Bryan masih menatap ke dalam ruangan di mana sang istri masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Operasinya berjalan lancar, kata dokter. Dan ia hanya perlu menunggu sampai kondisi Shienna lebih stabil untuk bisa menemuinya. Akan tetapi, Bryan tak sabar. Ia ingin bertemu sekarang dan berbincang dengan wanita yang begitu ia cintai. Ia tak sanggup melihat Shienna tak sadar dengan beberapa peralatan penunjang yang masih terpasang di tubuhnya. Nanti ketika Shienna sadar, apakah ia akan menanyakan tentang bayinya? Apa yang harus Bryan katakan jika itu terjadi? “Bryan, apakah ia baik-baik saja?” tanya Jennifer yang datang tergopoh-gopoh setelah mendengar kabar dari Edward. Ia membekap mulut kala melihat kondisi sahabatnya. “Oh, Shie ... apa yang terjadi padamu?” Bryan tidak memberikan respon atas pertanyaan Jennifer dan Jennifer menyadari pria di sebelahnya kini sedang memandangi sang istri dengan tatapan terluka. “Pulanglah, Bryan. Aku akan menjaganya. Ed bilang kau belum pulang atau ter
Jam di dinding menunjukkan pukul sebelas malam dan ruangan di luar sudah begitu sepi. Jennifer mungkin telah pulang, batin Shienna. Kini hanya ada dirinya sendiri dengan batin yang remuk dan begitu nyeri. Ia bangkit dan dengan gerakan hati-hati, membereskan pakaian dan memasukkan ke dalam koper. Ia tak mungkin tinggal lebih lama di tempat itu karena Bryan pasti akan datang. Shienna memutuskan untuk pergi meski ia tak tahu harus ke mana. Tujuan paling mungkin baginya adalah ke rumah orang tuanya. Hanya di sana ia bisa pergi tanpa diketahui siapa pun. Shienna masuk ke dalam mobil dan mengaktifkan auto pilot sembari memantau tujuan kepergiannya. Ia bersandar pada jok dan memejamkan mata, berusaha melupakan pertemuannya kembali dengan Bryan yang membuat batinnya semakin tersiksa. Ia sadari mulai jatuh cinta pada Bryan, tetapi apa yang telah pria itu lakukan membuatnya didera sakit luar biasa yang tak tahu berapa lama akan sembuh. Bryan pastilah telah merencanakan segalanya. Kalau pun
Bryan terduduk di kursi kerjanya setelah mencari Shienna beberapa hari dan tetap tak menemukannya.Jennifer yang mengira kalau Shienna telah berada di tempat yang aman dan tak akan pernah melarikan diri, menyesali perkataannya dan tak menyangka kalau sahabatnya akan pergi begitu saja bahkan tanpa memberi keterangan apa pun padanya. Ia turut serta membantu Bryan untuk menemukan Shienna, tetapi usaha mereka tak membuahkan hasil. Mereka selalu kembali dengan tangan kosong. “Ke mana kau akan pergi setelah ini?” tanya Bryan pada Jennifer yang membereskan barang-barangnya yang sempat ia tinggalkan di kantor Bryan untuk ikut bersama pria itu mencari Shienna. “Entahlah. Mungkin aku akan kembali ke rumahku dan melupakan semuanya. Apa yang terjadi beberapa waktu terakhir sangat gila dan aku sudah kehabisan akal untuk menemukan di mana Shienna berada,” jawab Jennifer yang kemudian bangkit. “Aku pergi. Kau sebaiknya beristirahat dan melupakannya untuk sementara. Kita sudah mencari anak bandel i
