Keluargamu bukan Keluargaku
Part 3
POV Kania
Brak!
Aku menutup pintu kamar dengan sangat keras. Tidak peduli bagaimana Mas Noval akan terkejut akibat kelakuanku barusan. Dadaku naik turun seperti habis berlari maraton. Mas Noval, aku tidak menyangka jika kamu begitu perhitungan dengan keluargaku. Padahal dulu ketika kamu sedang susah, Papa dan Mama lah yang berdiri di depan untuk menolong kita.
Ya, dulu pernah ketika baru-baru menikah. Perusahaan Mas Noval tempat dia bekerja dulu bekerja bangkrut. Dan otomasi dia harus dipecat tanpa uang pesangon. Saat itu aku menerimanya dengan lapang dada. Walaupun dia pengangguran, tapi Mama dan Papa sama sekali tidak mempermasalahkannya. Bahkan pekerjaan yang sekarang Mas Noval dapatkan karena bantuan Bang Ruli.
Kebetulan perusahaan yang bergerak di bidang otomotif itu milik sahabatnya Bang Ruli. Jadi Mas Noval bisa dengan mudah bisa masuk ke sana untuk bekerja. Aku tidak habis pikir, apa sekarang semua kebaikan keluargaku tidak diingat oleh dia. Apa dia amnesia atau memang sifatnya yang tidak tau berterimakasih.
Terdengar derum mobil dari luar, ah pasti sekarang Mas Noval sudah berangkat ke kantor. Aku beranjak dari bibir ranjang, kemudian berdiri di jendela yang langsung menghadap ke arah taman di depan rumah. Rasanya sangat membosankan duduk di dalam rumah tanpa kegiatan apapun.
Karana selama menikah, aku memang memilih mengikuti kata-kata Mas Noval. Untuk tidak bekerja dan duduk manis di rumah menunggu kepulangan suami. Tapi sekarang sepertinya aku harus kembali berkerja.
Papa pasti butuh banyak uang untuk proses pengobatannya. Tidak mungkin aku terus mengharapkan uang dari Mas Noval yang tidak seberapa. Jika dulu sebelum menikah aku bebas menggunakan uangku kemana saja. Tidak setelah aku menikah dengannya. Dia bahkan sangat mengatur kemana saja uang yang harus aku gunakan. Padahal uang itu adalah uangku sendiri.
Dulu aku biasa saja menghadapi tingkah aneh Mas Noval. Malah aku menganggap jika itu salah satu bentuk perhatiannya padaku. Maklum dulu masih pengantin baru. Tapi tidak sekarang, aku tidak mau dia atur lagi.
Aku menyibak kembali kain gorden. Melihat jauh ke sana, harapan baru akan dimulai. Aku harus bisa bangkit agar aku tidak selalu direndahkan seperti ini. Apa gunanya aku, jika membantu Papa untuk pengobatan saja tidak bisa.
Ddrrtt
Ponselku bergetar tanda ada pesan yang masuk. Segera aku mengambil ponsel yang semula aku isi saya. Melihat siapa yang mengirimkan pesan untukku pagi-pagi begini.
Senyumku mengembang karena membaca pesan tersebut. Ternyata benar Mas Noval membayar uangku tempo hari. Buktinya sekarang dia sudah mentransfer uang dengan nominal yang sama dengan dia pinjam dulu. Dengan begini aku langsung bisa mentransfer kembali ke rekening Mama.
Sebenarnya jika aku ingin memberikan langsung pada Mama bisa. Hanya saja sepertinya hari ini aku harus mencari pekerjaan. Mungkin aku akan sibuk menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan. Dan juga mungkin membeli beberapa baju terbaru untukku ke kantor.
[Ma, uangnya udah Kania transfer ya. Maaf kalau telat, tadi aku mandi dulu.]
Aku mengirimkan pesan untuk Mama. Dan tidak lama kemudian langsung dibaca oleh Mama. Terlihat di layar atas jika Mama sedang mengetik balasan.
