Share

250. Keputusan Ryan

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 15:13:02
Ryan pulang dengan langkah berat, pikirannya berkecamuk. Begitu memasuki rumah, ia langsung menuju ruang keluarga di mana Risda sedang sibuk dengan hobi barunya, merajut. Tanpa menunggu, ia duduk di hadapan sang mama.

"Aku sudah memutuskan, Ma," ucap Ryan lirih, suaranya terdengar penuh beban. "Aku akan meninggalkan Mahendra Securitas."

Risda terkejut, tetapi ada senyum yang tertahan. Lalu dia meletakkan benang dan hookpen di meja.

"Kenapa, Ryan? Apa yang terjadi?" tanya Risda penuh selidik.

Ryan menghela napas panjang, menundukkan kepala sejenak sebelum menjawab. "Tadi aku bertemu Sean dan mamanya. Ternyata mamanya yang menyelamatkan Lila dari penculikan. Tapi Ma ... keadaan Lila sangat buruk. Dia belum sadar sampai sekarang, dan bayinya ... bayi Sean harus dirawat di inkubator karena lahir prematur."

Risda menatap putranya dengan penuh perhatian, menunggu kelanjutannya.

"Dalam keadaan seperti itu Sean bahkan tidak diizinkan melihat Lila dan bayinya," lanjut Ryan. "Mamanya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Zhen Zhen
brilian kamu bayi milyarder
goodnovel comment avatar
Tety Juniarwati Saragih
Sekar memang hebat, walau keras pemikiran nya tegas dan penuh perhitungan, Cocok mmg, sebagai wanita seperti sekar, aku pasti akan membalas dengan elegan, dia melimpah kan semua untuk keturunan nya, bukan keturunan pelakor, pembalasan sempurna buat Andika, pelakor dan Ryan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   251. Semakin Dekat

    “Sean ….”Sean tertegun ketika mendengar suara lemah memanggil namanya. "Sean..." suara itu hampir seperti bisikan, tetapi cukup jelas untuk membuatnya menegakkan kepala dengan cepat. Awalnya, ia berpikir bahwa rasa lelah dan kerinduannya membuatnya berhalusinasi. Namun, ketika ia melihat mata Lila perlahan terbuka dan jemari halusnya bergerak, menyeka air mata di pipinya, Sean tersadar bahwa ini nyata. "Lila!" serunya penuh haru. Sean menunduk, menggenggam tangan istrinya lebih erat. "Kamu sadar, sayang. Syukurlah ... syukurlah kamu sadar." Lila tersenyum lemah, bibirnya bergetar seolah ingin berkata lebih banyak, tetapi ia hanya mampu mengucapkan, "Sean..." Suaranya parau, tetapi cukup untuk membuat Sean tersenyum bahagia. Sean menunduk, mencium dahi Lila dengan penuh kasih. Bibirnya berlabuh di dahi Lila, tetapi tangannya dengan cepat menekan tombol pemanggil perawat. Sambil menunggu dokter dan perawat datang Sean terus memandangi wajah Lila, berharap ini semua nyata dan ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   252. Janji Sean

    Sekar tersenyum lega melihat Lila yang sudah sadar, meski masih terlihat lemah. Wajahnya memancarkan kebahagiaan yang tulus.Setelah dokter dan perawat yang menangani Lila keluar, Sekar segera memasuki ruangan. Dia melangkah lebih dekat, mengambil posisi di samping tempat tidur Lila, sementara Sean tetap berada di sisi lain, memegang tangan istrinya dengan erat, seolah tidak ingin melepaskannya lagi."Mama senang sekali kamu sudah sadar," ucap Sekar penuh emosi, suaranya lembut namun terdengar sedikit bergetar.Lila membalas senyum Sekar. "Terima kasih, Ma," ucapnya pelan, suaranya serak tetapi penuh kehangatan.Ini adalah pertemuan pertama Lila dengan Sekar sejak dia rujuk dengan Sean. Dan Lila bisa melihat Sekar yang tersenyum tulus kepadanya seperti saat pertama mereka bertemu, seperti saat awal pernikahannya dengan Sean."Ada beberapa hal penting yang perlu kita bicarakan, terutama mengenai ….""Mama sudah menyetujui nama yang aku berikan untuk anak kita.” Sean segera memotong kal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   253. Petir di Siang Bolong

