Konten yang dibuat oleh tim Selo Ardi keluar serempak, menghiasi berbagai platform media sosial. Foto-foto kebersamaan Lila dan Miranda yang terlihat akrab seperti sahabat mulai tersebar luas.Di tambah keberadaan Chiara Rahardja, seorang aktivis perempuan yang dikenal vokal dalam isu pelecehan seksual dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dalam salah satu foto semakin menimbulkan berbagai spekulasi.Orang-orang mulai bertanya-tanya, apakah yang terjadi pada Miranda yang sebenarnya? Apakah model cantik itu adalah korban KDRT?Apakah kehadiran Lila dan Chiara menandakan bahwa Miranda sedang mencari perlindungan?Lebih dari itu, foto-foto memar di wajah dan beberapa bagian tubuh Miranda mulai beredar. Beberapa netizen yang awalnya menghujat Sean karena dugaan perselingkuhan, kini mulai ragu. Dan berbagai komentar pun mulai berubah arah.“Ini bukan sekadar skandal! Tapi mega skandal, sepertinya ada masalah lebih besar.”“Miranda mengalami KDRT? Apakah itu alasan dia bersama Lila dan C
Lila duduk di sofa sambil menyeruput teh hangat. Chiara di sebelahnya tampak antusias, sementara Miranda duduk dengan gelisah, jemarinya saling meremas.“Ini kesempatan bagus, Mir,” ucap Chiara berusaha meyakinkan Miranda. “Podcast Dennis punya banyak pendengar. Kita bisa lurusin semuanya.”Miranda menunduk, wajahnya penuh keraguan. “Aku takut… Satrio masih pegang anak-anak. Dia pasti marah besar kalau tahu aku muncul di depan public, apalagi sampai membuka aibnya.”Lila menggenggam tangan Miranda, suaranya lembut. “Aku ngerti ketakutanmu. Tapi kalau kita diam, Satrio akan terus merasa berkuasa. Kita harus tunjukkan kebenaran, bukan cuma buat kamu, tapi juga buat anak-anakmu.”Miranda menarik napas panjang, matanya berkaca-kaca. “Kalau sesuatu terjadi sama mereka…”Chiara menatap Miranda dengan penuh keyakinan. “Kita nggak akan biarin itu terjadi. Aku punya kenalan di LSM lain yang bisa bantu kita menekan Satrio secara hukum dan mengambil hak asuh anak-anakmu.”Miranda menggigit bibir
“Kau tahu, kecerdasan itu diturunkan dari ibunya?” Lila mengangguk mengiyakan ucapan Sekar, ibu mertuanya. “Itu sebabnya mama memilihmu untuk menjadi istri Sean, untuk melahirkan keturunan-keturunan yang cerdas bagi keluarga Wismoyojati.” Dahulu Lila adalah salah satu mahasiswa pintar yang mendapatkan beasiswa dari perusahaan Wismoyojati. Saat magang di perusahaan itu, Lila menunjukkan kinerja yang sangat baik, hingga membuat Sekar begitu tertarik kepada dirinya. Bahkan untuk bisa mendapatkan dirinya saat itu, Sekar membanjiri keluarga Lila dengan begitu banyak hadiah, agar Lila bersedia menikah dengan Sean, putra tunggalnya. “Tapi setelah mama pikir-pikir, setelah dua tahun pernikahan kalian, apa gunanya memiliki menantu yang cerdas kalau ternyata mandul?” Lila menunduk menyembunyikan kegetiran hatinya. Setelah dilambungkan setinggi langit, lalu dijatuhkan hingga hancur berantakan. “Sean adalah pewaris tunggal di keluarga Wismoyojati, apa jadinya jika dia tidak memiliki ke