[Terimakasih, Sayang. Maaf kalau Mama merepotkan. Insha Allah Mama ganti setelah usaha Papa kembali berjalan.] Balas Mama yang membuat hatiku terenyuh.
Sebenarnya Mama dan Papa sudah menyuruhku untuk melanjutkannya usahanya. Hanya saja aku tidak mengerti tentang dunia kain. Dulu ketika Papa mau mengajari aku dan Bang Ruli. Hanya Bang Ruli yang mau belajar. Sedangkan aku, sibuk dengan pekerjaan kantor sebagai sekretaris.
Seandainya ada Bang Ruli di sini, pasti Mama dan Papa tidak akan kesulitan yang seperti ini. Aku sudah menghubungi Bang Ruli, katanya dia juga akan pulang dalam bulan ini. Hanya saja dia tidak tau itu kapan. Karena Kak Emine–kakak iparku, dia akan melahirkan dalam Minggu ini. Jadi perlu waktu untuk masa penyembuhan setelah melahirkan.
[Kata Mas Noval, tidak perlu dibayar, Ma. Itu untuk Papa dan Mama. Sengaja aku kirim lebih, perintah Mas Noval.]
Balasku sambil kembali duduk di pinggir ranjang. Aku sengaja mengatakan jika itu dari Mas Noval. Semua wanita begitu bukan? Tidak ingin melihat suaminya cacat di depan kedua orang tuannya. Karena aku tau Mama dan Papa pasti akan sangat senang jika mengetahui uang itu dari Mas Noval.
Aku masih ingin mempertahankan rumah tangga ini. Selama ini sikap Mas Noval dan keluarganya baik padaku. Hanya saja dia perhitungan dengan keluargaku. Tapi dia tidak perhitungan denganku, makanya aku tidak ingin membuat masalah kecil menjadi besar. Seperti kata Mama, jika ada masalah kecil itu dihilangkan bukan malah diperbesar. Jika ada masalah besar itu dikecilkan, agar secepatnya bisa terselesaikan.
Jika aku ingin memberikan lebih untuk Mama dan Papa. Maka aku akan cari sendiri uangnya. Aku akan membahagiakan Mama dan Papa. Karena aku tau, hanya aku dan Bang Ruli harapan Mama dan Papa.
*
Selesai mandi, akupun bersiap-siap untuk memakai baju. Hari ini sudah aku putuskan untuk segera mencari pekerjaan. Bukan hal mudah memang mencari pekerjaan sekarang. Dan untuk menghubungi Pak Sugiono pun rasanya tidak mungkin.
Dulu dia memintaku untuk tidak keluar dari pekerjaan. Tapi karena ingin berbakti pada Mas Noval. Aku tetap keluar, dan sekarang tidak mungkin aku kembali lagi ke sana.
Ku siapkan semua berkas, saat sedang menyiapkan berkas. Akupun melihat beberapa mal lainnya. Ternyata isi mapnya adalah sertifikat tanah tempo hari. Ah, aku harus bisa mengamankan ini juga.
*
"Kamu dari mana? Kok rapi?" tanya Mas Noval saat aku baru saja sampai rumah. Seharian ini aku pergi bertemu dengan beberapa teman dulu, untuk menanyakan lowongan pekerjaan. Setelah itu aku menghabiskan waktu ke mall untuk belanja. Sudah lama rasanya aku tidak memanjakan diri.
"Jalan-jalan, Mas. Aku bosan dirumah," jawabku sambil melenggang masuk ke dalam kamar. Diikuti oleh Mas Noval dari belakang, ternyata Mas Noval juga baru pulang dari kantor.
"Kamu beli apa aja? Kok banyak?" tanya Mas Noval lagi sambil melihat beberapa paper bag yang aku taruh di atas tempat tidur.
"Oh itu aku beli parfum, sama beberapa baju. Aku juga beli baju buat kamu," jawabku sambil melepaskan kalung dan anting.
"Kamu jadi transfer uang tadi buat Mama?" tanya Mas Arman lagi menatapku.