“Apakah kau menemukannya?” tanya Zanara dengan tatapan dingin yang tertuju ke arah Bryan sejak tadi.Bryan mulai memeriksa apartemen Zanara sejak mereka tiba dan Zanara tidak mencegah saudara iparnya itu terus memeriksa dengan tatapan skeptis, karena ia tak bisa memberikan bantuan apa pun. Ia bisa jadi tahu di mana keberadaan Shienna, tetapi untuk mengatakan pada pria ini, tak akan semudah itu. Shienna pasti punya alasan yang masuk akal kenapa ia sampai menghindar dan meninggalkan pria seperti Bryan. Bryan terduduk, lelah mencari dan tidak menemukan tanda-tanda keberadaan sang istri di kediaman saudara kembarnya. Ia nyaris putus asa, tetapi ingatannya seketika kembali ke malam saat mereka menghabiskan waktu bersama. Sangat indah dan ia tak ingin mengubur momen itu meski Shienna mungkin menginginkan itu terjadi. Bryan tak akan pernah merelakan Shienna begitu saja. Ia akan membawanya kembali bagaimana pun caranya. “Duduklah. Aku akan membuatkanmu secangkir teh.” “Tidak perlu. Terima
Membaca surat yang Shienna tinggalkan untuknya, membuat dada Bryan semakin sesak. Ia pria yang kuat dan tegar dan akan selalu menjadi seperti itu karena sang ibu masih membutuhkannya. Namun, sakit yang ia rasakan kali ini jauh lebih berat.Ke mana ia haru smengadu dan berbagi nyerinya kali ini? Ia merasa tak sanggup menjalani hari dan merasa putus asa mencari Shienna dan mengharapkan cintanya. Mungkin Edward benar, sudah saatnya ia menyerah dan melupakan segala impiannya tentang Shienna yang kenyataannya tak pernah terwujud sesuai harapan. Bryan masih mendekap kertas itu di dadanya, tertidur dalam isak dan kepedihan yang bersemayam dalam batinnya. Ia remuk ... Ia hancur kali ini ... Akan tetapi, sekali lagi ia harus berhasil bangkit dan hidup bersama pahit yang terus menerus menghiasi kehidupannya. Tak akan pernah ada kehidupan cinta yang manis. Seharusnya ia tahu itu sejak pertama mengetahui perselingkuhan sang ayah dengan Amara, wanita yang ia yakini akan menjadi cinta dalam h
“Hey, Jo!” sapa Shienna yang kemudian dengan segera, pria yang ia panggil Jo meraihnya masuk ke dalam dekapan. Mereka berpelukan cukup lama hingga menyadari kalau Jennifer tengah memerhatikan mereka berdua. “Ahem! Aku tahu kalau kalian saling merindukan. Uhm, maksudku mungkin Jo yang lebih merindukanmu, Shie. Ia terus menanyakan kabarmu sejak kau menghilang.” Shienna hanya tersenyum mendengar ucapan Jennifer dan memandang Jonathan yang pipinya memerah seperti buah plum. “Wajar saja kalau aku mencemaskanmu. Kau biasanya selalu meramaikan rumah kami. Sejak ayah dan ibu kami pindah, rumah ini terasa sepi,” jawab Jonathan. “Ya, sepi karena kau lebih suka kehidupan private di apartemenmu bersama wanita-wanita cantik yang menghangatkan ranjangmu setiap malam, kan? Hmmph!” Jennifer meronta karena Jonathan kini tengah membekap mulutnya yang tak henti bicara.Sementara itu, Shienna hanya memerhatikan kekompakan dua saudara kembar itu dengan senyum terkembang. Ia merindukan suasana seperti
“Shie? Apa yang kau lakukan di tempat ini?” tanya pria itu dengan gesture tampak canggung dan seperti seseorang yang terpergok telah melakukan kejahatan. Ia tampak celingukan seolah memastikan dengan siapa Shienna datang kali ini. “Ah, sial! Apakah kau bekerja di tempat ini, Jo?” Shienna balik bertanya dengan canggung. “Uhm, ya ... itu ... Apakah kau pegawai baru yang akan melamar sebagai pengajar?” “Ya. Kurasa begitu. Namun, aku tidak memiliki detail informasinya dan aku takut kalau aku salah telah datang kemari.” “Oh, tentu saja tidak. Kami memang mencari pengajar untuk mengisi kelas Cello dan piano. Tapi kau pasti tahu kalau orang yang menguasai alat musik cello memang cukup langka.” “Kami?” “Ya, maksudku tempat ini. Mari, aku akan memperkenalkanmu dengan pemilik D’Maestro.” Jonathan memandu Shienna untuk ikut dengannya dan bertemu dengan seorang pria yang tampak bingung ketika Jonathan mengenalkan Shienna padanya. “Ini Damien, pemilik D’Maestro dan ia akan menjelaskan semua i
