Share

Bab 3

Author: Salma Husna
Belum genap tujuh hari setelah kematian Felix, ibu mertua datang ke kantorku.

Sama seperti kehidupan sebelumnya, dia ingin memaksaku menyerahkan perusahaan dengan alasan yang sama.

“Anakku mati karenamu, bukankah seharusnya kamu memberi kompensasi padaku?!”

“Kompensasi apa yang kamu mau?”

Tanyaku sambil mengangkat alisku, memperhatikan sandiwaranya.

Raut wajah ibu mertua langsung melunak, seolah-olah sudah memberiku pengampunan besar. Dia berkata, “Berikan mobil dan rumahmu untuk Stella! Dia kehilangan kakaknya, dia kehilangan tempat bergantung ke depannya.”

“Lalu apa lagi?”

“Serahkan perusahaan ini padaku.”

“Kamu sudah membunuh Felix, sudah nggak ada lagi yang mau merawat masa tuaku. Serahkan perusahaan ini, biar aku punya harapan ke depannya.”

Aku tak bisa menahan diri dan tertawa, itu membuat marah ibu mertuaku.

“Anakku baru meninggal, bisa-bisanya kamu begitu senang?! Apa kamu sengaja membunuhnya agar bisa kabur dengan pria lain?!”

Aku mengabaikan ocehannya, lalu menaruh sebuah kartu bank di depannya.

“Mobil, rumah, perusahaan, jangan harap bisa mengambil semua itu.”

“Ini adalah semua harta atas nama Felix. Kalau nggak ada masalah, tanda tangan saja.”

Aku meletakkan dokumen itu di depannya dan begitu meliriknya, dia langsung panik.

Harta atas nama Felix sebenarnya hampir tak ada. Dia hanyalah karyawan biasa yang bergaji bulanan.

Karena gengsinya yang tinggi, dia sering mengirimkan uang secara diam-diam untuk ibu mertua dan adik ipar. Sekarang, yang tersisa di rekeningnya hanyalah dua ratus juta.

“Dasar wanita jalang! Kamu membunuh anakku bersama selingkuhanmu dan mencoba mengambil hartanya?! Astaga, betapa malangnya nasibku harus menguburkan anakku sendiri!”

Setelah beberapa kali menyebut bahwa akulah yang menyebabkan kematian Felix, kebencian yang telah lama terpendam akhirnya meledak.

“Kamu terus mengatakan aku yang menyebabkan kematiannya. Kalau begitu, biar polisi menyelidiki kasus kematiannya, berani nggak?”

“Sopir yang menabrak, petugas rumah duka, serta kamera CCTV di sekitar tempat kejadian. Semuanya perlu diselidiki!”

“Kita lihat apakah benar aku yang membunuhnya atau … “

Sambil berbicara, aku mengambil ponsel, bersiap menghubungi polisi. Ibu mertuaku langsung menahan tanganku dengan panik dan berkata, “Baik! Aku tanda tangan!”

Dengan enggan, dia menandatanganinya. Sebelum pergi, dia tak lupa melototiku.

Wajahku memuram, menyadari bahwa tak bisa lagi hanya bertahan, aku harus bergerak.

Dari foto yang diberikannya di kehidupan sebelumnya, Felix dan Luna tampak hidup berkecukupan.

Ibu mertua mengambil alih perusahaanku tentu untuk memberikannya kepada Felix.

Berpikir demikian, aku segera turun dan mengikutinya secara diam-diam.

Tak lama kemudian, aku melihat Luna, pujaan hati suamiku datang bersama seorang pria berjanggut lebat yang memakai kacamata dan topi.

Khawatir mereka akan melihatku, aku hanya mengamati mereka dari kejauhan.

Entah apa yang dikatakan ibu mertua, wajah Luna dan pria itu tampak kecewa.

Hari itu aku terus mengikuti mereka sampai pulang, hingga aku melihat mereka masuk ke sebuah apartemen di pusat kota. Aku pun mencatat nomor unitnya.

Begitu sampai di kantor, aku memanggil asistenku.

“Tolong hubungi pemilik apartemen ini.”

Asistenku bergerak cepat dan sore itu juga data pemiliknya sudah ada di meja kerjaku.