"Jadi dong, Mas. Kenapa?" tanyaku lagi tanpa melihat ke arah Mas Noval.
"Kira-kira kapan dikembalikan?" tanya Mas Arman yang membuatku menghentikan aktivitas. Aku membalikkan badan menghadap ke arahnya.
"Aku bilang sama Mama uang itu dari kamu. Terus aku bilang juga kalau uangnya nggak usah dikembalikan," jawabku santai. Kemudian melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda. Aku melepaskan baju, kemudian mengambil handuk. Rasanya aku sangat lelah seharian ini.
"Kok gitu sih? Kamu tau kan aku lagi butuh uang. Tolong mengerti," sungut Mas Noval kesal.
"Kenapa sih, Mas? Itu uangku kenapa kamu yang sewot? Ingat, Mas. Aku aja tidak pernah ngelarang kamu buat ngasih uang pada Ibu dan Siska. Jangan egois," berangku emosi.
"Kamu yang egois, Kania. Kamu tau kan Siska akan menikah. Dan akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apa yang harus aku katakan pada Ibu nanti malam?" bentak Mas Noval. Jelas ada gurat marah di wajahnya, sekarang saja dia mengepalkan kedua tangannya kuat.
"Aku egois? Aku? Oke kalau gitu aku akan minta uang itu kembali pada Mama. Tapi kamu juga harus meminta semua uang yang sudah kamu kasih pada Ibu. Biar adil, gimana?" tanyaku kesal.
"Ya nggak bisa gitu lah. Kamu itu harusnya tau bagaimana tanggung jawab anak laki-laki pada Ibunya," balas Mas Noval yang semakin membuatku kesal.
"Itu aja terus yang kamu bahas. Bosan aku, Mas. Lagian nih ya, uang yang aku kasih sama Mama itu uangku. Bukan uang kamu, Mas. Jadi jangan ikut campur," tegasku sambil menunjuk kearahnya.
"Oke. Nggak masalah. Nanti juga kalau uangnya nggak cukup, aku akan jual itu tanah kita," ancam Mas Noval sambil menyeringai. Dia pikir aku takut, kamu saja tidak tau dimana sertifikat itu.
"Silahkan," ucapku santai.
"Lagian mau resepsi mahal dan mewah tapi merepotkan orang lain," gumamku pelan. Tapi aku yakin Mas Noval masih bisa mendengar.
"Dia adikku. Lagian malu lah kalau acaranya kecil-kecilan, yang datang itu orang penting semua," jawab Mas Noval lagi.
"Begitulah kalau gengsi sudah di atas akal sehat," ejekku sambil berlalu ke kamar mandi.
"Heran aku sama kamu. Nggak bisa ya kalau kamu nggak ngelawan suami?" marah Mas Noval.
Brak!
Aku menutup pintu kamar mandi dengan keras. Biarlah dia mengomel sendirian di luar. Sekarang aku harus memikirkan bagaimana caranya agar Mas Noval tidak menjual tanah itu. Masak ingin pesta mewah tapi harus menjual tanah segala.
