”Kamu harus tahu sebesar apa yang telah kukorbankan untuk menemukanmu dan bagaimana hasilnya. Aku menyerahkan seluruh diriku supaya bisa menemukanmu, dan walaupun aku tidak menemukanmu secara langsung, aku telah banyak membantumu secara tidak langsung karena jika tidak, Richard sialan itu bisa saja sudah membawamu keluar dari negara ini,” katanya, membuatku menyadari bahwa dialah pahlawan yang telah menyelamatkan aku.Pada saat itu, pintu perlahan terbuka. Itu adalah Fia lagi, hanya saja kali ini dia ditemani oleh Suzy. “Oh, maaf mengganggu, tapi Suzy ingin menyapamu,” kata Fia, tersenyum. Suzy mengangguk sambil tersenyum, menatapku juga.“Astaga, Fia. Sudah kubilang bahwa keluargaku dan aku tidak menginginkan hubungan apa-apa dengan wanita itu,” kata Jason, mendengus jijik.“Aku tidak masalah. Kamu juga tidak masalah keluar dulu sebentar, ‘kan?” tanyaku pada Jason. Dia menatapku dengan ekspresi tidak percaya, tapi dia bangkit dari kursinya dan pergi dengan enggan. Aku melihat Suzy
LauraAnna meminta untuk menghabiskan waktu dengan Suzy dan Suzy menyarankan mereka bermain di beranda ruangan pribadiku. Aku membiarkan mereka pergi ke sana, tapi aku selalu mengawasi Anna.Aku menatap Fia, mengetahui bahwa Anna maupun Suzy sudah cukup jauh sampai mereka tidak akan bisa mendengar percakapan kami, lalu bertanya, “Kenapa kamu menawarkan untuk merawat anak wanita itu?” tanyaku dengan gamblang. Benar, dia telah mengetahui mengenai ketidaksetiaan Tama, tapi kenapa dia mengkhawatirkan anak yang ada di rahim Suzy ketika anak itu adalah hasil dari perselingkuhan Tama? Itu adalah pertanyaan yang tidak kunjung berhenti kutanyakan di dalam kepalaku.Dia mengangkat bahunya. “Aku sudah bilang kalau Suzy berniat untuk mengaborsi kehamilannya karena dia tidak bisa merawat seorang anak, jadi aku memutuskan untuk menyelamatkan anak ini. Itu saja,” jelasnya, tapi masih banyak hal yang belum terjawab.“Pasti ada ratusan ribu orang di situasi yang sama dengan Suzy di seluruh negara i
Laura“Oh, sayangku. Aku sangat khawatir ketika Jason memberitahuku apa yang terjadi. Aku sangat senang kamu sudah kembali dengan aman,” kata Rosa seraya dia memelukku setelah dia memasuki kamar tempatku dirawat.“Terima kasih sudah menjengukku, Rosa. Aku sudah baik-baik saja sekarang, jangan terlalu khawatir,” kataku padanya, tersenyum dengan lembut.“Aku ingin datang lebih cepat, tapi aku sedang berlibur, jadi agak sulit,” katanya, memberi alasan.Aku menggelengkan kepalaku, tersenyum padanya. “Kamu tidak perlu memberi alasan, Rosa. Aku sudah berterima kasih kamu datang untuk menjengukku,” kataku.Dia tersenyum dengan lembut, lalu bertingkah seolah dia baru saja mengingat sesuatu. “Oh, aku hampir lupa! Ini adalah Aidan, pacarku. Aku bertemu dengannya saat liburan ke Bali dan ketika kami melihat satu sama lain, kami langsung merasa bahwa kami diciptakan untuk satu sama lain,” kata ibu mertuaku dengan bahagia, menggenggam tangan pria muda tampan yang jauh lebih muda darinya. Pria
