Home / Pernikahan / Keluarga Beracun / Bab 53 Dia Sahabatku

Share

Bab 53 Dia Sahabatku

last update Last Updated: 2022-10-10 23:09:27

“Siapa yang barusan dari ruanganmu, Tuan Putri? Sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana ya?” tanya Alex yang tiba-tiba ada di depanku.

Aku yang sedang fokus kerja terlonjak kaget mendengar suara seseorang di depan mejaku.

“Alex, kamu mengagetkanku!” sungutku dan melemparkan kertas kecil tak terpakai yang sudah kugulung-gulung.

Dia hanya tertawa sambil memperlihatkan giginya yang putih bersih.

“Kamu belum jawab pertanyaanku, Ra!”

“Dia Arya, barusan menawarkan kerja sama. Dia ingin usaha kulinernya dimodali oleh perusahaan ini, tapi aku masih pikir-pikir.”

“Semacam franchise gitu, kan? “tanya Alex.

“Ya, semacam itu. Aku belum menjawabnya. Betewe, ngapain ke kantor? Tumben banget kamu ke sini!” sindirku.

“Yaelah, Tuan putri udah pikun. Bukannya kamu mau traktir aku maksi? Gimana, sih?!” Alex mengerucutkan bibirnya. Lucu sekali aku melihatnya.

“Haha ... aku lupa. Kuy lah kita berangkat! Pantas aku pusing, kukira sakit, ternyata lapar.”

“Ah, dasar kamu ini kebiasaan dari dulu! Bukanny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Keluarga Beracun    Bab 54 PoV Anggita

    Aku sendirian di rumah sakit. Ayah dan Ibuku sedang pergi ke luar kota. Suamiku, Mas Dani juga sedang pergi. Pamitnya beli makan, tapi sampai sekarang juga belum kembali.Haahh ....Aku menghela napas cukup panjang. Untunglah nyawaku terselamatkan. Mas Dani mau datang saat aku menghubunginya. Ku kira setelah dia tahu anak ini bukan anaknya, dia akan mengabaikanku, tapi ternyata tidak.Aku jadi ingat peristiwa tadi, Saat aku sedang selesei mandi dan masih memakai handuk. Karena aku tahu kedua orang tuaku sedang pergi, jadi aku tidak mengunci pintu kamar.Aku sangat kaget saat tiba-tiba ada seorang lelaki menerobos kamarku. Aku tidak tahu dia datang dari mana. Dia memaksaku melayani nafsu bejatnya, dengan ancaman pisau aku pun terpaksa menuruti kemauannya. Dia mencium ku dengan sangat brutal, tak mengindahkan teriakan kesakitanku. Meskipun aku berteriak dengan kencang tak ada orang yang mendengar teriakanku. Aku menangis mengiba, memintanya agar berhenti karena aku sedang hamil. Mesk

    Last Updated : 2022-11-16
  • Keluarga Beracun    Bab 55 Perpisahan

    Aku pun segera membuka mata, “Kamu kapan datang, Ar?” tanyaku pura-pura baru bangun tidur.Dia gelagapan, sepertinya kuatir aku mendengar percakapannya. Dengan cepat Arya menyimpan ponselnya ke dalam saku. “Barusan saja kok.”“Ayah dan Ibu kemana?” tanyaku sengaja mengalihkan perhatian.“Aku menyuruh mereka pulang, kasihan, mereka baru pulang dari luar kota kan? Kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi?” tanya Arya perhatian. Tapi menurutku seperti sengaja dibuat-buat.Aku menceritakan garis besarnya kepadanya, tidak sedetail aku cerita kepada orang tuaku. Tapi responnya sungguh diluar dugaanku. Ku kira dia akan bersandiwara kaget, sok panik, bersedih atau semacamnya.Tapi dia tetap tenang. Tidak berkata apa-apa.“Kamu yang sabar aja kalau beggitu.” Hanya itu yang dia ucapkan.Atau jangan-jangan karena dia sendiri yang menyuruh seseorang untuk datang ke rumahku saat tidak ada orang itu? Kalaupun benar, bagaimana aku mencari buktinya? Bermacam pikiran bermukim di otak, tapi tak kutemuka