Keluargamu bukan KeluargakuPart 4POV Kania"Kamu sudah siap?" tanya Mas Noval saat aku sedang menyisir rambut."Hampir ini," jawabku singkat. Aku terus menyisir rambut tanpa melihat ke arahnya. Masih kesal rasanya, mengingat semua kelakuan dan perkataan dia padaku tadi."Jangan lama-lama, kita makan malamnya di sana aja. Katanya Ibu udah masak buat kita," ucap Mas Noval lagi yang hanya aku balas dengan anggukan. Kemudian dia langsung keluar dari kamar.Setelah semuanya selesai, aku mengambil tas kecil di dalam lemari. Kemudian mengisinya dengan ponsel dan dompet. Kulihat sekali lagi penampilankh di cermin, rasanya aku masih cantik. Aku berjalan ke luar kamar untuk menemui Mas Noval yang mungkin sudah menungguku dari tadi."Kamu tenang aja, ini kami mau berangkat." Mas Noval berbicara di telepon. Entah dengan siapa dia bicara, membuat jiwa wanitaku meronta-ronta rasanya. Jelas aku penasaran, dia kan suamiku. Kalau dia sampai selingkuh seperti di novel-novel gimana."Mas, siapa yang n
Keluargamu bukan KeluargakuPart 5POV KaniaSetelah selesai makan, seperti biasa aku dan Sonya membereskan piring kotor dan sisa makanan. Kadang aku berpikir jadi menantu itu seperti menjadi seorang pembantu. Bagaimana tidak, ketika kami kesini. Ada saja pekerjaan rumah yang harus kami kerjakan. Seperti membuang sampah, menyapu, mengepel dan bahkan mencuci piring kotor bekas Siska makan.Jika piring kotor itu milik Ibu tidak apa. Tapi ini milik Siska, yang notabene sudah dewasa dan bisa mengerjakannya sendiri. Dulu hal seperti ini sama sekali bukan masalah untukku. Tali setelah pertengkaran tadi dengan Mas Noval. Membuatku tersadar, jika aku tidak harus menganggap keluarganya seperti keluargaku.Mungkin laki-laki akan menganggap sepele setiap pertengkaran yang terjadi antara dia dan istrinya. Tapi tidak bagi wanita, aku akan ingat sampai kapanpun semua perkataan dan peristiwa yang membuatku sakit hati dan kecewa."Bicaralah, ungkapkan semua uneg-uneg itu," ucapku pada Sonya saat kami
Keluargamu bukan KeluargakuPart 6POV KaniaAku tersentak mendengar pembelaan dari Ibu yang jelas-jelas sangat menyudutkan aku. Aku menatap tajam ke arah Ibu dan Siska. Baru kali ini aku merasa marah pada Ibu mertua dan juga Siska. Jika dulu aku sangat menyayangi mereka seperti keluarga sendiri. Sekarang rasa itu malah menguap entah kemana."Maksud Ibu apa ya? Maksud Ibu uang Kania juga uangnya Mas Noval?" tanyaku sekali lagi. Memastikan jika pendengaranku belum rusak. Jelas tadi aku mendengar jika Ibu mengatakan jika tidak ada istrilah hutang atau pinjam meminjam dalam hubungan suami dan istri."Iya, Kania. Dalam hubungan suami istri itu tidak ada istilah hutang. Uang kamu ya uangnya Noval juga. Kenapa kamu harus mengungkitnya lagi? Toh Noval juga nyari nafkahnya untuk kamu," terang Ibu lagi yang membuatku mengangguk-angguk paham."Aku sekarang paham, Bu. Berarti selama ini aku salah paham. Maaf ya, Mas. Selama ini aku pikir uang suami milik suami, dan uang istri milik istri. Berkat