”Baiklah, tapi jika dia ingin berkencan, ada banyak pria seumurannya yang akan senang bertemu dengannya. Dia tidak perlu berurusan dengan bocah yang baru saja melepas popoknya,” katanya, terlihat tengkel.“Kenapa mudah sekali untuk menerima ketika seorang pria berurusan dengan wanita yang lebih muda daripada kebalikannya?” tanyaku retoris dengan nada mengkritik.“Oh, astaga, Laura. Ini tidak masuk akal,” lanjutnya.“Satu-satunya yang tidak masuk akal di sini adalah senyuman lebar pada wajah ibumu sekarang—senyuman yang luar biasa cantik,” kataku, terkekeh-kekeh.“Astaga! Bagaimana aku akan menjelaskan ini pada Anna?” gumamnya, mendecakkan lidahnya setelahnya. “Oh, omong-omong, di mana putri kita?” tanyanya ketika dia mengingat Anna.“Dia sedang menghabiskan beberapa hari bersama Fia. Kurasa akan lebih baik jika dia tinggal bersama Fia dulu sementara aku masih dirawat di sini,” kataku, masih mengemas barang-barang ke dalam tasku.“Oh, benar. Apakah kamu sadar bahwa temanmu Fia itu
Laura“Apakah kamu mengatakan bahwa cinta kita itu salah, Laura?” tanyanya, terlihat tersinggung.“Bagimu aku ini apa, Jason? Jujurlah,” jawabku dengan bertanya balik.“Apa maksudmu, bagiku kamu itu apa? Kamu adalah istriku,” katanya, tapi aku dengan cepat mengoreksinya.“Mantan istri. Kalau-kalau kamu lupa, aku masih merupakan mantan istrimu,” kataku.“Iya, tapi kita sudah membicarakan ini jutaan kali,” jawabnya. “Astaga, Laura. Bisakah kamu fokus untuk pulih dulu? Kenapa harus memperumit semua hal ketika segalanya berjalan dengan lancar?” katanya, lalu menghampiriku lagi. “Kumohon, sayang, pikirkanlah lagi. Kita seharusnya sudah melewati fase itu, jadi lihatlah ke depan sekarang dan fokuslah pada pemulihanmu dan kesehatanmu, ya? Pada putri kita, pada pekerjaanmu, pada kita. Merekalah yang penting, ‘kan?” tambahnya, menepuk pundakku. “Berhenti memikirkan hal-hal ini, sayang. Kamu tahu, aku tidak akan tahu bagaimana aku harus hidup tanpamu,” katanya.Lengannya melingkariku, menut
Aku menghela nafas, menyandarkan kepalaku pada bantal dan menatap langit-langit. “Mungkin aku seharusnya bukan melindungi diri dari Richard, tapi darimu,” komentarku. “Aku seharusnya menolak lamaranmu ketika aku mendapatkan kesempatannya,” komentarku dengan pikiran yang jauh, memikirkan bagaimana kehidupanku kian memburuk setelah aku bertemu dengannya.Aku sudah meninggalkan kehidupan yang kasar di rumah bibiku, jadi Jason seperti pangeran penyelamat yang menyelamatkanku dari tempat itu dengan berjanji akan tinggal di istana yang besar dan berkilauan tempat aku dan dia bisa hidup dengan bahagia selamanya, tapi istanaku berakhir menjadi sebuah penjara tempatku terjebak dengan suami yang lebih kasar dibandingkan bibiku, seorang pria yang membuatku memercayai janji dan tidak menepati satu pun janji itu.“Apa yang Anna akan pikirkan mengenai keputusanmu ketika dia mulai menyadarinya? Apakah menurutmu dia akan bahagia mengetahui bahwa kamu egois dan lebih memilih untuk mengikuti perasaan
LauraTiba-tiba, nafasku menjadi berat dan jantungku sakit. Rasa panik menggerogoti diriku. Dari mana datangnya orang-orang itu? Apa yang sedang mereka lakukan? Kenapa mereka menanyakan hal-hal pribadiku?“Apakah menurut Anda benar untuk merusak sebuah rumah tangga, Nyonya Tanusaputera?”“Apakah Anda kembali pada Jason Santoso untuk uang?”“Bagaimana perasaan Anda setelah menjadi kekasih mantan suami Anda?” tanya mereka seraya hujan kilatan dari kamera mereka mengenai wajahku.“Apa yang kalian bicarakan? Tidak ada yang perlu kami katakan,” kata Jason dengan lantang, lalu memegang pundakku. “Kita harus pergi dari sini sekarang,” katanya, menarikku bersamanya.Aku menundukkan kepalaku dan membiarkan dia membawaku ke mobilnya, tapi rombongan paparazzi masih mengikuti kami, melontarkan pertanyaan-pertanyaan tidak biasa pada kami. Para pengawal Jason berhasil mengusir banyak orang sampai kami bisa memasuki mobil dan meninggalkan tempat itu. Aku bernafas melalui mulutku, masih tertegun