    Last Updated : 2022-11-16
  • Keluarga Beracun    Bab 56 Pilihan Anggita

    Aku menatap kepergian Mas Dani. Bahkan Ibu mertua yang biasanya cerewet juga diam saja. Mbak Nia pun sama. Apa mungkin karena sudah mendapatkan uang sebesar dua puluh juta dari Arya?“Bagus, kalian sudah bercerai, meskipun belum secara negara, tapi secara agama kalian sudah bukan suami istri,” ucap Arya lega.“Tidak perlu secara n gara, karena kaki menikah dibawah tangan, hanya nikah siri,” jawabku “Resepsi kemarin juga Cuma reosi saja, tidak ada akad nikah.” Lanjutku agar dia mengerti.“Tapi sepertinya aku belum bisa menikahimu dalam waktu dekat, Sayang. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.” Arya membelai rambutku dengan sayang.Aku pun mengangguk karena mengerti Arya memang pengusaha yang sibuk. Ya, keputusanku sudah tepat. Mas Dani sudah tidak punya apa-apa lagi. Aku tidak mau hidup miskin. Dengan Arya aku akan menjadi Nyonya. Aku mengambil tangan Arya yang membelai rambutku, lantas menggenggamnya dengan erat. Sekarang fokusku adalah segera pulih. Aku akan menuruti p

    Last Updated : 2022-11-16
  • Keluarga Beracun    Bab 57 PoV Arya

    “Sayang, pulang nanti temenin aku buat mencari hotel buat pernikahan kita ya? Ada beberapa rekomendasi dari temen sih, tapi aku pengin lihat langsung,” ucap Sasa yang sedang mampir ke kantorku. Dia sudah keluar menjadi sekretaris. Bosan dengan pekerjaan yang banyak katanya. Dia memang seperti ini sering datang untuk bicara hal yang tidak begitu penting. Padahal kalau hanya untuk menanyakan hal ini, dia bisa telepon saja kan? Dasar perempuan, terkadang sulit ke tebak pikirannya “Iya, Sayang. Nanti aku temenin, tapi sore aja ya? Kerjaan ku banyak soalnya hari ini.” Aku mencium rambut Sasa yang halus dan lembut.“Iya, tapi aku boleh nemenin kamu di sini kan?” tanya Sasa pindah ke pangkuanku.“Boleh. Tapi jangan duduk di sini, yang ada aku nggak kerja malah sibuk sama kamu.” Aku mentoel hidungnya gemas.Sasa turun dan pindah di sofa dekat mejaku. Saat sibuk dengan berkas-berkas, ponsel yang kuletakkan di nakas dekat sofa berbunyi. Sasa mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang menghub

    Last Updated : 2022-11-16
  • Keluarga Beracun    Bab 58 Welcome to the H3ll

    Aku sudah boleh pulang dari rumah sakit. Bayiku juga sehat tidak ada masalah apa pun. Arya membeli banyak perlengkapan bayi, tapi kebanyakan menurutku bukan warna pink untuk anak perempuan. Mungkin dia mengira anaknya adalah laki-laki. Selama aku hamil memang dia tak pernah bertanya mengenai jenis kelamin bayiku. Bahkan selama hamil dia tidak pernah mengantarku cek ke dokter kandungan. Alasannya selalu sibuk dengan pekerjaan. Namun, transferan darinya sering membuatku luluh. Kini rekeningku menjadi gendut. Arya tak lupa mengirim uang setiap ku minta.Arya memang memberikanku buku rekening baru beserta ATMnya. Tapi tak lama setelah itu, ia meminta kembali buku rekening itu dan hanya meninggalkan ATM-nya untukku. Aku juga tak mempermasalahkannya karena yang kubutuhkan ATM nya saja bukan rekeningnya.Hari-hari menjadi Ibu baru membuatku pusing. Dua jam sekali Harus bangun untuk menyusui, belum lagi kalau begadang, lama-lama bisa tambah kusam wajahku.“Bu, kita sewa Baby siter aja ya?