Keluargamu bukan KeluargakuPart 7Pov Noval"Kok semuanya jadi begini?" rutuk Ibu padaku. Tanpa menjawab pertanyaan Ibu, aku hanya bisa merebahkan tubuh di atas sofa panjang.Entah sejak kapan Kania menjadi pembangkang seperti ini. Padahal selama ini dia selalu menurut dan patuh sama semua peraturan yang aku buat. Bahkan dia tidak mempermasalahkan jika aku memberikan gajiku lebih banyak untuk Ibu daripada untuk dia.Dulu ketika aku gajian, uangnya langsung aku tarik. Kemudian aku sisihkan untuk Ibu dan untuk Kania. Dia tidak pernah menanyakan berapa gajiku selama ini. Aku juga tidak pernah memberitahu, toh dia tidak tanya. Jadi untuk apa aku harus bilang berapa nominal gajiku padanya."Emangnya bener Mas Noval pinjam uangnya Mbak Kania?" tanya Siska sedikit menyelidik. Dia mungkin tidak menyangka jika Abangnya ini meminta pinjaman uang Istri untuk modal usaha. Karena selama ini yang Siska dan Ibu tau Kania adalah Ibu rumah tangga."Iya, Noval. Apa benar yang dikatakan sama Kania tadi
Keluargamu bukan KeluargakuPart 8Pov KaniaAku tidak habis pikir dengan jalan pikirannya Mas Noval dan keluarganya itu. Bagaimana bisa uang istri adalah uang suami. Sedangkan uang suami bukan uang istri. Bukannya kebalik, dari ceramah-ceramah yang sering aku dengar itu. Uang istri adalah uang istri sedangkan dalam uang suami itu ada hak istri.Dengan susah payah aku mencerna ucapan Ibu mertua tadi. Aku pikir Ibu akan membelaku dan menyalahkan Mas Noval karena terlalu perhitungan dengan orangtuaku. Tapi ternyata aku salah besar. Ibu dan Mas Noval sama saia, memang benar kata pepatah. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.Aku mencoba menghirup nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Saat ini aku sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Tadi saat keluar dari rumah Ibu, aku segera memesan taksi online. Untung saja ada salah satu taksi yang memang jaraknya dekat. Jadi aku tidak harus menunggu lama untuk pulang ke rumah.Pelan aku memejamkan mata yang terasa berat. Pikiranku masih tida
Keluargamu bukan KeluargakuPart 9Pov Kania"Jadi, Mas. Aku harap kamu jangan pernah lagi meremehkan Mama sama Papa," sambungku dengan nafas memburu.Mas Noval terlihat sangat terkejut dengan semua perkataanku barusan. Matanya sampai membulat sempurna menatapku. Tetapi aku sangat puas sudah mengeluarkan unek-unek yang dari kemarin tertahan di dalam dada. Apa dia pikir seorang Kania akan takut kehilangan cinta. Tentu saja tidak, aku masih muda, aku juga masih cantik. Masa depanku tentunya akan sangat cerah jika bisa bebas dari keluarga toxic."Kania, sadar. Kamu ngomong kayak gini karena lagi emosi. Meminta cerai dari suami itu dosa," ucap Mas Noval yang membuatku tertawa miris. Bagaimana bisa dia masih mengingat dosa. Setelah apa yang sudah dilakukannnya untuk keluargaku."Jangan ngomong dosa depan aku, Mas. Karena kamu sendiri nggak ingat dosa," balasku cepat sehingga membuat Mas Noval seakan kehilangan kata-kata."Kamu jangan keras kepala, Kania. Apa sih susahnya menuruti perintah
Keluargamu bukan KeluargakuPart 10Pov KaniaUsai membuat kegaduhan dengan melempar dua gelas ke lantai. Aku segera pergi meninggalkan Mas Noval sendirian di meja makan. Tidak aku pedulikan lagi teriakan demi teriakan yang keluar dari mulut Mas Noval."Kaniaa!""Kamu jangan gila, Kania. