“I-ini ....” Shienna tak mampu mengungkapkan segala yang ada di dalam kepalanya saat ini. Terlalu berantakan hingga ia ingin sekali membedah dan membersihkan otaknya. Apa yang baru saja Bryan lakukan terhadapnya, berhasil membuat Shienna tak berkutik.Sementara itu, Bryan yang dengan tenang melepaskan tautan bibir mereka, hendak bicara, tetapi terlalu banyak hal yang sulit untuk ia ungkapkan.“Sejak kapan kau berpikir untuk melakukan ini, huh?” todong Shienna yang tak bisa dijawab Bryan dengan mudah. Ia membutuhkan rangkaian kata yang cukup panjang untuk menjelaskan. Namun, setelah menilik jam tangan, ia bangkit dan meraih mantelnya dan bersiap pergi. “Kau mau ke mana?”Bryan menoleh dan menemukan Shienna yang telah berdiri di belakangnya. Ia meraih wajah Shienna dengan satu tangan dan membelainya sebentar.“Aku tidak bisa menjelaskan apa pun sekarang. Aku ingin lebih lama di sini, tetapi aku harus pergi. Jangan tunggu matahari terbit,” ia lantas bergumam setelah mengucapkan kalimat y
Shienna tak bisa berdiam di rumah. Ia bosan dan tak tahu bagaimana menjalani hari seperti di penjara. Ia lantas berulang kali bolak-balik ke taman lalu kembali ke rumah, membuat Jennifer mengerutkan kening. “Apakah kau tidak lelah? Tidak bisakah kau diam di tempat dan sekadar beristirahat? Kasihan sekali bayimu kau ajak ke sana kemari, Shie,” komentar Jennifer sembari mengurut kening. “Aku jenuh, J. Tidak bisakah kita keluar sebentar saja? Kumohon, lakukan sesuatu agar aku bisa keluar dari tempat ini.” Shienna menangkupkan tangan di depan dada, memohon pada sang sahabat agar mengeluarkan ide briliannya. Shienna sangat tahu kalau Jennifer adalah gadis yang jenius. Idenya selalu berhasil menyelesaikan masalah yang ia hadapi selama mereka bersahabat. “Kau menginginkan aku melakukan apa, Shie?” Shienna mengedikkan bahu. “Apa saja. Mungkin kau bisa mengalihkan perhatian semua pengawal agar aku bisa kabur,” ujar Shienna sembari memasang tatapan anak anjing yang membuat Jennifer mendesah
Malam semakin larut, tetapi Shienna masih juga tak mampu terpejam. Ia merasa kesal karena Bryan tidak datang dan sama sekali tidak memberi kabar. Ia telah mengingkari janjinya.Hal lain yang membuat Shienna sulit terpejam adalah pertemuannya dengan Zanara, saudara kembarnya. Apa yang dikatakan oleh Zanara membuatnya terus berpikir tanpa henti. Benarkah kedua orang tua mereka memperlakukan mereka dengan sangat berbeda? Selama ini Shienna tidak pernah melihat sendiri bagaimana perlakuan sang ibu terhadap Zanara, karena yang ia tahu, sang ibu adalah orang yang sangat berambisi untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang sukses. Tak terkecuali Zanara. Maka rasanya tak masuk akal kalau ibunya lantas berbuat curang dengan selalu menjadikan Zanara sebagai prioritas terakhir. “Hey ... mengapa kau belum tidur?” tanya Jennifer saat keluar dari kamar untuk mengambil minum dan menemukan Shienna masih duduk di sofa dengan TV menyala. Namun, tak sedetik pun ia menoleh pada televisi itu mel