    Last Updated : 2022-11-16
  • Keluarga Beracun    Bab 59 Siapa Sasa?

    “Apa maksudmu ngomong seperti itu?” tanyaku memastikan.“Pasti kamu Cuma becanda kan?” lanjutku lagi.Arya tak menjawab, ia hanya tersenyum saja.“Nanti aku jelaskan. Ayo, aku tunjukkan dimana kamarmu dan kamar anakku," ucap Arya.Aku mengikuti Arya ke belakang.“Ini kamarmu, dan kamar sebelah adalah untuk Zea.” Arya menjelaskan.“Ha? Kita tidak sekamar? Bukannya kita suami istri?” Aku bingung dengan maksud pembagian kamar ini. Kenapa kami seakan tak boleh tidur sekamar? Selama menikah Arya juga tak mau tinggal di rumahku. Ia memilih tinggal di rumahnya sendiri dengan alasan dekat dari kantor.“Ya, kita tidak sekamar. Aku tidak mau tidurku terganggu oleh tangisan Zea ataupun dirimu yang akan bolak-balik terbangun mengurus Zea.Setengah tak percaya aku mendengarnya. Kenapa aku merasa di sini Arya menjadi dingin? Tidak seperti kemarin? Begitu perhatian dan royal.“Satu lagi. Dari pagi sampai sore akan ada baby sitter yang menjaga Zea, jadi kamu bisa fokus dengan tugasmu. Malam harinya b

    Last Updated : 2022-11-16
  • Keluarga Beracun    Bab 60 Aku bukan Pembantu!

    Ternyata mereka berdua berada di dapur. Sasa menjerang air panas, sepertinya dia hendak membuat kopi untuk suamiku.“Kamu kenapa, Sayang? Kenapa bisa berubah secepat ini? Bukannya dari awal kamu yang ingin menikah denganku? Kenapa sekarang kamu seperti ini?!” Aku berteriak seperti kesetanan. Rasanya justru seperti melihat Sasa dan Arya sebagi pengantin baru, sedangkan aku yang menjadi pembantu.Semuanya seakan seperti mimpi. Bayangan akan menjadi seorang Nyonya seketika sirna melihat perlakuan Arya sekarang kepadaku. Apakah aku tidak pantas bahagia?“Tidak perlu banyak bertanya. Lakukan saja apa yang aku perintahkan. Aku mau pergi mengajak Zea. Kamu bersihkan rumah ini lalu cepat masak. Aku mau setelah pulang, makanan sudah tersedia di meja untukku dan Sasa.” Sasa sudah tak ada di sini, mungkin dia mengambil Zea dari kamarnya. Enak sekali dia bicara! Memangnya dia siapa? Aku bukanlah perempuan lemah yang akan menurut begitu saja. Apalagi ini belum genap sehari aku tinggal di sini seb

    Last Updated : 2022-11-16
  • Keluarga Beracun    Bab 61 Sengaja

    Aku menuju ke kamar sebelah, tempat d mana Zea ditidurkan. “Uluh-uluh ... anak Mama haus ya!” Aku menggendong Zea dan menyusuinya. Aku melirik ke arah Sasa yang masih menatapku tajam. Rupanya ia turut mengikutiku ke sini.Tanpa bicara, dia keluar dengan membanting pintu. Dasar Baby siter nggak ada akhlak! Sudah tau aku istri dari majikannya, malah kurang ajar. Sambil menyusui aku terus berpikir bagaimana caranya agar aku bisa melawan mereka berdua di sini. Di sini aku sendirian, tak punya teman ataupun orang yang bisa kumintai tolong. Tidak mungkin aku menghubungi kedua orang tuaku.Baiklah, pertama aku akan menyelidiki seperti apa hubungan Arya dan Baby siter itu. Hmm ... tapi aku harus mulai dari mana? apa aku harus mengalah dulu? Biar mereka tak menaruh curiga kepadaku?Ayo Anggita ... berpikirlah!Saking fokusnya berpikir, aku tak memperhatikan kalau Zea sudah tertidur lelap di pangkuanku, dengan perlahan aku meletakkan Zea ke tempat tidurnya.Kupandangi wajah anakku. Mungkin i