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikan kamu. Camkan itu!" Teriakan Mas Noval terdengar sampai ke dalam kamar. Untung saja Bik Yani tidak di rumah. Jika tidak, pasti dia akan melaporkan kejadian ini pada Mama dan Papa.Bik Yani adalah pembantu rekomendasi Mama. Dia mengenal Baik Yani dari salah satu teman arisannya. Ketika itu aku yang baru menikah, tidak mengerti apa-apa tentang bagaimana mengurus rumah. Jangankan membereskan rumah, memasak saja aku tidak bisa.Ini karena dulunya aku sibuk berkerja dan tidak pernah belajar menjadi wanita rumahan. Waktu itu yang ada dalam pikiranku hanyalah bagaimana caranya agar kinerjaku semakin bagus. Dan gajiku semakin tinggi.Makanya sejak aku memutusk
Keluargamu bukan KeluargakuPart 11Pov Kania"Jadi saya kembali diterima kerja di sini, Pak?" tanyaku pada Pak Sugiono dengan antusias."Iya, Kania. Selamat bekerja kembali ya," jawab Pak Sugiono sambil mengulurkan tangannya padaku. Dengan cepat aku menerima uluran tangan Pak Sugiono dan menjabat tanganya.Aku benar-benar tidak menyangka jika langkahku kali ini benar-benar membuahkan hasil. Karena kemarin itu aku sudah ke beberapa perusahaan lain. Untuk melamar pekerjaan, namun tidak ada satupun panggilan yang aku terima.Aku hampir saja putus asa dengan keadaan. Apalagi aku sempat berpikir apakah aku sulit menemukan pekerjaan karena tidak diberi ijin oleh Mas Noval. Tapi sekarang aku sangat lega, aku bisa menemukan pekerjaan di tempat yang sama.Tidak bisa aku bayangkan bagaimana senangnya Mama dan Papa jika aku kembali bekerja. Karena sejak dulu, Mama dan Papa sangat mendukung jika aku bekerja. Karena kata Mama, perempuan itu memang kodratnya lemah. Tapi tidak boleh terlalu bergant
Keluargamu bukan KeluargakuPart 50 POV Kania"Kania, kamu baca berita hari ini nggak?" tanya Bang Ruli ketika kami sedang sarapan. Aku menggeleng pelan menjawab pertanyaan Bang Ruli barusan. Karena memang aku tidak menonton Televisi dan juga tidak membaca koran pagi ini."Memangnya berita apa, Ruli?" tanya Mama penasaran."Iya nih. Jangan jahil tapi ya. Beritanya harus yang serius dan juga up to date!" seruku menatap Bang Ruli tajam. Karena aku sudah kapok dikerjain terus sama Bang Ruli. Apalagi dia pernah bohong tentang Bang Reno yang sudah menikah.Bang Ruli dan yang lainnya ikut tertawa karena bisa melihat aku seperti trauma dengan berita yang diberi sama Bang Ruli. Begitu juga istrinya, dia lah yang paling tau bagaimana jahilnya suami tercintanya itu. Kata Kakak ipar, dia mencintai Bang Ruli karena dia humoris. Tapi menurutku, dia jahil."Iya, dijamin dah berita ini up to date!" jawab Bang Ruli sambil tersenyum lebar. Aku terus menyuapkan nasi ke dalam mulut. Sudah lama sekali a
Keluargamu bukan KeluargakuPart 49POV NovalAku meringis kesakitan ketika tendangan kaki Ilham mengenai perutku. Jeritan Vivi tidak ditanggapi oleh Ilham. Dengan beringas Ilham mengambil tongkat bisbol yang ada di dinding kamarnya. Aku menelan ludah yang terasa pahit, sepahit nasibku hari ini."Mas, jangan, Mas. Sadar!" teriak Vivi memegangi Ilham yang sedang dikuasai amarah."Diam. Karena aku lagi sadar, makanya aku melakukan ini. Oh atau kamu msu ikut bergabung dengan laki-laki itu?" tanya Ilham sambil menyeringai lebar. Dia sangat menyeramkan. Lebih menyeramkan daripada setan yang pernah aku jumpai dalam mimpi.Perlahan Vivi melepaskan cengkraman tangannya dari Ilham. Sial, rupanya dia tidak mau membelaku."Tunggu. Kamu jangan salah paham. Aku baru saja sampai ke sini. Yang menikmati tubuh istri kamu bukan aku. Tapi dua laki-laki tadi, kamu pasti jumpa sama kedua laki-laki tadi di luar bukan? Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanyakan Dino kapan aku sampai ke sini. Jangan berti