Kemudian aku menghubungi pemilik apartemen itu.

Begitu mendengar aku akan membelinya dengan harga tinggi dan membayarnya tunai, dia langsung menyetujuinya.

Dalam sehari, proses pemindahan kepemilikan apartemen itu selesai.

“Masih ada penyewa di dalam apartemen itu, perlukah meminta mereka untuk pindah keluar?”

Aku menggeleng dan menjawab, “Nggak perlu, aku akan datang sendiri untuk meminta maaf pada mereka.”

Keesokan harinya, aku datang dengan membawa petugas pindahan.

Tak disangka yang membuka pintu adalah ibu mertuaku sendiri.

Begitu melihatku, wajahnya pucat dan segera menghalangiku masuk.

“Rora? Kenapa kamu di sini?!”

“Aku datang mengambil apartemenku!”

Aku mendorongnya dan melangkah masuk dengan percaya diri.

Aku berjalan-jalan mengelilingi apartemen, membuatnya semakin panik. Dia berteriak ke arah sebuah kamar di ujung lorong, “Rora, kamu menerobos rumah orang tanpa izin! Aku akan melaporkanmu ke polisi!”

“Cepat datang tangkap pembunuh ini!”

Melihat itu, aku langsung berjalan cepat ke arah kamar tersebut.

Baru saja tanganku memegang gagang pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka perlahan.

Dan pujaan hati suamiku, Luna berdiri di sana.

“Aku sering dengar Felix menceritakanmu. Akhirnya kita bertemu juga, hanya saja … “

Dia berpura-pura menyeka sudut matanya, tapi aku tak tertarik dengan sandiwaranya, langsung melewati tangannya dan masuk.

Itu adalah sebuah ruang kerja. Di tengahnya ada meja, sementara di sampingnya ada sebuah lemari besar, cukup untuk menyembunyikan tubuh orang dewasa.

Aku berdiri di depan lemari itu, melihat ekspresi Luna yang semakin tegang, aku tersenyum tipis.

Saat aku hendak membuka lemari itu, Luna tak bisa lagi berpura-pura.
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Aeni Nuraeni
gmn caranya
goodnovel comment avatar
DINO MERAH
koinnya bnyk amat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 4

    Luna berdiri menghalangi aku dan lemari.“Rora, nggak sopan sekali kamu! Masuk ke rumah orang sembarangan, sangat nggak menghargai aku pemilik rumah!”Aku perlahan menurunkan tanganku, tapi dalam hati sudah yakin.Yakin bahwa pria berjanggut lebat berkacamata yang kulihat sebelumnya itu, tak lain adalah suamiku, Felix.Dan sekarang, dia pasti bersembunyi di lemari tepat di depanku.Dia suka bersembunyi? Baiklah, sembunyilah terus! Aku ingin tahu sampai kapan dia bisa bertahan!“Aku datang ke rumahku sendiri, lalu apa urusannya denganmu?!”Ujarku sambil mengeluarkan surat kepemilikan rumah dari tas dan mengacungkannya padanya, lalu melanjutkan, “Kalau kamu pemiliknya, lalu aku siapa?”Seketika Luna terdiam. Aku langsung memanggil petugas pindahan yang sudah menunggu di bawah.Begitu petugas mulai mengosongkan apartemen, Luna akhirnya tersadar.“Meski kamu pemiliknya, kamu tak bisa mengusir kami tanpa pemberitahuan!”“Kamu sudah menunggak sewa selama setengah bulan. Aku sudah membantumu

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 5

    Keesokan paginya, setelah semua persiapan selesai, aku memulai siaran langsungnya.Aku menceritakan tentang bagaimana aku membantu Felix membayar hutangnya, lalu bersama-sama mendirikan Grup Kuliner SL, pernikahan kami, hingga tragedi dia meninggal mendadak pada hari peringatan pernikahan kami.Di akhir cerita, wajahku pucat dan aku menangis tak terbendung.Para netizen yang mendengar kisah kami ikut terharu.“Cinta pertamaku meninggal karena sakit, sudah 10 tahun berlalu, tapi aku masih belum bisa berjalan keluar dari kesedihan itu. Setiap kenangan terasa menyakitkan. Aku sangat paham dengan perasaannya!”“Mereka sudah melalui banyak hal bersama, tapi justru kehilangan cinta sejatinya di saat terbaik. Aku nggak bisa bayangi betapa sedihnya dia!”“Aku pernah makan di SL dan makanannya enak, pelayanannya juga baik. Yuk, kita dukung pemiliknya, Bu Rora!”Seketika, kisah cinta Rora dan Felix, serta Grup Kuliner SL menjadi topik viral.Interaksi manis kami di masa lalu pun diungkit oleh pa