Bryan pergi begitu saja setelah memberi pesan dan ultimatum pada Jennifer agar keduanya tidak melakukan hal-hal tanpa seizinnya karena mungkin saja akan membahayakan nyawa Shienna.Ia tak sanggup membayangkan jika apa yang ia takutkan kembali terjadi. Demi mencegah itu semua, ia telah menghubungi beberapa teknisi kepercayaannya untuk datang ke kediaman Shienna dan memasang sistem pengawas seperti CCTV dan perangkat keamanan lain yang terbaik.“Kalian harus menjaga Shienna dan Jennifer dengan baik. Aku tidak ingin hal-hal seperti kemarin terjadi lagi. Semua karena kelengahan kalian!” tegas Bryan yang disambut jawaban patuh oleh beberapa pengawal yang ia tugaskan berjaga di mansion itu. “Aku akan mengirimkan beberapa orang untuk mengawasi di ruang pengawas. Teknisi akan datang untuk memasang CCTV dan salah satu kalian harus berjaga dan memastikan para teknisi melakukan pekerjaannya dengan baik.”“Baik, Tuan Sanders! Kami tidak akan melakukan kesalahan lagi.”Bryan mengangguk, masih deng
Malam telah beranjak dan sudah seharusnya Bryan bersiap, tetapi ia masih tenggelam dalam angan yang membuatnya terkaget saat sadar bahwa hampir satu jam ia hanya merenung di ruangannya. Edward sudah berdiri dan menanyakan kesiapannya hingga sepuluh menit berselang, dan ia masih tak memberi respon. “Apakah Anda ingin makan malam ini dibatalkan, Tuan Sanders? Aku akan kabarkan Nyonya Shienna—“ “Tidak, Ed. Kita berangkat sekarang.” Bryan bangkit dan meraih jas, kemudian berjalan bersama Edward mengikuti di belakang. Ia hampir tiba di mobil yang telah menanti di lobi, tetapi seseorang telah berdiri menghadang langkahnya. “Apakah kau akan menemui wanita itu?” tanya wanita yang kini berjarak hanya beberapa langkah di hadapan Bryan. Ia tak menjawab pertanyaan yang baginya tak penting. Menurutnya, sudah cukup apa yang ia jelaskan kemarin dan ia tak lagi perlu memberikan pemahaman apa pun. “Bryan! Jangan mengabaikanku!” Bryan terus mengayun langkah lebar dan masuk ke mobil tanpa peduli ter
“Apa? Sungguh aku tak mengerti apa yang kau bicarakan, Bray.” Shienna menggeleng. Tatapannya tajam tertuju pada Bryan. “Ayahku tidak mungkin melakukan hal itu. Ia sangat mencintai ibu. Meski—meski ibuku tidak seperti ibumu yang penyayang, tapi—“ Shienna tak mampu melanjutkan kalimat.Raut wajahnya tampak pias dan gerakan bola matanya terlihat tak beraturan. Bryan dengan cepat meraih jemari Shienna dan menyadari kegelisahan sang istri. Ia mengatakan semuanya bukan untuk mengacaukan acara malam ini. Apa yang baru saja meluncur dari mulutnya, barulah prolog dan belum mencapai bagian pertama. “Jangan sentuh aku. Apakah kau menikahiku dengan tujuan ini? Karena kau ingin menghancurkan hatiku dengan menyebarkan berita bohong padaku mengenai ayah?” “Shie, itu tidak benar. Aku bahkan belum menjelaskan semua.” “Aku tidak ingin mendengar lainnya.” Shienna bangkit, disusul Bryan yang tak ingin Shienna meninggalkan tempat itu. Bukan seperti ini malam yang ingin ia habiskan bersama Shienna.“Apa
Shienna membuka mata kala langit masih tampak gelap. Tatapannya menerawang jauh, memandangi langit-langit kamar di mana dirinya berbaring saat ini.Di sampingnya, Bryan masih terlelap setelah malam panas antara mereka yang untuk beberapa saat sempat membuat Shienna begitu bahagia. Namun, memudar setelah ia kembali teringat apa saja yang Bryan katakan. Perkataan Bryan masih terngiang di dalam ingatannya dan ia tak mampu mengusir kalimat yang terus menggema di telinganya. Semuanya. Tentang drama bisnis antara ayahnya, ayah Bryan, Bryan, dan Jun. Lalu kehadiran Amara yang berputar di sekitar ketiganya seolah menjadi lingkaran setan yang sulit untuk diputus. Ditambah lagi ungkapan perasaan Bryan terhadapnya, yang justru terkesan sebuah kepura-puraan demi sebuah tujuan. Shienna tak begitu mudah percaya, meski telah melewati malam indah, tak ada satu pun manusia di dunia yang akan menolak seks luar biasa meski itu dengan musuh sekalipun. Ia tahu, seks adalah godaan terbesar. Karena itula