Keluargamu bukan KeluargakuPart 48POV Kania"Huft…." Aku membuang nafas panjang ketika sudah berjalan di bandara. Tidak terasa nyatanya aku sudah pergi selama tiga tahun dari Indonesia. Bukan waktu yang sebentar memang, namun itu bisa memulihkan hatiku yang pernah patah. Jiwa yang pernah layu dan juga raga yang sangat lelah.Aku memutuskan untuk mengambil kesempatan melanjutkan pendidikanku di Swedia. Tempat dimana aku membuka lembaran baru dalam hidupku. Aku meninggalkan semuanya di sini, kenangan, impian dan harapan. Dan kini aku sudah kembali. Semoga hidupku menjadi lebih baik sekarang."Kaniaaa…." Terdengar suara teriakan Mama dan Papa yang sedang menunggu kedatanganku. Mereka bersorak senang dengan binar bahagia terpancar dari wajah tuanya. Mereka sampai membawa spanduk kecil dengan tulisan 'We Miss You Kania. Welcome back.' Aku sampai terpingkal melihat wajah kesal Bang Ruli yang berdiri mematung di samping Mama dan Papa memegang spanduk kecil itu."Mama… Papa… Kania kangen ba
Keluargamu bukan KeluargakuPart 47POV NovalHari ini tepat tiga tahun aku berpisah dari Kania. Hubungan yang selama ini aku jaga mati-matian, tapi harus kandas di tengah jalan. Aku sebenarnya tidak pernah membayangkan akan berpisah dari Kania. Hanya saja takdir membuatnya pergi dariku. Aku masih menatap foto pernikahan kami yang sampai saat ini masih terpajang di kamar. Ibu sebenarnya sudah menyuruhku untuk membuang saja foto itu. Tapi aku terlanjur jatuh ke dalam cintanya Kania.Dia wanita yang sangat cantik. Jika kalian menyuruhku untuk menggambarkan bagaimana rupa Kania. Kalian bisa bayangkan saja tubuhnya semampai dengan hidung mancung tapi kecil. Kulitnya putih cerah dan sangat bersih. Bibirnya yang merah alami, membuatnya semakin menawan. Tidak ada yang bisa menandingi Kaniaku, termasuk Vivi. Dia itu menawan, gadis ceria, tegas.Hanya saja entah kenapa dulu aku sampai tergoda olehnya. Dengan alasan anak, dia selalu menggodaku dan meminta uang dari setengah gajiku. Tentu saja s
Keluargamu bukan KeluargakuPart 46POV Kania"Kania Azzahra. Kenapa kamu meninggalkan saya?" tanyanya yang membuat dadaku kembali merasa nyeri."Itu sudah berlalu. Dan tidak penting untuk saya jawab," balasku pelan sambil menunduk ke bawah."Tapi bagi saya itu penting. Sangat penting, tolong jawab. Dan buat saya untuk membenci kamu!" teriaknya yang membuatku tergugu.Rasanya ingin sekali aku menjawab sambil berteriak, kalau aku terpaksa.Elkan Rayasa, dia adalah laki-laki pertama yang pernah singgah di hatiku dulu. Empat tahun yang lalu aku dan dia pernah menjadi sepasang kekasih. Dimana semua teman-temanku sangat iri dengan hubungan kami yang selalu hangat. Tidak pernah ada pertengkaran diantara kami. Jika pun ada, akulah yang akan sedikit marah dan setelag dia membujuk kami akan baik kembali.Elkan adalah Abang letingku di kampus. Kami bertemu dan akrab setelah acara sambutan mahasiswa baru. Kami sama-sama mengambil mata kuliah bisnis. Makanya kami saling mendukung satu sama lain.