    Last Updated : 2022-11-16

Latest chapter

  • Keluarga Beracun    Bab 87 Tamat

    “Kamu sedih?” Tanya Alex, suami Rara.Alex bertanya karena ia melihat istrinya terdiam begitu tiba di rumah setelah pulang dari tempat mantan suaminyaRara menggeleng, karena memang bukan itu yang dirasakan olehnya.“Bukan sedih sih, Mas. Tapi lebih ke kasihan aja dengan Bu Intan. Mas Dani dulu jadi satu-satunya tulang punggung keluarga, sekarang tak ada lagi. Entah bagaimana nasib Ibu kini.”Alex menghela napas.“Semua itu ada sebab ada akibat, Sayang. Apa yang dia tanam, itulah yang akan dia tuai. Dani dan keluarganya hanya menuai apa yang selama ini mereka tanam. Kamu tak perlu kasihan terhadap mereka. Kenapa? Karena mereka semua sehat dan sudah dewasa, mereka bisa menghidupi diri mereka sendiri dengan bekerja. Kecuali kalau setelah menikah Dani memiliki anak yang yang masih kecil-kecil, maka kita perlu membantu karena mereka menjadi anak yatim.” Jelas Alex panjang.“Emang sih, tapi tetep aja kasihan lihatnya. Tapi mungkin memang itu takdir yang harus mereka jalani. Semua pasti sud

  • Keluarga Beracun    Bab 86

    “Bagaimana kondisi Lala?” Alex datang dengan wajah cemasnya.“Tulang di kakinya retak, lalu ada luka di kepala dan tangannya. Kata dokter tidak berbahaya, hanyalecet saja.”“Lalu kenapa sekarang belum sadar?” tanya Alex. Aku menggeleng, aku pun tak tahu kenapa sampaisekarang dia belum membuka matanya.Tumpah lagi tangisku melihat kondisi Lala. Aku mengambil ponselku dan mengabari kedua Kakek dan Nenek Lala. Sama denganku, mereka pun terkejut. Tak pernah kusangka ternyata sesakit ini rasanya melihat anak sakit.Alex memelukku. “Kita doakan saja semoga Lala cepat sadar.” Ucapan Alex kuamini dalam hati. “Mas, kamu pulanglah, ambil beberapa keperluan untuk menginap. Aku akan menunggu di sini.Mungkin sebentar lagi Papa dan Mama juga akan datang.”Alex mengangguk. Sebelum pergi dia mengecup puncak kepala Lala pelan.“Cepat sadar putri kecil Papa.”Kepergian Alex membuat ruangan ini sunyi. Hanya terdengar suara jarum detik jam yang terus bergerak. Waktu seakan berjalan lambat. Dalam hati

  • Keluarga Beracun    Bab 85

    Pagi hari, kami bersiap mengantar anak-anak remaja itu berangkat naik gunung. Awalnya mereka ingin berangkat sendiri tapi suamiku tak mengizinkan, jadilah kami yang mengantarnya.“Disana harus jaga sikap, jangan buang Sampah sembarangan dan jangan lupa berdoa agar selamat sampai rumah.” Wejangan dari seorang Ayah yang menyayangi putrinya.Anak-anak remaja itu mengangguk.“Kalian yang laki-laki harus bisa bertanggung jawab kepada teman kalian yang perempuan.” Alexbicara dengan salah seorang teman Lala dengan menepuk kedua pundaknya.“Siap, Om!” jawab mereka kompak.Perjalanan sekitar tiga jam. Kami meninggalkan mereka, begitu sampai di basecamp.“Mereka sudah pergi. Jadi sepi ya, Sayang!” ucap Suamiku memasang wajah sedih.“Baru ditinggal bentar aja udah melow-melow apalagi kalau besok Lala menikah ya?!”“Kalau sampai ada laki-laki yang berani menyakiti putri kita, maka akan kupastikan kalau hidupnyaakan menderita.” Ucapan Alex membuatku bergidik ngeri.“Sudah doakan saja yang baik-b