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 6

    Felix bisa saja berpura-pura tak peduli, tapi beberapa netizen mulai menyadari kejanggalan.Mereka mendukung komentar kritik yang aku kirim.“Benar, mana mungkin ada dua orang yang punya tanda lahir sama persis? Kalau benar kamu Felix, coba tunjukkan tanda lahirnya!”“Mengapa nggak muncul dari dulu? Sekarang baru muncul setelah masalah membesar, jangan-jangan ada sesuatu yang disembunyikan.”“Teman-teman, bukan bermaksud berpikiran buruk, tapi aku teringat cerita tentang sosok pengganti … tiba-tiba aku jadi penasaran siapa yang sebenarnya meninggal.”Opini publik mulai condong ke arah yang kugiring. Felix mulai kehilangan ketenangannya.Melihat kesempatan ini, aku juga membuka siaran langsung.Ribuan netizen langsung menyerbu siaran langsungku, meminta agar aku menghubungkan video langsung dengan Felix.Aku berpura-pura terkejut dan menyetujuinya.Begitu melihat wajah Felix muncul di layar, aku langsung menangis.“Sayang! Sayang, akhirnya kamu kembali!”Aku menangis tersedu-sedu, semen

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 7

    Felix memegang laporan itu dengan tak percaya, lalu bertanya pada ibunya, “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku dan Stella bukan saudara kandung?”Mata ibunya berkedip tak tenang dan menjawab, “Apa lagi yang perlu dijelaskan … bukankah kamu sudah tahu semuanya?”Felix terdiam lama sebelum akhirnya bicara lagi.“Pantas, pantas!”“Ayahku memang sudah lama sakit-sakitan, tapi mentalnya masih sangat kuat. Begitu tahu kamu hamil, dia langsung kehilangan semangat, bahkan nggak bisa makan. Beberapa lama kemudian baru meninggal. Ternyata karena dia tahu kamu berselingkuh.”Di layar, kemarahan Felix makin menjadi hingga menampar ibunya.Ibu mertua terjatuh dan tak berani menangis keras-keras.Aku menonton dari layar sambil mengemil, benar-benar menikmati pertunjukan ini.Sebenarnya, aku sudah lama tahu kalau adik ipar bukan anak kandung ayah mertuaku.Dulu, secara tidak sengaja, aku melihat laporan medis adik ipar.Ibu mertua dan ayah mertua sama-sama bergolongan darah B, jadi bagaimana mung

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 8

    Luna menggigit bibirnya, terlihat ketidakpuasan di matanya. Dia bertanya, “Kamu membongkar identitasku, sebenarnya kamu ingin aku melakukan apa?”Aku mengangkat tangan dengan santai dan menjawab, “Bukan ingin kamu melakukan sesuatu, hanya ingin menunjukkan jalan padamu. Pilihan tetap ada di tanganmu.”Melihat ekspresi di wajahnya sedikit melunak, aku melanjutkan, “Sama seperti lima tahun yang lalu saat kamu meninggalkannya, Felix benar-benar tak punya apa-apa lagi sekarang, hanya memiliki dirimu. Aku bisa membantunya bangkit kembali, begitu juga dengan dirimu.”Luna memang cerdas, dia langsung paham maksudku.“Dengan uang yang dia punya sekarang, aku bisa apa? Kalau aku bisa mencari uang sendiri, aku nggak akan datang ke sini minta bantuanmu!” ujar Luna.“Meski dia nggak punya apa-apa, ibunya juga masih punya rumah!” jawabku.Mata Luna berbinar dan langsung menemukan cara.Dia pulang dan mengusulkan untuk membuka usaha bersama Felix. Menyarankan agar ibu mertuanya menggunakan rumahnya