Sudah beberapa bulan berlalu tanpa hasil dan hal itu membuat Bryan enggan untuk beranjak dari kasur hari ini. Seluruh dunia seolah hanya menyisakan puing-puing tak berarti baginya semenjak kepergian Shienna. Tak ada satu pun hal yang membuatnya bergairah seperti dulu. Saat Shienna memutuskannya, ia masih bisa bangkit dan berusaha menjadi pria sesungguhnya, karena ia berharap akan bisa bertemu dengan Shienna kembali, tetapi ketika untuk kedua kalinya Shienna pergi meninggalkannya, Bryan tak lagi memiliki keyakinan itu. Ia yang sejak tadi hanya menatap langit-langit kamar, akhirnya menyalakan televisi dan menemukan berita yang membuat ingatannya kembali berputar pada Shienna yang selama ini menjadi poros kehidupannya. ‘Kabar terbaru dari Shienna yang telah kembali memakai nama belakang sang ayah setelah berpisah dari sanga billionaire, Bryan Sanders. Ia juga memutuskan untuk tidak kembali ke dunia hiburan yang telah membesarkan namanya.Hanya saja, tak ada yang mengetahui keberadaanny
“Apa yang terjadi padamu, Shie? Ayo kita kembali ke kamar, berpeganganlah.” Bryan menggendong sang istri yang tak lagi memiliki daya untuk melawan, bahkan untuk menghindar ketika sekali lagi aroma tubuh Bryan mengusiknya.Ia pasrah saja ketika Bryan membaringkannya di ranjang dan segera meraih ponsel untuk menghubungi Ryan Karl.“Ya, Bryan. Kawanku itu sudah dalam perjalanan. Ia mengabari beberapa menit lalu. Tunggulah.”Belum selesai pembicaraan keduanya, salah satu pelayan mengetuk pintu dan mengabarkan bahwa ada seorang dokter yang sudah menunggu di luar. Bryan meminta pelayan untuk mempersilakan dokter masuk dan segera melakukan pemeriksaan.“Apakah kau mengalami mual dan muntah hampir setiap hari?” tanya dokter sembari menempelkan stetoskop di dada Shienna dan memeriksa denyut nadinya.“Ya. Bahkan seperti setiap saat. Aku tidak menyukai aroma yang kusukai sebelumnya dan kurasa hasrat seksualku menurun sejak itu. Entahlah,” jawab Shienna sembari melemparkan tatapan pada sang suami
Bryan masih memikirkan nasib Amara setelah orang suruhan Edward mengepung dan menabrak mobil yang ia kemudian hingga terbakar. Namun, belum ada kabar lanjutan terkait peristiwa tersebut sehingga Edward mengambil kesimpulan kalau Amara pasti sudah tewas di tempat.Sementara itu, Shienna belum mengetahui apa pun mengenai hal itu. Bryan tak ingin sang istri menjadi gelisah dan berpikiran yang tidak-tidak terhadap Edward.“Mengapa kau tampak gelisah sejak tadi?” tanya Shienna sembari memeluk Bryan dari belakang. “Apakah Ed mengabarkan sesuatu yang buruk?”“Ya. Namun, aku tidak sedang memikirkan hal itu. Aku hanya membayangkan bagaimana jika kita memiliki bayi lagi?” tanya Bryan yang terus memandangi Shienna dengan tatapan penuh cinta.Shienna tak lagi takut untuk memiliki bayi, tetapi sanggupkah ia jika hanya anak mereka yang akhirnya menemaninya melewati masa tua?Bukankah itu ide bagus, memiliki sesuatu yang berasal dari Bryan agar ia bisa terus mengenang lelaki tercintanya jika ia perg