”Satu-satunya yang kuinginkan adalah untuk bercerai, tapi dia menolak memberikannya padaku. Dia tidak ingin aku terlepas dari cengkeraman jahatnya. Namun, hari ini aku memohon padamu untuk bercerai denganku dan membebaskan aku, jadi aku bisa menata kembali hatiku yang patah berkeping-keping, Jason Santoso. Kumohon, bebaskan aku,” katanya, mengakhirinya dengan sebuah isakan, lalu video itu berhenti.Pada saat itu, Jason melempar ponselnya dengan kencang. Ponsel itu mengenai kaca depan mobilnya, membuat si sopir ketakutan dan hampir kehilangan kendali mobilnya. Aku berpegangan pada mobil dengan erat, berteriak karena takut mati.“Apa yang kamu lakukan, Jason? Apakah kamu ingin membunuhku? Aku harus merawat anakku!” teriakku padanya, benar-benar ketakutan.“Maafkan saya, Tuan Santoso…” Sopir itu meminta maaf setelah menghentikan mobilnya, juga ketakutan.“Kembali mengemudi mobil sialan ini!” teriak Jason padanya, lalu dia mengusap pelipisnya.Aku menghela nafas, menyilangkan kakiku.
Suzy“Hei, ada pengunjung untukmu hari ini,” kata penjaga penjara ketika dia tiba di selku.Aku sedang berada di pojokan tempat tidur susun, memainkan rambutku, mencoba mengabaikan suara-suara menyebalkan dari teman-teman satu selku, para j*lang menyebalkan itu. Aku membenci mereka, mereka menjijikkan dan tidak mau membiarkan aku sendirian. Bukan hanya itu, aku tidak sabar untuk keluar dari tempat menjijikkan ini.“Ada yang datang untuk bertemu denganku?” tanyaku, sudah bangkit dan menghampiri kepala penjaga penjara itu. “Siapa dia?”Untuk sesaat, kukira Laura-lah yang kembali untuk mempermalukanku seperti yang dia lakukan terakhir kali, tapi sudah bertahun-tahun berlalu sejak dia datang untuk melakukannya. Sejak saat itu, aku tidak pernah menerima kunjungan dari siapa pun karena semua orang telah mengkhianatiku, termasuk Clara. Orang yang kupercayai dan telah banyak kubantu telah mengkhianatiku dan merencanakan hal-hal jahat untuk mengalahkanku karena dia iri padaku ketika aku mas
Jason“Apakah kamu percaya kali ini kalian berdua akan berhasil?” tanya Tama. “Sejujurnya, ketakutan terbesarku adalah kamu datang ke rumahmu lagi dan minta bercerai dengan tiba-tiba, meninggalkan semua orang dengan mulut yang menganga dan kepala mereka yang meledak.” Dia membuat gestur lucu seraya dia berbicara, mengacu hari penentuan saat aku minta bercerai dengan Laura dulu.Hari ini, kami menertawakannya seakan-akan itu adalah ingatan dari sebuah momen yang terlihat lebih memalukan bagiku. “Aku benar-benar b*jingan pada saat itu, si*lan! Aku bahkan merasa geram hanya memikirkan bahwa aku benar-benar telah melakukannya.”“Benar-benar krisis usia 30, ya?” komentar Tama.“Terlalu kekanak-kanakan untuk seusiaku,” jawabku sambil bersandar kembali di kursiku.Pada saat itu, senyumanku pudar seraya aku mengingat masa laluku itu. Aku benar-benar tidak bangga dengan apa yang telah kulakukan. Padahal, ada banyak cara bagiku untuk melakukannya dengan lebih manusiawi. Meskipun aku tidak i