    Di ruang perawatan, seorang perawat mendekati Lila dengan membawa breast pump dan perlengkapan steril lainnya."Untuk sementara pakai ini dulu ya, Bu. Nanti kalau Adik bayi keadaan sudah membaik bisa diberi ASI secara langsung,” ujar perawat itu dengan lembut. “Saya bantu cara pakainya,” sambungnya dengan ramah.Lila mengangguk pelan, meski tubuhnya masih lemah. Dengan sabar, perawat tersebut menjelaskan cara memasang breast pump dan mengatur tingkat sedotan yang nyaman."Awalnya mungkin hanya sedikit yang keluar, tetapi ini proses yang normal. Yang penting, kita rutin mencobanya agar produksi ASI bisa meningkat," ucap perawat itu sambil tersenyum.Sean duduk di samping Lila, menggenggam tangannya dengan penuh dukungan. Tatap matanya tertuju pada bagian tubuh sang istri yang selama ini menjadi candu baginya.Dan sekarang dia harus berbagi dengan putranya. Ya, untuk sementara waktu, bagian tubuh itu yang akan menjadi sumber penghidupan putranya. Demi putranya Sean harus mengalah, toh s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   254. Pergilah!

    “Apa maksudmu Risda? Kenapa sekarang?”Risda menghela napas panjang. “Aku tidak tahu apa yang harus aku pertahankan lagi dalam rumah tangga kita. Jika selama ini aku berusaha bertahan demi kebahagiaan Ryan, lalu apa gunanya jika ternyata Ryan tidak pernah bahagia?”Risda menyeka air mata. Dia tidak sedang menghakimi Andika, karena sadar akan kesalahan yang telah dia lakukan. Saat masih muda, Risda merasa tawaran Andika adalah sebuah keberuntungan yang akan membuatnya hidup senang tanpa bersusah payah, tetapi ternyata ada konsekuensi besar yang harus dia terima.“Bukan aku tidak bersyukur, Mas. Mungkin sudah waktunya kita mencari kebahagiaan masing-masing. Aku tahu kau sangat menderita setelah meninggalkan Bu Sekar dan Sean.”Andika terdiam, mencoba mencerna kata-kata itu. Ryan muncul dari kamarnya, membawa koper terakhir. “Mama benar, Pa. Sudah waktunya Mama memikirkan dirinya sendiri.”Andika memandang Ryan, lalu Risda. Hatinya bergejolak, namun ia tidak tahu apa yang harus dikatakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   255. Nasib Dua Wanita Ular

    Kedatangan Theo di sambut hangat, mereka seperti teman yang sudah lama tidak bertemu.“Abang ada?”“Di dalam,” jawab singkat pria berbadan tegap di hadapannya.Setelah berbasa-basi sebentar, Theo melangkah mantap menuju ke sebuah ruang yang sepertinya sudah sangat dia kenal.“Bang!” sapa Theo sambil membuka pintu.Selo Ardi tersenyum tipis melihat kedatangan Theo. Pria itu sedang duduk di balik meja kayu besar dengan secangkir kopi di tangannya.Selo Ardi bergegas bangkit menyambut kedatangan Theo yang dahulu adalah anak buahnya. Mereka berpelukan sebentar sambil menepuk punggung."Duduklah," ucap Selo Ardi sambil menunjuk kursi di depan meja."Terima kasih, Bang," sahut Theo dengan penuh rasa hormat setelah mengambil tempat.Sejenak kedua saling beradu pandang. Selo Ardi menghembuskan napas kasar sambil tersenyum lebar kala menatap mantan anak buahnya dulu.“Aku bangga padamu.” Selo Ardi merasa Theo banyak belajar dan bisa menjalankan setiap misi dengan baik.“Ini semua juga karena A

