir dia tidak lagi memiliki ruang di kehidupan Laura dan ingin mengambil penerbangan pertama yang ada di depannya dan kemudian kembali ke Surabaya.Ketika aku mengetahui bahwa dia akan pergi, rasanya seakan-akan kehidupanku berakhir pada saat itu. Aku bertanya-tanya akan seperti apa aku jadinya tanpa dia di sana. Aku benar-benar mulai sangat mencintai pria itu meskipun aku selalu hanya mendapatkan sisa-sisa cintanya. Sekarang, dia akan pergi dan aku akan sendirian.Terlebih lagi, aku dengan cepat menyadari bahwa aku tidak akan bisa melakukan apa-apa lagi di dalam hidupku jika aku tidak bersama dia. Pekerjaanku di Hextec melibatkan dedikasi dan cinta bertahun-tahun untuk profesiku, tapi aku tidak dapat berkonsentrasi dalam pekerjaanku lagi karena Gideon.Jadi, ma
Layla“Apa-apaan yang kamu lakukan di sini? Apakah kamu barangkali mengikutiku?” tanya Gideon padaku begitu aku berhasil memasuki toilet tempat dia berada. Dia sedang mencuci wajahnya di wastafel di depan cermin.“Aku menyadari kamu anehnya banyak diam, kamu pasti sangat sedih,” kataku padanya, lalu dengan pelan-pelan menutup pintu.Dia dengan cepat mengangkat tangannya, ingin menghentikan aku. “Tidak! Jangan tutup pintunya!” Namun, itu sudah terlambat, aku sudah menutup pintunya. “Si*l. Apa yang kamu pikir kamu lakukan? Itu mustahil di sini, Laura ada di luar,” ujarnya dengan ragu-ragu, sangat gelisah.“Tidak apa-apa, dia tidak melihatku. Tidak ada yang melihatku,” kataku sambil menghampirinya, memeluknya, dan mulai menciumnya.“Jangan di sini, si*lan. Aku sudah bilang aku tidak bisa mengambil risiko kehilangan Laura.” Dia dengan enggan ingin mendorongku menjauh.“Namun, kamu bahkan tidak memiliki dia sedari awal,” kataku, mendesaknya dan menekan tubuhku ke tubuhnya lagi. “Tingg
LaylaGideon Nalendra ingin aku meninggalkan dia sendirian, tapi aku memberi tahu diriku sendiri aku tidak akan menyerah terhadapnya. Jadi, keesokan harinya, ketika aku pergi ke kantor Hextec untuk bekerja, Laura bahkan tidak mencurigai apa yang telah terjadi di antara aku dan pria yang mengejarnya.“Oh, Layla. Maaf, kudengar Gideon bersikap sedikit kasar padamu kemarin. Dia mengirimkan barang-barangku kemarin dan bilang dia tidak membutuhkan kamu di sana,” katanya, meminta maaf padaku, berpikir dia telah membuatku terlihat seperti orang yang kurang beruntung karena Gideon bersikap kasar padaku. Dia tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi di antara aku dan dia.Aku tidak akan menyerah terhadap Gideon semudah itu, jadi aku berhasil mendapatkan informasi kontak pribadi Gideon dari ponsel Laura dan kemudian meneleponnya. Aku akan terus bersikeras hingga dia menyadari bahwa aku adalah wanita yang tepat untuknya.“Halo? Siapa ini?” tanyanya begitu dia mengangkat telepon.“Ini Layla,”
LaylaHubunganku dengan Gideon dimulai dengan cukup spontan. Siang itu, bertahun-tahun yang lalu, Laura, bosku pada saat itu, telah memintaku untuk pergi ke apartemen mantan pacarnya untuk mengambilkan barang-barangnya dari sana karena dia tidak mau berhubungan dengan Gideon lagi.Aku, sebagai karyawan yang baik, benar-benar menyukai bosku, dan memahami hubungannya yang frustrasi dan menyaksikan dari samping karena hubunganku dengan Laura selalu bagus, memutuskan untuk menerima permintaannya dan kemudian pergi ke apartemen bersama mantan pacarnya.Begitu aku tiba di sana, aku berusaha tidak menunjukkan seberapa besar ketertarikanku pada pria itu begitu dia membukakan pintu untukku. Laura memiliki selera pria yang bagus yang tidak terbantahkan. Gideon dan Jason sama-sama sangat tampan, terlebih lagi luar biasa kaya dan sangat dikejar orang-orang. Sore itu, Gideon membukakan pintu untukku dengan hanya mengenakan celana saja. Dia tidak memakai atasan dan memancarkan maskulinitas, jadi
Laura“Astaga! Aku tidak percaya ini!” seru Fia di ujung telepon lainnya. “Jadi, si Max itu menaksir suamimu? B*rengsek sekali!”Dia dan aku sangat terkejut ketika Melanie memberi tahu kami tentang perselisihan yang baru-baru ini dia alami dengan Albert.“Iya, ternyata begitu,” jawab gadis itu di ujung telepon lainnya, terdengar sedikit frustrasi. Fia, dia, dan aku sedang melakukan panggilan telepon grup yang hanya berisikan kami bertiga selama beberapa saat. Kami sedang bergosip tentang hal-hal yang baru saja terjadi.Melanie telah bergabung dengan kami berkat Albert dan sejauh ini sangat menyenangkan. Melanie adalah gadis yang hebat dengan prinsip-prinsip yang berpendidikan baik. Mudah untuk berinteraksi dengannya dan menghabiskan waktu bersamanya, sangat mudah sehingga tidak sulit bagi Fia dan aku untuk mengadopsi dia sebagai teman baru kami.Terkadang, kami akan bertelepon seperti ini, hanya berkomentar tentang hari kami, bertanya pada satu sama lain untuk nasihat yang nakal,