Bryan terbangun dalam keadaan yang begitu bahagia. Hatinya berbunga karena ia telah mengungkapkan perasaan pada wanita tercintanya. Perasaan yang selama ini ia pendam dan menjadikannya tak tenang menjalani hari-hari karena yang ia bayangkan adalah perpisahan dengan Shienna saat bayi mereka lahir. Akan tetapi, seketika, perasaan bahagia itu seolah hancur berkeping-keping sesaat setelah ia membaca pesan yang Shienna tulis di secarik kertas dan ditinggalkannya di atas nakas. Sebuah salam perpisahan yang sama sekali tidak menyatakan alasan yang membuat Shienna memilih jalan itu. Bryan patah hati, merasa terkhianati sekali lagi meski kali ini, bukan karena perkara yang sama seperti sebelumnya. Kali ini jauh lebih menyakitkan. Tubuh Bryan melorot ke lantai, tertegun untuk beberapa lama sebelum akhirnya memaksa diri bangkit, memakai pakaian sekenanya dan bergegas mencari keberadaan sang istri. Shienna mungkin belum terlalu jauh dan ia harus memastikan itu. Bryan mengemudikan mobil dengan
“Apa yang terjadi padamu, Shie? Ayo kita kembali ke kamar, berpeganganlah.” Bryan menggendong sang istri yang tak lagi memiliki daya untuk melawan, bahkan untuk menghindar ketika sekali lagi aroma tubuh Bryan mengusiknya.Ia pasrah saja ketika Bryan membaringkannya di ranjang dan segera meraih ponsel untuk menghubungi Ryan Karl.“Ya, Bryan. Kawanku itu sudah dalam perjalanan. Ia mengabari beberapa menit lalu. Tunggulah.”Belum selesai pembicaraan keduanya, salah satu pelayan mengetuk pintu dan mengabarkan bahwa ada seorang dokter yang sudah menunggu di luar. Bryan meminta pelayan untuk mempersilakan dokter masuk dan segera melakukan pemeriksaan.“Apakah kau mengalami mual dan muntah hampir setiap hari?” tanya dokter sembari menempelkan stetoskop di dada Shienna dan memeriksa denyut nadinya.“Ya. Bahkan seperti setiap saat. Aku tidak menyukai aroma yang kusukai sebelumnya dan kurasa hasrat seksualku menurun sejak itu. Entahlah,” jawab Shienna sembari melemparkan tatapan pada sang suami
Bryan masih memikirkan nasib Amara setelah orang suruhan Edward mengepung dan menabrak mobil yang ia kemudian hingga terbakar. Namun, belum ada kabar lanjutan terkait peristiwa tersebut sehingga Edward mengambil kesimpulan kalau Amara pasti sudah tewas di tempat.Sementara itu, Shienna belum mengetahui apa pun mengenai hal itu. Bryan tak ingin sang istri menjadi gelisah dan berpikiran yang tidak-tidak terhadap Edward.“Mengapa kau tampak gelisah sejak tadi?” tanya Shienna sembari memeluk Bryan dari belakang. “Apakah Ed mengabarkan sesuatu yang buruk?”“Ya. Namun, aku tidak sedang memikirkan hal itu. Aku hanya membayangkan bagaimana jika kita memiliki bayi lagi?” tanya Bryan yang terus memandangi Shienna dengan tatapan penuh cinta.Shienna tak lagi takut untuk memiliki bayi, tetapi sanggupkah ia jika hanya anak mereka yang akhirnya menemaninya melewati masa tua?Bukankah itu ide bagus, memiliki sesuatu yang berasal dari Bryan agar ia bisa terus mengenang lelaki tercintanya jika ia perg