JasonSekrup pada botol sampanye mengeluarkan bunyi “pluk” dan kemudian sampanyenya terbuka, membuat tangan Tama sepenuhnya tertutupi oleh busa.“Hore! Itu dia, kawan,” serunya seraya dia mulai menuangkan minumannya ke gelas kami.“Sempurna,” komentarku sambil tertawa.“Luar biasa! Jangan minum terlalu banyak, oke? Kamu tidak boleh mabuk sebelum diperbolehkan. Kamu tidak mau menerima ‘tidak’ sebagai jawaban di altar hanya karena kamu mabuk, ‘kan?” katanya, membuatku dan teman-temanku tertawa.“Jangan membawa sial!” bantahku. Teman-temanku dan aku berada di ruangan privat di gedung perayaan pernikahanku. Kami sedang merayakannya sebelum perayaannya dimulai. Kami bersulang dan minum-minum sambil mereka memelukku dan memberiku selamat.“Aku tidak membawa sial, berhentilah menjadi orang b*rengsek. Laura tidak akan pernah menolakmu. Kamu tahu apa yang kubicarakan, ‘kan?” kata Tama sambil menepuk pundakku. “Wanita itu tergila-gila olehmu!”“Hmpf,” gerutuku setuju. “Aku tahu itu,” jawa
Tiga tahun kemudianLauraAku sedang memandang diriku sendiri di cermin saat aku selesai menambahkan sesuatu pada riasan wajahku, beberapa sentuhan diriku sendiri yang kami selalu berakhir lakukan bahkan setelah penata rias profesional melakukan pekerjaannya di wajah kami.Hari ini adalah hari yang sangat spesial. Itu adalah hari yang mana Jason dan aku akan menikah untuk kedua kalinya. Iya, butuh bertahun-tahun sejak kami kembali menjadi pasangan agar pernikahannya terjadi lagi. Pada awalnya, aku tidak terburu-buru untuk menikahi Jason karena pernikahan kami pada pendeta hanya dilakukan untuk mengonfirmasi cinta kami. Pernikahan kami yang sebenarnya terjadi setiap hari ketika aku terbangun di sampingnya dan kami memiliki pertukaran rasa hormat dan kedekatan pada satu sama lain setiap harinya.Jason telah banyak mengejutkanku selama beberapa tahun belakangan. Dia telah meningkat banyak dari sudut pandangku. Selama bertahun-tahun kami bersama setelah menjadi pasangan lagi, dia telah
Laura“Itu adalah masalahmu, Laura. Kamu berpikir aku bukan orang yang lebih baik, tapi aku tidak masalah dengan diriku yang saat ini, oke? Aku sangat bahagia dengan kehidupan yang kujalani dan keputusan-keputusan yang kubuat,” katanya, ingin bersikap kurang ajar.Apakah dia bahagia dengan keputusan yang dia buat yang membawanya ke dalam penjara?“Kalau begitu, bolehkah aku memberi tahu polisi kalau kamu mengirimkan Lukman untuk membunuh Graham di penjara? Dengan begitu, hukumanmu akan jauh lebih parah dan kamu akan menghabiskan sebagian besar hidupmu di penjara. Kalau begitu, apakah kamu masih bisa mengatakan bahwa kamu senang dengan keputusan yang kamu buat?” tanyaku padanya, melihatnya membelalakkan mata dengan terkejut.“Apa? Apa yang kamu bicarakan?” Dia terlihat terkejut saat dia mengatakan kata-kata itu.“Kamu tahu betul apa yang kubicarakan, Suzy. Jangan berpura-pura bodoh,” jawabku padanya dengan tanpa ampun hari ini. “Kamu menyewa Lukman untuk menyingkirkan Graham ketika
LauraSuzy mengenakan pakaian oranye ketika dia menerima kunjunganku di penjara. Dia terlihat berbeda, dengan beberapa lebam di wajahnya, seakan-akan dia terlibat pertengkaran, sesuatu yang tidak kuragukan karena dia adalah orang yang agresif dan sulit untuk ditangani. Wajar saja dia terus-menerus terlibat dalam pertengkaran dengan orang-orang di satu sel yang sama dengannya.Dia sedang memandangku dengan rendah. Meskipun dia tampak benar-benar kelelahan dalam seragam penjaranya, dia duduk di hadapanku di balik kaca kedap suara yang memisahkan kami.Dia menggenggam interkomnya dan kemudian berkata, “Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah barangkali kamu datang kemari untuk memamerkan kebahagiaanmu padaku? Betapa bahagia dan kaya rayanya kamu? Kamu pasti menikmati hal itu, ‘kan? Aku ada di dalam tempat sampah ini dan kamu di luar sana menikmati kehidupanmu yang baik.” Dia tertawa cekikikan dengan aneh.Ada begitu banyak kegetiran dalam kata-katanya hingga itu membuatku takut. Sulit u