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 1

    “Maaf, suamimu, Felix mengalami kecelakaan sore ini dan sudah tiada.”Petugas di rumah duka membungkuk hormat dan berkata, “Turut berduka cita!”Menerima kabar kematian suamiku, aku sama sekali tidak merasa sedih, malah hatiku menjadi sangat tenang.“Kalau benar sudah mati, aku mau melihat jasadnya. Biarkan aku melihatnya sekali lagi!”“Bu Rora, aku mengerti perasaanmu, tapi jasadnya sudah hancur lebur dan nggak bisa dikenali lagi. Sebaiknya kamu nggak melihatnya.”Belum sempat aku menjawab, ibu mertua dan adik iparku sudah tiba di lokasi.“Bu, ini semua gara-gara dia! Dia yang minta kue itu sampai kakak harus menerobos hujan untuk membelikannya dan akhirnya ditabrak truk!”“Rora, dasar pembawa sial! Kembalikan anakku!”Mertuaku menangis dan langsung menamparku, tapi aku menahan tangannya dan mendorongnya keras-keras.Dia terhuyung beberapa langkah ke belakang, lalu melontarkan kata-kata kasar padaku, “Dasar wanita jalang! Anakku mati karenamu dan kamu masih berani memukulku?! Betapa m

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 2

    “Aku belum pernah melihat orang yang berharap anak kandung dan kakaknya sendiri mati!”Ekspresi malu terlintas sejenak di wajah ibu mertua dan adik ipar.Aku pun berkata pada petugas rumah duka, “Kalau identitasnya sudah dipastikan, langsung dikremasi saja hari ini.”Begitu jasad dikremasi, ibu mertuaku tampak sedikit lega.Tanpa jasad, sekalipun polisi datang untuk menyelidiki lagi, tak akan ada bukti.Namun, aku tidak akan menyerah begitu saja.Petugas menyerahkan kotak abu padaku. Begitu keluar dari rumah duka, aku langsung menaburnya di depan mereka berdua.“Kamu … kamu!”Ibu mertua menunjukku dengan penuh amarah hingga tak bisa berkata apa-apa.Adik iparku segera menenangkan ibunya dan memarahiku, “Rora, berani-beraninya kamu memperlakukan kakakku seperti ini! Aku nggak akan memaafkanmu!”“Dia bahkan sudah mati, nggak ada yang peduli lagi kotak ini berisi abu atau tanah. Jadi kubuang saja!”Usai bicara, aku meninggalkan mereka dan langsung pergi ke kantor polisi.Aku membawa surat

Latest chapter

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 8

    Luna menggigit bibirnya, terlihat ketidakpuasan di matanya. Dia bertanya, “Kamu membongkar identitasku, sebenarnya kamu ingin aku melakukan apa?”Aku mengangkat tangan dengan santai dan menjawab, “Bukan ingin kamu melakukan sesuatu, hanya ingin menunjukkan jalan padamu. Pilihan tetap ada di tanganmu.”Melihat ekspresi di wajahnya sedikit melunak, aku melanjutkan, “Sama seperti lima tahun yang lalu saat kamu meninggalkannya, Felix benar-benar tak punya apa-apa lagi sekarang, hanya memiliki dirimu. Aku bisa membantunya bangkit kembali, begitu juga dengan dirimu.”Luna memang cerdas, dia langsung paham maksudku.“Dengan uang yang dia punya sekarang, aku bisa apa? Kalau aku bisa mencari uang sendiri, aku nggak akan datang ke sini minta bantuanmu!” ujar Luna.“Meski dia nggak punya apa-apa, ibunya juga masih punya rumah!” jawabku.Mata Luna berbinar dan langsung menemukan cara.Dia pulang dan mengusulkan untuk membuka usaha bersama Felix. Menyarankan agar ibu mertuanya menggunakan rumahnya