Seburuk inilah komunikasi antara Lila dan dan Sean. Sampai Sean lupa memberi tahu tentang pengumuman brand ambassador produk baru perusahaan mereka. Hati Lila merasa tercubit, keberadaanya sama sekali tidak dianggap, bahkan untuk acara sebesar ini dirinya tidak dilibatkan sama sekali. Jangankan dilibatkan, diberi tahu pun secara mendadak.Lila membuka lemari pakaiannya, tampak kebingungan karena tidak ada satu pun pakaian yang sesuai dengan dress code dalam undangan yang baru saja Sean kirim memalui aplikasi perpesanan. Satu jam lagi acara dimulai, sudah tidak ada waktu untuk ke butik atau memesan secara online. Lila harus bisa memaksimalkan pakaian yang ada.Seperti apa yang sudah Lila duga, penampilannya akan menjadi pusat perhatian. Bukan karena penampilannya yang penuh pesona, tetapi karena dia mengenakan pakaian yang sudah pernah dia gunakan di acara sebelumnya."Lihat, bukankah itu gaun yang sama dengan yang dia pakai di acara amal bulan lalu?" bisik seorang perempuan kepada tem
Lila membiarkan dingin menyelimuti tubuhnya. Malam yang semakin larut membuatnya kesulitan mendapatkan taksi. Ingin rasanya memesan satu kamar di hotel ini untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya, tetapi mengingat ada Sean dan Miranda di kamar yang lain membuat Lila ingin sesegera mungkin meninggalkan hotel bintang lima tersebut.“Sendiri?” Suara bariton yang tak dikenal itu membuyarkan lamunan Lila.Lila segera menyeka air matanya, berusaha menyembunyikan kesedihan dari orang yang tidak dia kenal. Ia berbalik dan melihat seorang pria tampan dengan sorot mata tajam namun ramah.“Butuh tumpangan ... Nyonya Wismoyojati?” tanyanya sambil tersenyum.“Tidak, terima kasih.” Degup jantungnya semakin kencang. Bukan karena terpesona dengan pria tampan di hadapannya, tetapi ada ketakutan tersendiri saat bertemu dengan orang asing pada saat malam merayap berganti hari.“Mau saya temani sampai mendapatkan taksi?” Pria itu menawarkan lagi, nada suaranya tulus dan tenang.“Tidak perlu,” tolak Lila
“Ini bukan tentang Ryan atau pun Miranda, ini tentang kita yang memang tidak bisa hidup bersama.” Lila berusaha tetap tenang menghadapi Sean. Entah apa yang membuat suaminya menunjukkan sikap berlebihan dengan sosok Ryan Aditya Mahendra.“Berapa yang kau minta?”Lila menunduk menyeka air mata. Apa pun tentang dirinya, Sean anggap bisa dinegosiasikan dengan uang. Segala urusan bisa diselesaikan dengan uang, termasuk urusan ranjang. Serendah itu Lila di mata Sean, anak sopir taksi yang menerima lamaran Sekar untuk dirinya. Jika bukan demi harta, lalu apa lagi?“Aku tidak menginginkan apapun.” Tenggorokan Lila terasa kering, hingga dia harus menelan ludah untuk bisa melanjutkan kalimatnya. “Tak masalah, tanpa ada gono-gini, asal kita berpisah.”“Jangan pernah membicarakan tentang perceraian lagi, atau aku akan menghentikan uang untuk pengobatan ayahmu.”Ancaman yang terasa begitu mengiris hati Lila. Bukan bermaksud tidak berbakti kepada orang tua, tetapi Lila merasa sudah di ambang batas
Lila menggelengkan kepala, yang dia inginkan saat ini hanya kebebasan, mencari kebahagiaannya sendiri, lepas dari sangkar emas keluarga Wismoyojati. Anggap saja Lila egois, tetapi dia hanya ingin menjaga kewarasannya, baik jiwa maupun raga. Sudah cukup hinaan dari Sekar dan pengabaian dari Sean, sudah cukup selama dua tahun, tubuhnya disentuh tanpa cinta.“Sudah banyak yang saya dapatkan dari keluarga ini, bukan hanya harta benda, tetapi juga ilmu dan kesehatan ayah saya. Saya tidak memiliki apa pun untuk memberi balasan yang sepadan, jadi saya tidak akan mempersulit keinginan mama dan Sean untuk segera memiliki penerus bagi keluarga ini.”Sekar tersenyum lega mendengar ucapan Lila. Permintaan Lila adalah harapannya selama ini. Jika Lila tidak ingin mempersulit, Sekar akan semakin mempermudah perceraian itu terjadi. Apa pun akan dia lakukan untuk bisa segera memiliki cucu, dan perceraian Lila dengan Sean adalah langkah awal.Saat ini di kepala Sekar sudah dipenuhi perempuan-perempuan