Dua bulan kemudian ... Shienna dan Bryan sudah pulih pasca menjalani operasi. Bryan tampak jauh lebih baik dan Ryan telah menyatakan kalau ia dalam kondisi yang prima. Banyak wejangan yang Ryan berikan untuknya, agar lebih menghargai apa yang ia miliki, termasuk kesehatan. Akan tetapi, ada hal yang tidak ia katakan pada Bryan melainkan hanya pada Shienna. “Mengenai kondisi ginjal dan organ lain, bisa kukatakan tak ada masalah. Namun, hasil tes menunjukkan kalau lupus yang ia derita masih aktif dan aku menyarankan agar ia tetap menjalani tritmen dengan obat-obatan.” “Apakah itu tidak akan mempengaruhi keadaan ginjalnya? Secara logika, ginjalnya tak lagi sama dengan miliknya yang sebenarnya, terlebih setelah menjalani operasi. Artinya, kondisinya akan memburuk sewaktu-waktu, kan?” Raut wajah Shienna mulai menegang. Terlebih setelah melihat respon dari Ryan, tubuhnya serasa tak bertulang. “Maksudmu, dia tetap akan pergi?” Keterdiaman Ryan membuat Shienna mengambil kesimpulan sendiri
Bryan akhirnya setuju dan segera menghubungi Edward dan pria itu datang bersama Jennifer. Di antara mereka tak ada satu pun yang bicara selama menunggu operasi Bryan dan Shienna berjalan lancar. Perawat keluar dari ruang operasi beberapa kali, saat itulah Edward menanyakan kabar Shienna dan Bryan.Beberapa jam berlalu, lampu di bagian atas pintu operasi menyala dengan warna hijau yang artinya operasi telah selesai. Edward bangkit dan segera menemui dokter yang baru saja keluar dari ruangan. Ryan dan beberapa dokter spesialis yang membantu jalannya operasi, tampak tergesa kemudian hanya Ryan yang akhirnya berhenti sejenak untuk menjawab kegelisahan sahabatnya.“Bagaimana kondisinya, Ryan?” tanya Edward dengan raut cemas yang tak bisa ia sembunyikan. Ini kali kedua Bryan melakukan operasi dan hal itu selalu sukses membuatnya begitu cemas.“Operasi berjalan lancar, kita tinggal menunggu Bryan dan Shienna siuman.”“Tolong tempatkan mereka di satu ruangan, itu akan mempercepat pemulihan k
Shienna berada di atas brankar yang bergerak cepat dalam kondisi setengah sadar. Ia sempat pingsan untuk beberapa waktu setelah dokter datang dan menemukannya bersimbah darah dengan sebilah pisau lipat menancap di pinggang sebelah kanan.Ia bisa melihat lampu terang menyorot dan membuat matanya merasakan silau. Ia memejamkan mata sejenak, tak kuasa menahan perih dan nyeri di pinggang serta mata yang terasa berat.“Shienna, buka matamu. Tetaplah sadar. Shienna!” Suara itu terus ia dengar memanggil namanya. Ia tak tahu di mana dirinya berada, tetapi sekilas, ia tahu kalau Ryan-lah yang ada di dekatnya.“Bryan ...” gumam Shienna dengan suara lirih. “Di mana suamiku?”“Aku akan segera mengabarinya.”Ryan hendak pergi, tetapi Shienna segera meraih lengan jasnya. “Tolong, jangan katakan apa pun padanya. Lakukan operasi pencangkokan sekarang tanpa memberi tahukan kondisiku padanya. Bisa, kan?”“Uhm, Shie—““Kumohon, kumohon ... aku akan bertahan. Aku janji. Tapi Bryan tak akan mendapat kesem
Bryan sudah meminta orang kepercayaannya untuk memeriksa loker sesuai yang Shienna informasikan dan menemukan banyak hal di sana. Namun, ia setuju untuk membiarkan semua file dan benda-benda milik Jun tetap aman dengan penjagaan tersembunyi. Ia harus memastikan terlebih dahulu kalau Jun akan membebaskan Edward dari tuntutannya.Jun pada akhirnya menarik tuntutan atas Edward dengan mengatakan bahwa ia telah salah menuduh Edward sementara yang terjadi padanya adalah murni sebuah kecelakaan. Ia juga membayar seorang petinggi polisi yang menangani kasus tersebut agar membebaskan Edward dari jerat hukum.Edward hari ini diputuskan untuk bebas bersyarat. Jennifer menjemput Edward, tetapi ia dan Bryan enggan pergi karena ada masalah lain yang harus mereka selesaikan. Meski Jun telah menarik tuntutannya, tetapi kasus yang akan mereka laporkan rupanya berhubungan dengan Jun.“Aku menemukan benda ini di penthouse Shienna dan di kamar ibuku. Aku tidak bisa memastikan ini milik siapa karena terl