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   256. Drama Sebelum Pulang dari Rumah Sakit

    Ruangan bayi itu terasa hangat dengan sinar matahari pagi yang masuk melalui tirai jendela. Di sebuah kursi empuk, Lila duduk dengan Brilian di pelukannya. Bayi kecil itu, dengan kulitnya yang mulai merona sehat, menyusu dengan tenang. Sean duduk di sampingnya, matanya tidak pernah lepas dari pemandangan menakjubkan di depannya.“Dia sangat kuat,” bisik Sean dengan suara penuh rasa syukur, tangannya menyentuh lembut bahu Lila.Lila tersenyum, meski matanya masih sedikit berkaca-kaca. “Aku tidak pernah merasa sebahagia ini, Sean. Melihatnya seperti ini, mendekapnya ... Semua rasa sakit itu terasa sepadan.”Dokter spesialis anak yang selama ini menangani Brilian tampak lega melihat interaksi keluarga kecil di hadapannya. Dia pun langsung menyampaikan kabar baik untuk mereka.“Brilian telah menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Berat badannya sudah meningkat stabil, dan paru-parunya bekerja dengan baik. Jika tidak ada perubahan signifikan, dalam beberapa hari ke depan, kalian bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   257. Papa juga Pengen

    Sean mengepalkan tangannya, tetapi tetap menjaga nada suaranya rendah, mengingat Lila dan Brilian ada di sana. “Aku tidak memperumit apa pun. Aku hanya meminta waktu, Mama.”Sekar mendesah berat, lalu mengalihkan pandangannya ke Lila. “Lila, kau tahu aku hanya ingin yang terbaik untuk Brilian. Tetapi lihat saja apa yang sudah Sean lakukan. Bertahun-tahun kau dibuat seperti wanita yang tidak bisa memberikan keturunan. Siapa yang melakukan semua itu, Lila? Bukankah Sean?”Lila hanya diam. Ucapan Sekar seolah mengorek luka lama yang membuatnya pernah bercerai dengan Sean.“Itu sudah masa lalu. Aku mohon jangan mengungkitnya lagi.” Sean tidak ingin pembicaraan tentang masa lalu itu kembali mempengaruhi Lila.Saat ini dia dan Lila ingin memperbaiki rumah tangganya. Apalagi saat ini sudah ada Brilian di antara mereka“Masa lalu itu berpengaruh pada masa kini, Sean. Kalau saja kau tidak keras kepala, semua ini tidak perlu terjadi,” Sekar balas menukas.Melihat Lila semakin tertekan, Sean men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   258. Dua Rumah yang Berbeda

    Rumah Sean dan Lila penuh dengan kebahagiaan saat acara akikah Brilian berlangsung. Tamu-tamu datang silih berganti, membawa doa dan harapan terbaik untuk bayi mungil itu.Sean tampak sibuk menyapa tamu, sementara Sekar dengan sigap memonopoli perhatian Brilian. Sekar hampir tidak memberikan kesempatan bagi Lila untuk menggendong anaknya sendiri."Kamu masih dalam masa pemulihan, Lila. Jangan memaksakan diri," ucap Sekar yang terdengar sangat otoriter dan tidak ingin dibantah. Ia bahkan menambahkan alasan yang terdengar aneh, "Kalau sampai Brilian menendang perutmu bagaimana? Bahaya kalau sampai bekas jahitanmu terbuka lagi?"Lila hanya tersenyum tipis, memilih untuk tidak memperdebatkan hal itu. Dia tahu, meskipun terkadang menyebalkan, perhatian Sekar adalah bentuk kasih sayangnya.Di tengah keramaian, hadir Waluya dan Inayah, orang tua Lila. Kehadiran mereka membuat mata Lila berbinar."Bapak, Ibu!" seru Lila dengan penuh haru. Dia bergegas bangkit dari duduknya untuk menyambut ked