Lila merasakan napas panas Sean yang mengalir di telinganya, membuat tubuhnya semakin tegang. Posisinya yang terjepit di antara dinding dan tubuh Sean membuatnya merasa tidak berdaya. Segala ketakutan dan kekhawatiran yang selama ini ia coba pendam kini muncul ke permukaan.Di tengah segala kepedihan dan rasa terhina, ada dorongan kuat dalam hatinya untuk melawan. Ini bukan hanya tentang keinginan untuk bebas, tapi tentang menjaga sisa-sisa harga dirinya yang hampir terkikis habis oleh pernikahan yang hambar dan tidak memiliki masa depan.“Aku tidak mencari pria lain, Sean,” jawab Lila dengan suara yang hampir tidak terdengar, tetapi ada ketegasan di balik kata-katanya. “Aku hanya ingin keluar dari hubungan yang sudah tidak sehat ini. Kita berdua tahu bahwa ini tidak bisa dilanjutkan. Kau tidak mencintaiku, dan aku membebaskanmu mencari cinta dan kebahagiaan dengan wanita lain.”Sean menyipitkan matanya, tatapan mata yang merendahkan Lila, mencoba mencari celah untuk menyerang. “Kau t
Lila duduk di sofa sambil menyeruput teh hangat. Chiara di sebelahnya tampak antusias, sementara Miranda duduk dengan gelisah, jemarinya saling meremas.“Ini kesempatan bagus, Mir,” ucap Chiara berusaha meyakinkan Miranda. “Podcast Dennis punya banyak pendengar. Kita bisa lurusin semuanya.”Miranda menunduk, wajahnya penuh keraguan. “Aku takut… Satrio masih pegang anak-anak. Dia pasti marah besar kalau tahu aku muncul di depan public, apalagi sampai membuka aibnya.”Lila menggenggam tangan Miranda, suaranya lembut. “Aku ngerti ketakutanmu. Tapi kalau kita diam, Satrio akan terus merasa berkuasa. Kita harus tunjukkan kebenaran, bukan cuma buat kamu, tapi juga buat anak-anakmu.”Miranda menarik napas panjang, matanya berkaca-kaca. “Kalau sesuatu terjadi sama mereka…”Chiara menatap Miranda dengan penuh keyakinan. “Kita nggak akan biarin itu terjadi. Aku punya kenalan di LSM lain yang bisa bantu kita menekan Satrio secara hukum dan mengambil hak asuh anak-anakmu.”Miranda menggigit bibir
Konten yang dibuat oleh tim Selo Ardi keluar serempak, menghiasi berbagai platform media sosial. Foto-foto kebersamaan Lila dan Miranda yang terlihat akrab seperti sahabat mulai tersebar luas.Di tambah keberadaan Chiara Rahardja, seorang aktivis perempuan yang dikenal vokal dalam isu pelecehan seksual dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dalam salah satu foto semakin menimbulkan berbagai spekulasi.Orang-orang mulai bertanya-tanya, apakah yang terjadi pada Miranda yang sebenarnya? Apakah model cantik itu adalah korban KDRT?Apakah kehadiran Lila dan Chiara menandakan bahwa Miranda sedang mencari perlindungan?Lebih dari itu, foto-foto memar di wajah dan beberapa bagian tubuh Miranda mulai beredar. Beberapa netizen yang awalnya menghujat Sean karena dugaan perselingkuhan, kini mulai ragu. Dan berbagai komentar pun mulai berubah arah.“Ini bukan sekadar skandal! Tapi mega skandal, sepertinya ada masalah lebih besar.”“Miranda mengalami KDRT? Apakah itu alasan dia bersama Lila dan C