  • Keluarga Beracun    Bab 84

    “Happy Anniversary juga, Sayang.” “Lala juga mau peluk!” teriak putriku.Kami bertiga berpelukan bersama. Setelah itu, banyak uang mengucapkan selamat kepada kami. Tanpa aku sadari, ada beberapa wartawan yang diundang di pesta ini. Tentu saja, karena Papa adalah pebisnis terkenal, sedangkan suamiku juga pebisnis dan juga ganteng.Pesta berlangsung sangat meriah, banyak teman-teman memberikan kado untuk kami berdua. Bahkan tetangga sekitar kami di desa pun turut diundang. Entah kapan Alex mempersiapkan hal ini, aku sama sekali tidak mengetahuinya.Hingga sekitar pukul sepuluh malam, satu per satu tamu mulai meninggalkan tempat ini. Kini tinggallah keluarga inti saja.“Sayang, memang kapan kamu membeli kalung itu? Kenapa aku sama sekali tidak tahu?” tanyakusaat kami semua tinggal duduk santai.“Rahasia dong! Harusnya tadi kubawa serta, kelupaan. Awalnya aku minta tolong Mama untuk mengambilnya diam-diam dari kamar kita, tapi Untunglah kamu menemukan sendiri kalung itu jadi aku dan Mama

  • Keluarga Beracun    Bab 83

    “Perfect! Kita ambil yang ini saja!” Mama berteriak untuk memanggil pelayan agar membungkussemua belanjaan Mama dan menuju kasir.“Mama cantik banget! Papa pasti klepek-klepek kalau melihat Mama pakai baju ini.”Mendengar Papanya disebut, seketika aku teringat dengan kalung itu. Siapa wanita itu? Wanita lain yang dicintai suamiku? Tanpa terasa air mataku turun, tapi langsung kuhapus karena tak ingin dilihat oleh anakku.“Mama kok nangis? Terharu ya?” goda Lala. Aku hanya tersenyum dan mengangguk.“Yuk pulang, Nenek sudah selesai bayarnya.” Mama mengajakku dan Lala keluar dari butik ini. “Kita pulang sekarang, Nek?” tanya Lala.“Nanti! Kita ke salon dulu! Masa bajunya udah cantik tapi orangnya belum.” “Iya deh, Nek. Tapi salat dan makan dulu ya, sudah magrib ini.” Pinta Lala. “Tentu saja, Sayang!” jawab Mama lalu mengacak rambut Lala.Setelah makan dan melakukan kewajiban sebagai umat muslim, kami segera menuju salon langganan yang juga terletak di mal ini.Ternyata tidak hanya Mama,

  • Keluarga Beracun    Bab 82

    Kukeluarkan pakaian-pakaian yang sudah tidak terpakai. Semuanya aku kumpulkan menjadi satu.Selesai dengan lemariku, berikutnya adalah lemari milik suamiku. Kubereskan juga baju-bajunya yang sudah jarang dipakai. Saat mengambil tumpukan yang paling bawah, aku melihat suatu benda terjatuh.Kupungut benda berwarna merah itu. Sebuah kotak berisi kalung emas yang sangat cantik. Tangankugemetar melihat tulisan yang tertera di kotak kalung itu. ‘Untukmu yang paling kusayangi’Badanku terasa lemas. Rasanya tulang lepas dari tubuhku begitu saja. Aku tak menyangka kalau Alex pun sama seperti Mas Dani.Aku menangis sesenggukan. Seorang diri di rumah ini menahan sesak di dada. Hari ini bukan ulang tahunku, bukan pula ulang tahun Lala. Kalau bukan kami berdua, lantas siapa?Kumasukkan kembali baju milik suamiku. Aku tak jadi merapikan isi lemarinya. Penemuan Kalung ini membuatku shock. Seakan tak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya menangis dan menangis.Hingga kudengar ucapan salam dari pintu de