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   410. Obat Kecewa

    Sean menggenggam erat tangan Lila saat mengemudikan mobil, sesekali melirik istrinya yang duduk diam di sampingnya. Lila menatap keluar jendela, dan Sean bisa melihat sudut matanya yang mulai basah.Hatinya mencelos. Lila jarang menangis tanpa alasan.Sean menghela napas, lalu menepikan mobil ke bahu jalan. Dia mematikan mesin, lalu berbalik menghadap istrinya.“Sayang, ada apa?” tanya Sean lembut meski dia sudah tahu alasan sebenarnya yang membuat istrinya menangis.Lila menggeleng, menundukkan wajahnya. Tapi Sean tahu lebih baik. Dia meraih bahu istrinya dan menariknya ke dalam pelukan.“Maaf...” suara Lila terdengar lirih, hampir tak terdengar.Sean mengerutkan kening. “Maaf untuk apa?”Lila mengusap matanya yang mulai basah. “Aku tahu ini konyol, tapi... aku merasa mengecewakan. Aku berharap ada anak perempuan di antara mereka. Aku ingin ada satu anak perempuan di rumah kita.”Sean tersenyum kecil, lalu mengangkat dagu Lila, menatap mata istrinya dengan penuh kelembutan. “Sayang,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   409. Di Luar Kendali

    Jika Ryan sedang merencanakan akan memiliki anak lagi, berbeda dengan Sean yang sedang berbahagia dengan kehamilan kembar Lila.Pagi itu, Lila sedang merapikan dasi Sean. Perutnya yang semakin membesar cukup menghalangi pekerjaan mudah itu. Bukan karena jarak yang semakin menjauh, tetapi lebih karena sean yang sering menunduk dan terus memainkan tangan di perutnya yang mengganggu konsentrasinya.“Kapan pemeriksaan berikutnya?” tanya Sean yang terlihat sudah tidak sabar.“Minggu depan,” jawab singkat Lila, yang terpaksa menyingkirkan tangan Sean dari perutnya.Karena merasa geli, Lila sampai salah mengikatkan dasi. Sesuatu yang sebenarnya sudah hafal di luar kepala.Kehamilan Lila yang kini memasuki bulan kelima membuat semakin penasaran dengan jenis kelamin bayi kembar mereka.“Bukankah pemeriksaan besok sudah bisa melihat jenis kelamin mereka?”Lila hanya menjawab dengan deheman, saat dia menyelesaikan kegiatan mengikat dasi sampai rapi."Aku yakin mereka perempuan," kata Sean penuh

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   408. Mengakhiri Duka

    Sesampainya di rumah, Rina sudah menunggu di depan pintu dengan ekspresi penuh harap. Saat pintu mobil terbuka, ia tersenyum lega melihat Renasya melompat keluar dari sisi lain mobil dan berlari menghampirinya."Mama! Lihat ini!" seru Renasya, mengangkat bola basket kecil yang diberikan Brilian.Rina tersenyum, tetapi segera menggeleng. "Tapi Rena tidak boleh main basket di dalam rumah."Renasya mengerucutkan bibir sambil mengalihkan pandangannya ke arah sang papa. "Tapi Papa tadi sudah izinin."Ryan yang baru turun dari mobil tertawa kecil. "Papa mengizinkan main, tapi di taman kompleks. Bukan di dalam rumah."Renasya tampak kecewa. "Tapi aku mau main sekarang..."Ryan mengusap kepala putrinya. "Kalau Rena mau main basket, bisa main lagi ke rumah Kak Brili."Mata Renasya langsung berbinar. "Beneran, Pa? Aku bisa main sama Kak Brili lagi?"Ryan mengangguk, dan Renasya langsung bersorak gembira. Sementara itu, Rina menatap suaminya dengan ekspresi tidak percaya. Ada sesuatu dalam cara