Dua bulan kemudian ... Shienna dan Bryan sudah pulih pasca menjalani operasi. Bryan tampak jauh lebih baik dan Ryan telah menyatakan kalau ia dalam kondisi yang prima. Banyak wejangan yang Ryan berikan untuknya, agar lebih menghargai apa yang ia miliki, termasuk kesehatan. Akan tetapi, ada hal yang tidak ia katakan pada Bryan melainkan hanya pada Shienna. “Mengenai kondisi ginjal dan organ lain, bisa kukatakan tak ada masalah. Namun, hasil tes menunjukkan kalau lupus yang ia derita masih aktif dan aku menyarankan agar ia tetap menjalani tritmen dengan obat-obatan.” “Apakah itu tidak akan mempengaruhi keadaan ginjalnya? Secara logika, ginjalnya tak lagi sama dengan miliknya yang sebenarnya, terlebih setelah menjalani operasi. Artinya, kondisinya akan memburuk sewaktu-waktu, kan?” Raut wajah Shienna mulai menegang. Terlebih setelah melihat respon dari Ryan, tubuhnya serasa tak bertulang. “Maksudmu, dia tetap akan pergi?” Keterdiaman Ryan membuat Shienna mengambil kesimpulan sendiri
Bryan akhirnya setuju dan segera menghubungi Edward dan pria itu datang bersama Jennifer. Di antara mereka tak ada satu pun yang bicara selama menunggu operasi Bryan dan Shienna berjalan lancar. Perawat keluar dari ruang operasi beberapa kali, saat itulah Edward menanyakan kabar Shienna dan Bryan.Beberapa jam berlalu, lampu di bagian atas pintu operasi menyala dengan warna hijau yang artinya operasi telah selesai. Edward bangkit dan segera menemui dokter yang baru saja keluar dari ruangan. Ryan dan beberapa dokter spesialis yang membantu jalannya operasi, tampak tergesa kemudian hanya Ryan yang akhirnya berhenti sejenak untuk menjawab kegelisahan sahabatnya.“Bagaimana kondisinya, Ryan?” tanya Edward dengan raut cemas yang tak bisa ia sembunyikan. Ini kali kedua Bryan melakukan operasi dan hal itu selalu sukses membuatnya begitu cemas.“Operasi berjalan lancar, kita tinggal menunggu Bryan dan Shienna siuman.”“Tolong tempatkan mereka di satu ruangan, itu akan mempercepat pemulihan k
Shienna berada di atas brankar yang bergerak cepat dalam kondisi setengah sadar. Ia sempat pingsan untuk beberapa waktu setelah dokter datang dan menemukannya bersimbah darah dengan sebilah pisau lipat menancap di pinggang sebelah kanan.Ia bisa melihat lampu terang menyorot dan membuat matanya merasakan silau. Ia memejamkan mata sejenak, tak kuasa menahan perih dan nyeri di pinggang serta mata yang terasa berat.“Shienna, buka matamu. Tetaplah sadar. Shienna!” Suara itu terus ia dengar memanggil namanya. Ia tak tahu di mana dirinya berada, tetapi sekilas, ia tahu kalau Ryan-lah yang ada di dekatnya.“Bryan ...” gumam Shienna dengan suara lirih. “Di mana suamiku?”“Aku akan segera mengabarinya.”Ryan hendak pergi, tetapi Shienna segera meraih lengan jasnya. “Tolong, jangan katakan apa pun padanya. Lakukan operasi pencangkokan sekarang tanpa memberi tahukan kondisiku padanya. Bisa, kan?”“Uhm, Shie—““Kumohon, kumohon ... aku akan bertahan. Aku janji. Tapi Bryan tak akan mendapat kesem
Bryan sudah meminta orang kepercayaannya untuk memeriksa loker sesuai yang Shienna informasikan dan menemukan banyak hal di sana. Namun, ia setuju untuk membiarkan semua file dan benda-benda milik Jun tetap aman dengan penjagaan tersembunyi. Ia harus memastikan terlebih dahulu kalau Jun akan membebaskan Edward dari tuntutannya.Jun pada akhirnya menarik tuntutan atas Edward dengan mengatakan bahwa ia telah salah menuduh Edward sementara yang terjadi padanya adalah murni sebuah kecelakaan. Ia juga membayar seorang petinggi polisi yang menangani kasus tersebut agar membebaskan Edward dari jerat hukum.Edward hari ini diputuskan untuk bebas bersyarat. Jennifer menjemput Edward, tetapi ia dan Bryan enggan pergi karena ada masalah lain yang harus mereka selesaikan. Meski Jun telah menarik tuntutannya, tetapi kasus yang akan mereka laporkan rupanya berhubungan dengan Jun.“Aku menemukan benda ini di penthouse Shienna dan di kamar ibuku. Aku tidak bisa memastikan ini milik siapa karena terl