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 7

    Felix memegang laporan itu dengan tak percaya, lalu bertanya pada ibunya, “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku dan Stella bukan saudara kandung?”Mata ibunya berkedip tak tenang dan menjawab, “Apa lagi yang perlu dijelaskan … bukankah kamu sudah tahu semuanya?”Felix terdiam lama sebelum akhirnya bicara lagi.“Pantas, pantas!”“Ayahku memang sudah lama sakit-sakitan, tapi mentalnya masih sangat kuat. Begitu tahu kamu hamil, dia langsung kehilangan semangat, bahkan nggak bisa makan. Beberapa lama kemudian baru meninggal. Ternyata karena dia tahu kamu berselingkuh.”Di layar, kemarahan Felix makin menjadi hingga menampar ibunya.Ibu mertua terjatuh dan tak berani menangis keras-keras.Aku menonton dari layar sambil mengemil, benar-benar menikmati pertunjukan ini.Sebenarnya, aku sudah lama tahu kalau adik ipar bukan anak kandung ayah mertuaku.Dulu, secara tidak sengaja, aku melihat laporan medis adik ipar.Ibu mertua dan ayah mertua sama-sama bergolongan darah B, jadi bagaimana mung

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 6

    Felix bisa saja berpura-pura tak peduli, tapi beberapa netizen mulai menyadari kejanggalan.Mereka mendukung komentar kritik yang aku kirim.“Benar, mana mungkin ada dua orang yang punya tanda lahir sama persis? Kalau benar kamu Felix, coba tunjukkan tanda lahirnya!”“Mengapa nggak muncul dari dulu? Sekarang baru muncul setelah masalah membesar, jangan-jangan ada sesuatu yang disembunyikan.”“Teman-teman, bukan bermaksud berpikiran buruk, tapi aku teringat cerita tentang sosok pengganti … tiba-tiba aku jadi penasaran siapa yang sebenarnya meninggal.”Opini publik mulai condong ke arah yang kugiring. Felix mulai kehilangan ketenangannya.Melihat kesempatan ini, aku juga membuka siaran langsung.Ribuan netizen langsung menyerbu siaran langsungku, meminta agar aku menghubungkan video langsung dengan Felix.Aku berpura-pura terkejut dan menyetujuinya.Begitu melihat wajah Felix muncul di layar, aku langsung menangis.“Sayang! Sayang, akhirnya kamu kembali!”Aku menangis tersedu-sedu, semen

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 5

    Keesokan paginya, setelah semua persiapan selesai, aku memulai siaran langsungnya.Aku menceritakan tentang bagaimana aku membantu Felix membayar hutangnya, lalu bersama-sama mendirikan Grup Kuliner SL, pernikahan kami, hingga tragedi dia meninggal mendadak pada hari peringatan pernikahan kami.Di akhir cerita, wajahku pucat dan aku menangis tak terbendung.Para netizen yang mendengar kisah kami ikut terharu.“Cinta pertamaku meninggal karena sakit, sudah 10 tahun berlalu, tapi aku masih belum bisa berjalan keluar dari kesedihan itu. Setiap kenangan terasa menyakitkan. Aku sangat paham dengan perasaannya!”“Mereka sudah melalui banyak hal bersama, tapi justru kehilangan cinta sejatinya di saat terbaik. Aku nggak bisa bayangi betapa sedihnya dia!”“Aku pernah makan di SL dan makanannya enak, pelayanannya juga baik. Yuk, kita dukung pemiliknya, Bu Rora!”Seketika, kisah cinta Rora dan Felix, serta Grup Kuliner SL menjadi topik viral.Interaksi manis kami di masa lalu pun diungkit oleh pa

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 4

    Luna berdiri menghalangi aku dan lemari.“Rora, nggak sopan sekali kamu! Masuk ke rumah orang sembarangan, sangat nggak menghargai aku pemilik rumah!”Aku perlahan menurunkan tanganku, tapi dalam hati sudah yakin.Yakin bahwa pria berjanggut lebat berkacamata yang kulihat sebelumnya itu, tak lain adalah suamiku, Felix.Dan sekarang, dia pasti bersembunyi di lemari tepat di depanku.Dia suka bersembunyi? Baiklah, sembunyilah terus! Aku ingin tahu sampai kapan dia bisa bertahan!“Aku datang ke rumahku sendiri, lalu apa urusannya denganmu?!”Ujarku sambil mengeluarkan surat kepemilikan rumah dari tas dan mengacungkannya padanya, lalu melanjutkan, “Kalau kamu pemiliknya, lalu aku siapa?”Seketika Luna terdiam. Aku langsung memanggil petugas pindahan yang sudah menunggu di bawah.Begitu petugas mulai mengosongkan apartemen, Luna akhirnya tersadar.“Meski kamu pemiliknya, kamu tak bisa mengusir kami tanpa pemberitahuan!”“Kamu sudah menunggak sewa selama setengah bulan. Aku sudah membantumu