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   407. Ibu Baru

    Ryan tertawa lepas di hadapan Sekar, sungguh dia tidak menduga perempuan tegar di hadapannya memiliki selera humor yang cukup aneh baginya.“Apa salahnya kau menitipkan Renasya di rumah ini. sekaligus mendekatkan Brili dan Rena, bagaimana pun mereka itu saudara,” ucap Sekar dengan ekspresi wajah yang datar, meski Ryan belum bisa menghentikan tawanya.“Bukan masalah yang itu,” sahut Ryan sambil menahan tawa.“Ya, apa salahnya kalau kamu menikmati bulan madu bersama Rina untuk melepaskan semua kesedihan?” Sekar terdiam menunggu jawaban dari Ryan.Ryan mengalihkan pandangan sambil menyembunyikan senyum. Ayah satu anak tidak pernah menduga jika dia bisa tertawa lepas bersama Sekar.“Apa salahnya Renasya memiliki adik? Biar dia tidak kesepian.”“Tidak ada yang salah,” jawab Ryan dengan kepala menunduk, tawanya meredup, berganti dengan sesuatu yang lain.Mata Ryan berkaca-kaca, napasnya tersendat. Sekar diam, menunggu, membiarkan kata-kata yang tadi meluncur darinya mengendap dalam diri Rya

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   406. Saat Jatuh Terpuruk

    Begitu melihat Ryan, mata Renasya langsung berbinar. Tanpa ragu, bocah itu berlari ke arahnya dan melompat ke dalam pelukannya.“Papa!” serunya, memeluk erat seolah takut kehilangan lagi. Ryan membalas pelukan itu, mencium puncak kepala putrinya, merasakan kehangatan yang lama ia abaikan.Renasya menatap wajah papanya dengan polos. “Papa sudah nggak pusing lagi?” tanya Renasya, karena setiap kali dia bertanya kenapa harus tinggal bersama Brilian, orang dewasa di rumah itu mengatakan jika papanya sedang pusing.“Kayak Papa Brilian yang selalu pusing, terus minta dimanja sama Mama Lila?” sambung Renasya yang pernah tanpa sengaja melihat Sean yang mengatakan pusing dan langsung mendepat pelukan dari Lila sebelum akhirnya keduanya menuju ke kamar.Ryan mengerutkan kening, sedikit bingung. Ia melirik Sekar, yang hanya menatapnya dengan ekspresi datar.“Papa Brilian kalau pusing, katanya Mama harus peluk dia, harus elus kepalanya, biar cepet sembuh.” Renasya melanjutkan dengan nada serius.

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   405. Melampiaskan Kesedihan

    Setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk menyingkirkan rasa sedihnya. Ryan lebih memilih diam menyendiri mengasingkan diri dari orang lain. Sepulang kerja, dia akan menyendiri di ruang kerja atau di kamar Risda.Seperti saat ini, Ryan duduk sendiri di ruang kerjanya ditemani secangkir kopi yang sudah dingin dibiarkan begitu saja. Hatinya masih terasa berat. Kepergian Andika meninggalkan lubang besar dalam dirinya, begitu pula kepergian Risda yang masih menyisakan luka.Sungguh jauh berbeda dengan Sean yang memilih untuk sibuk, Ryan justru semakin tenggelam dalam kesedihan. Ia butuh waktu untuk menerima semuanya.Di sisi lain, Sean sibuk membenamkan diri dalam pekerjaan. Setiap harinya ia pulang lebih larut, mencari cara agar pikirannya tidak terlalu banyak melayang pada kehilangan yang ia rasakan.Menjalani biduk rumah tangga hampir delapan tahun, membuat Lila bisa memahami suasana kebatinan suaminya. Termasuk bagaimana dia harus mempersiapkan diri di hadapan Sean dan menuruti