Semua mata terbelalak dan tertuju pada wanita yang berdiri di hadapan Bryan. Tak ada luka yang terlihat, tetapi kemudian ia memegangi salah satu bagian tubuh yang mengucurkan darah segar.Nyaris limbung dan tersungkur, Bryan gegas meronta membebaskan diri dari pria yang memeganginya, lantas menghambur demi menopang tubuh sang istri.“Shienna!” Ia memanggil nama itu dengan perasaan cemas, memeriksa di mana bagian tubuh Shienna yang terkena tembakan, tetapi menemukan hanya lengan yang terluka. Ia melepaskan jaket dan membungkus luka tersebut. “Pegang ini kuat-kuat, oke?”Ia melepaskan Shienna yang bisa duduk dengan baik karena tak ada luka serius yang membuat Bryan bisa mengurus hal lain yang sudah seharusnya ia lakukan sejak tadi.Ia menghambur ke arah Jun, mencengkeram batang tenggorok lelaki itu dan membuatnya nyaris kehabisan napas.“Seharusnya aku menghabisimu sejak dulu, bajingan! Aku membiarkanmu hidup karena pelacurmu yang pandai berdusta itu. Ia tampaknya begitu memanjakanmu, s
Shienna tiba di rumah lamanya, karena ia meninggalkan Bryan pagi-pagi sekali dan saat ia masuk ke rumah, ia tak menemukan siapa pun selain beberapa wanita yang tengah melakukan pekerjaan di dapur basah yang ada di bangunan belakang.Ia memeriksa ruangan lain, tetapi nihil. Tak ada tanda-tanda keberadaan Bryan di mana pun.“Apa Anda mencari Tuan Sanders, Nyonya?” tanya salah satu pelayan yang memerhatikan Shienna mondar-mandir dengan wajah bingung sejak tiba di rumah.“Ya. Apakah kau tahu dia di mana? Apakah ia meninggalkan pesan untukku?”“Tuan Sanders hanya mengatakan kalau ia sedang ada keperluan dan meminta Anda untuk makan siang lebih dulu. Ia akan segera kembali jika semua urusan telah selesai.”Mendengar perkataan pelayan, Shienna justru semakin cemas. Masalah apa yang tengah Bryan hadapi sehingga ia sama sekali tidak mengabari. Bryan juga tidak menghubungi Shienna, padahal ia pasti panik saat tak menemukan Shienna di mana pun, tetapi mengapa ia tidak membombardirnya dengan pang
Mobil Bryan berhenti di halaman sebuah bangunan yang seharusnya tidak asing bagi Shienna. Namun, Bryan sengaja menutup mata Shienna sejak awal, karena tak ingin sang istri mengetahui ke mana tujuan mereka.Bryan membantu Shienna turun dan berjalan hingga tiba di sebuah pelataran yang sebelumnya hanyalah lahan kosong dan kini beberapa pegawai konstruksi tengah melakukan pembangunan gedung megah yang Bryan yakin akan membuat Shienna gembira jika mengetahuinya.Ia membuka penutup mata Shienna dan menunjukkan bangunan yang sudah mencapai 70% pembangunan dan tak lama lagi akan selesai. Bryan sudah meminta pekerja konstruksi untuk menyelesaikan dengan segera, karena ia tak bisa menjamin dirinya akan bertahan lebih lama.Shienna bungkam kala melihat apa yang ada di hadapannya. Bangunan lain yang pernah ia rencanakan akan ia bangun, meski tak yakin untuk tujuan apa, kini sudah hampir sepenuhnya berdiri.Ia menoleh pada Bryan yang masih menyunggingkan senyum, puas melihat mata sang istri berka