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 3

    Belum genap tujuh hari setelah kematian Felix, ibu mertua datang ke kantorku.Sama seperti kehidupan sebelumnya, dia ingin memaksaku menyerahkan perusahaan dengan alasan yang sama.“Anakku mati karenamu, bukankah seharusnya kamu memberi kompensasi padaku?!”“Kompensasi apa yang kamu mau?”Tanyaku sambil mengangkat alisku, memperhatikan sandiwaranya.Raut wajah ibu mertua langsung melunak, seolah-olah sudah memberiku pengampunan besar. Dia berkata, “Berikan mobil dan rumahmu untuk Stella! Dia kehilangan kakaknya, dia kehilangan tempat bergantung ke depannya.”“Lalu apa lagi?”“Serahkan perusahaan ini padaku.”“Kamu sudah membunuh Felix, sudah nggak ada lagi yang mau merawat masa tuaku. Serahkan perusahaan ini, biar aku punya harapan ke depannya.”Aku tak bisa menahan diri dan tertawa, itu membuat marah ibu mertuaku.“Anakku baru meninggal, bisa-bisanya kamu begitu senang?! Apa kamu sengaja membunuhnya agar bisa kabur dengan pria lain?!”Aku mengabaikan ocehannya, lalu menaruh sebuah kar

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 2

    “Aku belum pernah melihat orang yang berharap anak kandung dan kakaknya sendiri mati!”Ekspresi malu terlintas sejenak di wajah ibu mertua dan adik ipar.Aku pun berkata pada petugas rumah duka, “Kalau identitasnya sudah dipastikan, langsung dikremasi saja hari ini.”Begitu jasad dikremasi, ibu mertuaku tampak sedikit lega.Tanpa jasad, sekalipun polisi datang untuk menyelidiki lagi, tak akan ada bukti.Namun, aku tidak akan menyerah begitu saja.Petugas menyerahkan kotak abu padaku. Begitu keluar dari rumah duka, aku langsung menaburnya di depan mereka berdua.“Kamu … kamu!”Ibu mertua menunjukku dengan penuh amarah hingga tak bisa berkata apa-apa.Adik iparku segera menenangkan ibunya dan memarahiku, “Rora, berani-beraninya kamu memperlakukan kakakku seperti ini! Aku nggak akan memaafkanmu!”“Dia bahkan sudah mati, nggak ada yang peduli lagi kotak ini berisi abu atau tanah. Jadi kubuang saja!”Usai bicara, aku meninggalkan mereka dan langsung pergi ke kantor polisi.Aku membawa surat

  • Kematian Palsu Suamiku   Bab 1

    “Maaf, suamimu, Felix mengalami kecelakaan sore ini dan sudah tiada.”Petugas di rumah duka membungkuk hormat dan berkata, “Turut berduka cita!”Menerima kabar kematian suamiku, aku sama sekali tidak merasa sedih, malah hatiku menjadi sangat tenang.“Kalau benar sudah mati, aku mau melihat jasadnya. Biarkan aku melihatnya sekali lagi!”“Bu Rora, aku mengerti perasaanmu, tapi jasadnya sudah hancur lebur dan nggak bisa dikenali lagi. Sebaiknya kamu nggak melihatnya.”Belum sempat aku menjawab, ibu mertua dan adik iparku sudah tiba di lokasi.“Bu, ini semua gara-gara dia! Dia yang minta kue itu sampai kakak harus menerobos hujan untuk membelikannya dan akhirnya ditabrak truk!”“Rora, dasar pembawa sial! Kembalikan anakku!”Mertuaku menangis dan langsung menamparku, tapi aku menahan tangannya dan mendorongnya keras-keras.Dia terhuyung beberapa langkah ke belakang, lalu melontarkan kata-kata kasar padaku, “Dasar wanita jalang! Anakku mati karenamu dan kamu masih berani memukulku?! Betapa m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status