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   404. Celoteh Anak Kecil

    Malika duduk di sudut ruangan, memeluk boneka kelinci kesayangannya sambil memperhatikan Brilian dan Renasya. Matanya menyipit sedikit, menunjukkan perasaan yang tidak bisa ia sembunyikan, cemburu.Brilian tampak begitu bersemangat memperkenalkan Renasya kepada Malika. “Ini Renasya! Dia adikku!” ucap Brlian dengan bangga, tangannya menggandeng Renasya seolah ingin melindungi adik sepupunya tersebut.Malika menggigit bibirnya, merasa ada sesuatu yang berubah. Selama ini, Brilian selalu dekat dengannya, selalu melindungi dan menjaganya seperti kakak sendiri. Tapi sekarang, perhatian Brilian sepenuhnya tertuju pada Renasya.“Kamu kenapa diam saja, Malika?”Malika menggeleng pelan, tapi matanya masih terpaku pada Brilian dan Renasya. Lalu dengan berat hati akhirnya menerima uluran tangan Renasya.Renasya tersenyum saat Malika menggenggam tangannya. “Namaku Rena, aku adiknya Kak Brili. Kita bisa main bersama.”Suasana hati Malika tampaknya sedang tidak baik. Dia tidak seantusias biasanya s

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   403. Duka Mendalam

    Suasana duka menyelimuti rumah Andika. Cahaya lampu yang temaram dan lantunan doa-doa menciptakan keheningan yang mencekam. Sekar berdiri di sudut ruangan, memperhatikan Sean dan Ryan, tampak keduanya sama-sama dirundung kesedihan.Dalam hati Sekar bertanya, kebaikan apa yang membuat Andika begitu dicintai oleh kedua anaknya. Meski sebagai seorang ayah, Andika telah melakukan sebuah kesalahan fatal yang meninggalkan luka mendalam, baik itu kepada Sean maupun Ryan.Sean, meskipun wajahnya tidak berhiaskan senyum, tetapi dia tetap terlihat tegar. Ia menyapa tamu yang datang, memberi arahan kepada para pelayan agar memastikan segala sesuatu berjalan dengan baik. Namun, sesekali, tatapannya melayang ke arah jenazah sang papa, seolah masih berusaha menerima kenyataan pahit ini.Sementara itu, Ryan duduk diam di samping jenazah Andika, wajahnya kaku tanpa ekspresi. Tidak ada air mata yang jatuh, tetapi kesedihan terpancar jelas di matanya. Ryan seperti sedang menunggu sang papa tertidur, be

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   402. Asa yang Telah Padam

    Sekar menguatkan hatinya melangkah mendekati ranjang perawatan Andika dengan perasaan yang tak menentu. Napas pria itu tersengal, dengan mata yang setengah terbuka, seolah ingin menangkap sosok Sekar untuk terakhir kalinya. Di sekeliling mereka, suara alat medis terus berbunyi, menjadi latar yang tak bisa diabaikan.Sekar menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air matanya. Dengan tangan gemetar, ia menggenggam tangan Andika yang terasa semakin dingin. Perasaan bersalah dan kepedihan bersarang dalam hati perempuan paruh baya itu. Bagaimana mungkin cinta mereka yang pernah menggebu-gebu kini berakhir di sini?Sekar mendekatkan mulutnya tepat di telinga Andika. Dengan suara pelan dan bergetar, perempuan paruh baya itu membisikkan sebuah doa, seperti yang pernah ia ucapkan kala melepas kepergian sang papa beberapa tahun yang lalu.Bayangan kebersamaan mereka yang dulu kembali menghampiri pikirannya, berputar-putar tanpa henti.Andika dengan tatap mata kosong yang menerawang, mencoba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status