  • Keluarga Beracun    Bab 81

    Semakin hari usia Lala semakin bertambah. Dia bukan lagi gadis kecilku, melainkan gadis remaja yang semakin cantik. Tak ayal banyak pemuda yang mulai main ke rumah, hanya sekedar untuk bertemu dengan anakku.“Ma, kok banyak yang main ke sini sih? Lala risih karena gak gitu kenal sama mereka.”Aku tersenyum menanggapi putriku sayang. Kuputar otak agar bisa memberikan pemahaman kepada dirinya yang mulai dewasa.“Itu tandanya anak Mama menarik perhatian orang lain. Tapi ingat ya, Nak! Kamu nggak boleh terlalu dekat dengan laki-laki yang bukan mahram,” jelasku.“Bukan mahram itu apa, Ma?” tanya Lala kritis. Dia memang pintar, selalu menanyakan hal-hal yang dia tak tahu. Dan aku sebagai orang tuanya harus bisa memberikan penjelasan yang masuk akal juga.“Tergantung konteksnya, Sayang. Bukan mahram adalah orang yang haram untuk disentuh, atau tidak boleh bersentuhan. Bisa jadi bukan mahram adalah apabila bersentuhan bisa membatalkan wudhu, bisa juga bukan mahram artinya haram untuk dinikahi

  • Keluarga Beracun    Bab 80 Extra Part1

    “Dan, Ibu sudah lelah! Harus mengurusmu yang sedang sakit dengan penuh kekurangan. Bahkan untuk makan sehari-hari aja kita kesulitan. Sedangkan lihat Rara dan suami barunya?” Ibu menunjuk aku dan Alex.“Hidupnya penuh dengan kebahagiaan. Bahkan sekarang dia memiliki anak yang lucu. Kamar pun mendapat fasilitas yang kelas satu. Bukankah ini tidak adil untuk kita, Dan?” Ibu kembali menangis.“Kita untuk makan aja susah, rumah sempit, tak punya uang, saudaramu masih di penjara. Dan yang lebih penting, Ibu sudah tak bisa lagi belanja-belanja seperti dulu. Ibu sudah bosan, Dan! Ibu sudahlelah!”“Nia juga sampai sekarang seperti orang gila! Kerjanya hanya diam dirumah. Kadang tertawa dan kadang menangis. Ibu benar-benar tidak kuat lagi, Dan!” Ibu kembali menangis.Aku tak tahu sama sekali kalau Ibu mertuaku mengalami hal ini. Lalu kemana Anggita? Kenapa Ibu tidak membicarakan soal menantu tersayangnya itu?“Sudahlah, Bu. Harus kita syukuri, kita masih hidup. Maafkan aku Cuma bisa jadi beba

  • Keluarga Beracun    Bab 79

    Dua tahun kemudian ...Perutku semakin membesar karena HPL tinggal dua Minggu lagi. Saat hamil besar begini, gerakanku menjadi terbatas bahkan untuk memakai sepatu pun aku kesulitan. Tapi aku menikmati kehamilan ini.“Mas, perutku sakit sekali, sepertinya aku akan melahirkan,” erangku sambil memegang perut yangsudah membesar.Setelah menikah, memang aku memanggil Alex dengan sebutan Mas, untuk lebih menghormatinya sebagai suamiku meskipun awalnya kelihatan aneh aku memanggilnya Mas Alex.“Bukan kontraksi palsu lagi ya? Sudah benar-benar tidak kuat lagi?” tanya Alex panik dan mulaimencari tas baby kami tapi dia belum menemukannya.“Tenanglah, Mas. Tidak usah panik. Ambil tasnya di dekat lemari itu, lalu bantu aku berganti baju,kita ke rumah sakit sekarang,” ujarku perlahan sambil menahan sakitnya kontraksi.Untunglah meskipun di desa, tapi fasilitas kesehatan tidak terlalu jauh, hanya satu jam perjalanan sudah sampai di rumah sakit. Penanganannya juga bagus, tak kalah seperti rumah

DMCA.com Protection Status