Sean menatap Selo Ardi dengan sorot mata penuh harapan. "Kau yakin ini bisa meredam keadaan?" tanya Sean dengan suara yang masih menyimpan kegelisahan.Selo Ardi menyandarkan tubuhnya di kursi, menyilangkan tangannya di dada. "Setidaknya ini akan memberi perspektif lain. Saat ini, opini publik dikendalikan oleh mereka. Kita harus melawan dengan narasi kita sendiri."Sean mengangguk pelan, lalu membuka laptopnya. Ari Nugraha sudah mengirimkan semua foto dan video, begitu juga hasil-hasil pemeriksaan visum Miranda.Sean mencari folder tempat menyimpan foto dan video yang menunjukkan kebersamaan Lila dan Miranda. Ada rekaman saat Lila menemani Miranda di rumah sakit, juga beberapa momen di mana mereka tampak berbicara serius di taman LSM milik Chiara."Gunakan ini," ucap Sean, menyerahkan flash disk kepada Selo Ardi setelah dia mengcopy semua data. "Pastikan mereka mengeditnya dengan baik, jangan sampai terkesan seperti pembelaan kosong."Selo Ardi menerima flash disk itu, matanya menata
Sekar menghela napas panjang. Prabu Yudistira memang selalu seperti ini kepadanya, tidak pernah memberikan sesuatu secara cuma-cuma. Dan permintaannya kali ini bisa dianggap berat, tetapi juga bisa dianggap ringan, atau bahkan sesuatu yang hanya sekedar candaan bagi Sekar."Baiklah," kata Sekar akhirnya, meski jelas nada suaranya menunjukkan rasa tidak nyaman. "Aku setuju dengan syarat yang kamu ajukan. Tapi aku ingin hasil yang cepat."Prabu tersenyum puas. "Kau membuat keputusan yang tepat, bungaku."Sekar mendengus, tak tertarik dengan pujian itu. Terasa sangat menyebalkan berhadapan dengan duda terhormat yang sedang puber kembali. Genitnya tidak ingat usia."Jadi, apa yang kau ketahui tentang Gunawan Wibisono dan keluarganya?" Sekar berusaha fokus pada tujuan awalnya.Prabu menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja seolah sedang menyusun pikirannya. "Gunawan Wibisono itu pemain lama. Kaya, berpengaruh, dan licik. Tidak mudah menjatuhkannya tanpa strategi
"Skandal Besar! CEO Wish Corp, Sean Mahendra Wismoyojati Terlibat Cinta Terlarang dengan Mantan"Darah Ryan langsung berdesir. Matanya menelusuri isi artikel dengan cepat. Ada foto Sean dan Miranda, beberapa di antaranya sudah dia lihat sebelumnya.Ryan masih duduk di tempat tidurnya, ponsel di tangannya terus menggulir halaman demi halaman berita yang kini memenuhi berbagai platform.Judul dan caption yang tertera sangat fantastis dan menyudutkan Sean."CEO Muda Terjebak Skandal Cinta! Perselingkuhan dengan Model Ternama Terkuak Saat Istri Hamil Anak Kedua""Kebenaran Terungkap! Sean Mahendra Wismoyojati dan Miranda Manuella Tertangkap Kamera di Apartemen Regal Height!"Ryan mengembuskan napas kasar. Komentar di bawah setiap unggahan semakin pedas dan membuat darahnya mendidih."Lelaki semua sama aja, dasar buaya!""Kasihan istrinya! Hamil besar tapi suaminya selingkuh!""Udah kaya raya masih kurang aja, mau ngambil istri orang!"“Sungguh bernyali si sen, siap di dor sama pak jendral
Lila duduk di tepi tempat tidur, menatap Sean yang berbaring dengan wajah pucat. Dia melihat beberapa memar di perut Sean. Dengan tangan bergetar Lila menyentuhnya dengan lembut."Pasti sakit?" Suara Lila bergetar, lirih hampir berbisik.Untung Ryan hanya memukul perut Sean, sehingga tidak ada bekas luka yang terlihat. Sehingga saat makan malam bersama, Brilian tidak tahu jika sang papa baru saja mendapat pukulan. Dan bocah itu masih mengucapkan hal-hal yang baik tentang om-nya, yang segera pulang setelah semua pembicaraan selesai.Sean tersenyum tipis, mencoba menenangkan istrinya. "Tidak seberapa, aku lebih khawatir padamu."Air mata Lila jatuh begitu saja. "Jangan bohong." Suaranya pecah menahan tangis. "Aku melihat sendiri bagaimana kau terjatuh tadi dan sulit bangun. Kau pasti kesakitan."Sean menghela napas, lalu dengan susah payah ia menarik Lila ke dalam pelukannya. "Jangan menangis, Sayang." Sean tidak tahan saat air mata Lila mulai berjatuhan.Lila membenamkan wajahnya di da