Keluargamu bukan KeluargakuPart 45POV Kania"Ya nggak papa. Kan Kania aja nggak keberatan kok," balas Bang Reno santai. Aku menepuk jidat."Dia cuma sekretaris," balas Pak Bara kesal."Yaudah kalau gitu, kamu pindah ke meja Abang aja yuk," ajak Bang Reno sambil tersenyum ke arahku."Berani kamu ninggalin saya?" tanya Pak Bara lagi padaku. Ya Tuhan, anugerahkan hamba jurus menghilang.Belum juga aku menjawab tawaran dari Bang Reno, tiba-tiba saja ada yang datang menyapa kami."Selamat malam, Pak Bara. Senang sekali rasanya bisa bertemu di sini malam ini," sapa seseorang yang sangat aku kenal. Untuk mengalihkan pandangan, akhirnya aku memilih untuk meminum jus yang di sediakan di atas meja."Selamat malam, Pak Elkan. Saya juga sangat senang sekali bisa ikut tender yang Anda adakan malam ini," balas Pak Bara sok ramah. Wajah dingin itu tidak henti-hentinya memancarkan senyum."Wah, ada Pak Reno juga. Selamat malam Pak Reno, semoga suka ya sama jamuan makan malamnya. Ini salah satu menu
Keluargamu bukan KeluargakuPart 44POV KaniaSetelah melakukan perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami sampai di hotel yang sudah aku booking jauh-jauh hari. Aku sengaja menyewa hotel di sini karena di hotel itu tempat kami melakukan pertemuan nanti.Belum lagi hotel ini adalah salah satu hotel terbaik di sini. Pak Bara yang menyuruhku untuk memesan hotel yang viewnya langsung menghadap ke arah laut. Dia juga sengaja menyuruhku untuk membooking kamar yang mempunyai balkon. Banyak sekali memang permintaannya."Kamar kita bersebelahan ya, Pak. Nanti kalau butuh apa-apa bisa langsung ketuk pintu," ucapku pada Pak Bara saat kami sudah sampai di depan kamar."Iya, kapan pertemuan pertama kita?" tanya Pak Bara padaku."Nanti malam jam tujuh, Pak. Ada beberapa dokumen yang harus bapak pelajari. Karena pertemuan kita kali ini sedikit susah," balasku yang membuat kening Pak Bara berkerut.Para pelayan hotel terus melakukan tugasnya, yaitu memasukan koperku dan Pak Bara. Aku memilih masuk ke
Keluargamu bukan KeluargakuPart 43Malam ini Kania sedang bersiap-siap untuk pergi ke Bali besok. Dia mempersiapkan semua baju dan juha beberapa alat kosmetik yang dia rasa perlu dibawanya. Tidak lupa juga dia menyiapkan beberapa baju kerja untuk ke sana. Karena kata Pak Bara mungkin mereka akan menginap selama tiga hari di sana."Gak sekalian bawa koper aja?" Suara Ruli yang tiba-tiba masuk. Kania sempat terlonjak kaget dengan kehadiran Ruli yang tiba-tiba. Dia merutuki diri karena lupa menutup pintu tadi."Di sana bakalan lama, Bang. Tiga hari, jadi aku nggak mungkin lah bawa baju dua pasang," jawab Kania santai. Dia tidak terpengaruh dengan sindiran Abangnya itu.Ruli melangkah lebih dalam ke kamar Kania. Dia memilih duduk di sisi ranjang yang berwarna kuning. Warna kesukaan di empunya."Bagaimana dengan Reno?" tanya Ruli yang membuat Kania menghentikan aktivitasnya. Dia terdiam beberapa detik, tangan yang semula ingin memasukkan baju ke dalam tas terhenti."Memangnya kenapa denga
Keluargamu bukan KeluargakuPart 42Hai semuanya Untuk memudahkan aku menceritakan semuanya secara keseluruhan.Aku berniat untuk mengganti dari POV 1 ke POV Author.Selamat membaca dan terimakasih sudah setia membaca ceritaku.Cerita ini akan aku gratiskan sampai tamat.Namun mungkin setelah tamat, aku akan memasang koin🙏POV Author"Jadi itu makanan dari Pak Reno?" tanya Bara pada Kania dengan tatapan tajam. Kania menelan ludah dengan susah payah. Pasalnya dia tidak menyangka jika sikap atasannya akan berlebihan seperti ini."I-iya, Pak. Dan ini adalah makanan kesukaan saya," jawab Kania sambil terus menatap makanan yang ada di dalam boks putih. Ingin sekali dia langsung melahapnya, hanya saja tatapan mata Bara semakin membuatnya bergidik ngeri."Itu artinya Pak Reno membohongi saya," gumam Bara hampir tak terdengar."Mungkin Bang Reno salah dengar. Dia pikir mungkin Bapak menanyakan makanan yang tidak saya suka," jawab Kania sembarang. Bara yang mendengar itu kembali melihat Kani