LauraSore itu, aku meninggalkan anak-anakku dengan ayah mereka dan pergi ke penjara tempat Suzy ditahan. Aku sudah ingin mengunjunginya dari beberapa waktu lalu. Itu adalah sore yang indah, dedaunan di pohon-pohon mulai berubah menjadi cokelat.Sejujurnya, aku merasa senang dengan kehidupan yang kujalani dalam beberapa bulan belakangan. Jason dan aku lebih memahami satu sama lain dan berusaha membuat cinta kami berhasil setiap harinya. Anak-anak kami pun makin bersinar. Si kembar sudah berusia tiga bulan, tumbuh menjadi makin kuat dan sehat. Bisnis berjalan dengan lancar. Ibuku kian pulih dari traumanya setiap hari tanpa banyak hambatan. Ada malam-malam ketika dia terbangun di pagi buta ketakutan, berteriak, dan memanggil-manggil Ernest karena mimpi buruk yang dia miliki membuatnya menerima masa lalu dengan mengerikan dan menakutkan.Di malam-malam seperti itu, aku berlari ke kamarnya untuk memeluknya dan menenangkannya, memberitahunya bahwa semuanya baik-baik saja dan bahwa monste
LauraAku menggenggam tangannya dan dengan lembut mendekat ke tempat tidur bayi. “Tidak apa-apa, Ma. Kamu tidak perlu takut,” ujarku menyemangatinya.Dia tersenyum padaku dan menatap para bayi dengan senyuman manis di wajahnya, tapi kemudian senyumannya hancur dan ekspresi terkejut terpampang di wajahnya. “Ernest?”Dia menatapku. “Kenapa bayi-bayimu terlihat seperti suamiku?” Dia terlihat tertekan dan bingung.Aku mengedipkan mata, terkejut oleh perkataannya. “Apa maksudmu?”“Aku membicarakan bayi-bayimu. Mereka mirip sekali dengan Ernest. Kamu terus mengatakan kalau kamu adalah putriku. Jadi, itu benar?” tanyanya dengan alis yang berkerut.Aku mengusap tangannya berantisipasi. Apakah dia akan mendapatkan kembali ingatannya sekarang? “Vivian?”“Dia sudah mati, ya? Brian berhasil menjauhkan aku darinya, ya?” tanyanya dengan sedih, mengingat bagaimana Brian Tanusaputera telah berdosa padanya.“Ini semua sudah tidak penting lagi, Ma. Yang penting adalah kamu ada di sini bersamaku
Laura“Bayi-bayinya lahir dengan sehat seperti yang diduga. Perjalanan kita yang panjang berakhir hari ini,” kata Dokter Joanna, memberi selamat pada Jason dan aku yang menghadiri kelahiran mereka.“Kami juga berterima kasih padamu, Joanna, karena telah banyak membantu,” ujar Jason. Dia memelukku dari belakang selagi dia dan aku memandang bayi-bayi kami, sekarang sudah bersih dan diselimuti dengan baik, tertidur di tempat tidur mereka seperti dua malaikat kecil.“Sama-sama, saya hanya melakukan pekerjaan saya,” jawab wanita itu sambil tersenyum.“Mereka mirip sekali,” komentarku, masih terkagum oleh penampilan mereka. Mereka adalah bayi yang baru lahir, tapi aku sudah dapat melihat betapa miripnya mereka dengan satu sama lain.“Yah, kemungkinan besar mereka membawa genom yang sama karena mereka kembar identik,” jelas sang dokter, membuat Jason dan aku mengangguk setuju. “Sekarang, kita hanya perlu mengetahui siapa yang akan menjadi Daniel dan siapa yang akan menjadi Stefan,” katan