Dengan susah payah, Lila membantu Sean duduk di sofa. Napasnya sedikit memburu, bukan hanya karena perutnya yang semakin besar, tetapi juga karena ketegangan di ruangan ini.Sekar dan Ryan masih berdiri di depan mereka, wajah mereka penuh kemarahan dan kekecewaan. Lila yang dia bela terlihat takhluk pada rasa cinta.Lila menatap mereka dengan penuh keteguhan.“Aku tahu apa yang telah terjadi sebenarnya, Ma,” ucap Lila lirih, terdengar lelah dan nelangsa. “Dan ini tidak seperti yang kalian pikirkan.” Hati Lila hancur melihat keadaan Sean, dia yakin jika suaminya mampu melawan Ryan, tetapi dia lebih memilih mengalah agar masalah tidak melebar.Sekar mendengus sinis. “Jangan bodoh, Lila! Jangan biarkan dirimu terpedaya oleh cinta! Kau pikir dia tidak pernah berbohong padamu?”Lila menggeleng, menahan perasaan. “Ini bukan soal percaya atau tidak percaya. Aku tahu apa yang terjadi. Dan aku tidak akan membiarkan kalian menyudutkan Sean tanpa mendengar kebenarannya.”Ryan yang sejak tadi dia
Setelah memasuki mbilnya, Ryan mengirim pesan kepada Rina jika dia pulang terlambat hari ini. Tanpa menunggu balasan, dia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.Ryan mematikan mesin mobilnya begitu tiba di halaman rumah Sean. Petugas keamanan sudah membuka gerbang tanpa banyak tanya, mengenali mobilnya sebagai salah satu yang sering keluar-masuk rumah ini.Begitu Ryan keluar dari mobil, suara langkah kecil terdengar berlari mendekat. Brilian, dengan wajah penuh antusias, langsung menghampirinya.“Om Ryan!” seru Brilian penuh antusias dan keceriaan. Namun, begitu ia melihat ke dalam mobil dan tidak menemukan sosok yang diharapkannya, ekspresinya berubah kecewa. “Om Ryan nggak ajak Renasya?”Ryan tersenyum tipis, berlutut di hadapan Brilian. “Maaf, Brili. Renasya lagi di rumah sama Bunda.”Brilian mendengus kecil, menundukkan kepala, lalu tanpa berkata-kata lagi berbalik masuk ke dalam rumah. Ryan hanya bisa menghela napas, memahami kekecewaan bocah itu.Saat ia melangkah ke
Sean keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah. Lila duduk di tepi tempat tidur, menatapnya dengan tatapan lembut tapi penuh kekhawatiran.Tanpa berkata apa-apa, Sean berjalan mendekat dan merengkuh Lila ke dalam pelukannya. Erat. Seolah-olah jika dia melepaskannya, sesuatu yang buruk akan terjadi."Aku takut kehilangan kalian." Suara Sean terdengar serak.Lila membalas pelukannya, mengusap punggung suaminya dengan lembut."Kami baik-baik saja, Sean." Meski sebenarnya dia juga merasakan kekhawatiran yang sama.Sean memejamkan mata, menghirup aroma tubuh istrinya, mencari ketenangan yang sepertinya sulit ia dapatkan. Kabar Miranda keguguran menghantamnya lebih keras dari yang dia kira. Itu bukan sekadar tragedi bagi Miranda, tapi juga pengingat betapa rapuhnya kehidupan. Betapa mudahnya kehilangan.Setelah beberapa saat, Lila berkata dengan lembut, "Sekarang Miranda sudah tidak di apartemen. Chiara membawanya ke tempat penampungan di kantor LSM-nya. Dia akan lebih aman di sana.