Semua mata terbelalak dan tertuju pada wanita yang berdiri di hadapan Bryan. Tak ada luka yang terlihat, tetapi kemudian ia memegangi salah satu bagian tubuh yang mengucurkan darah segar.Nyaris limbung dan tersungkur, Bryan gegas meronta membebaskan diri dari pria yang memeganginya, lantas menghambur demi menopang tubuh sang istri.“Shienna!” Ia memanggil nama itu dengan perasaan cemas, memeriksa di mana bagian tubuh Shienna yang terkena tembakan, tetapi menemukan hanya lengan yang terluka. Ia melepaskan jaket dan membungkus luka tersebut. “Pegang ini kuat-kuat, oke?”Ia melepaskan Shienna yang bisa duduk dengan baik karena tak ada luka serius yang membuat Bryan bisa mengurus hal lain yang sudah seharusnya ia lakukan sejak tadi.Ia menghambur ke arah Jun, mencengkeram batang tenggorok lelaki itu dan membuatnya nyaris kehabisan napas.“Seharusnya aku menghabisimu sejak dulu, bajingan! Aku membiarkanmu hidup karena pelacurmu yang pandai berdusta itu. Ia tampaknya begitu memanjakanmu, s
Shienna tiba di rumah lamanya, karena ia meninggalkan Bryan pagi-pagi sekali dan saat ia masuk ke rumah, ia tak menemukan siapa pun selain beberapa wanita yang tengah melakukan pekerjaan di dapur basah yang ada di bangunan belakang.Ia memeriksa ruangan lain, tetapi nihil. Tak ada tanda-tanda keberadaan Bryan di mana pun.“Apa Anda mencari Tuan Sanders, Nyonya?” tanya salah satu pelayan yang memerhatikan Shienna mondar-mandir dengan wajah bingung sejak tiba di rumah.“Ya. Apakah kau tahu dia di mana? Apakah ia meninggalkan pesan untukku?”“Tuan Sanders hanya mengatakan kalau ia sedang ada keperluan dan meminta Anda untuk makan siang lebih dulu. Ia akan segera kembali jika semua urusan telah selesai.”Mendengar perkataan pelayan, Shienna justru semakin cemas. Masalah apa yang tengah Bryan hadapi sehingga ia sama sekali tidak mengabari. Bryan juga tidak menghubungi Shienna, padahal ia pasti panik saat tak menemukan Shienna di mana pun, tetapi mengapa ia tidak membombardirnya dengan pang
Mobil Bryan berhenti di halaman sebuah bangunan yang seharusnya tidak asing bagi Shienna. Namun, Bryan sengaja menutup mata Shienna sejak awal, karena tak ingin sang istri mengetahui ke mana tujuan mereka.Bryan membantu Shienna turun dan berjalan hingga tiba di sebuah pelataran yang sebelumnya hanyalah lahan kosong dan kini beberapa pegawai konstruksi tengah melakukan pembangunan gedung megah yang Bryan yakin akan membuat Shienna gembira jika mengetahuinya.Ia membuka penutup mata Shienna dan menunjukkan bangunan yang sudah mencapai 70% pembangunan dan tak lama lagi akan selesai. Bryan sudah meminta pekerja konstruksi untuk menyelesaikan dengan segera, karena ia tak bisa menjamin dirinya akan bertahan lebih lama.Shienna bungkam kala melihat apa yang ada di hadapannya. Bangunan lain yang pernah ia rencanakan akan ia bangun, meski tak yakin untuk tujuan apa, kini sudah hampir sepenuhnya berdiri.Ia menoleh pada Bryan yang masih menyunggingkan senyum, puas melihat mata sang istri berka