Share

7. Bukan Ayah dan Putri

Author: See Sha
last update Last Updated: 2024-01-24 11:47:06

Olive menatap wajah Danan dengan perasaan campur aduk antara kesal juga gemas. Danan semakin tenggelam dalam diamnya, setelah bertemu dengan Shanas. Dalam hatinya, Olive terus mengutuk munculnya Shanas di restoran tadi. Dari sekian banyak restoran di Jakarta, bisa-bisanya adik beda darah itu ada di sana.

Mobil meluncur ke arah apartemen Olive, bukan kembali ke kantor Danan dulu. Gedung apartemen mulai terlihat puncaknya dan Olive mulai tidak nyaman. Ada perasaannya yang mengatakan kalau hubungannya dengan Danan tidak akan berlanjut lagi. Dirinya akan kesulitan bertemu dengan Danan lagi, mengingat tadi ibu angkatnya sudah menelepon dan mengabarkan akan pulang.

Akhirnya mobil berhenti di pelataran depan lobi apartemen. Olive langsung merangkul erat lengan Danan.

"Papa anter aku ke atas, 'kan?" tanya Olive dengan sikap manjanya.

"Papa harus kembali ke kantor. Kan kamu dengar sendiri, Papa mau ada meeting lagi."

"Tapi, biasanya kan Papa selalu antar aku ke atas."

"Ya, tapi ini Papa buru-buru," ucap serius Danan. Ada sedikit kesal dengan sikap manja Olive,

"Ya, udah, aku ikut Papa ke kantor." Olive merajuk layaknya anak kecil. Dia memeluk erat lengan Danan ke dadanya.

"Jangan beginilah, Live." Danan mencoba melepaskan tangannya dari Olive.

Itu justru membuat Olive semakin nekat. Tubuhnya semakin condong ke Danan. Sikapnya sebenarnya bahkan seperti seorang kekasih yang bermanja-manja ketimbang seorang anak gadis pada ayahnya. Danan melirik ke arah sopir pribadinya yang diam mematung. Dalam hatinya penasaran tentang apa yang dipikirkan sopirnya.

"Ya, udah ayo, Papa antar kamu sampai depan apartemen."

Danan memutuskan tidak berdebat. Dia khawatir kalau Olive akan semakin nekat. Gadis yang sudha dia asuh dari bayi, memiliki watak yang sangat keras kepala dan penuntut ulung.

Mendengar itu, Olive bersorak senang. Danan memerintahkan sopirnya untuk parkir dan menunggu, sedangkan dia mengantar Olive.

Selama jalan sampai masuk lift, Danan tidak bicara sama sekali. Bahkan pertanyaan Olive, diabaikannya. Pikiran Danan berkecamuk dengan berbagai hal. Terutama tentang kesalahan yang sudah dia perbuat terhadap Olive. Gadis yang sudah dia rawat dari bayi merah.

Jauh di dalam hatinya, Danan menanggung rasa bersalah yang sangat besar. Namun, jauh di dalam pikirannya, Danan menumpuk pertanyaan tentang alasannya bisa jatuh dalam perbuatan nista itu.

"Mau sampai kapan Papa diamkan aku begini?"

Olive bertanya sembari menyentakkan tangannya yang tadi merangkul lengan Danan, dan itu berhasil menyadarkan Danan yang setengah melamun. Pria itu baru menyadari kalau sudah ada di depan pintu apartemen putri angkatnya.

"Ya, udah. Papa pulang dulu ya," pamit Danan tanpa ada niatan merespon pertanyaan Olive.

"Papa belum jawab pertanyaanku," tuntut Olive.

 "Apa yang mau dijawab sih, Live," keluh Danan. Sikapnya justru semakin membuat kekesalan Olive meradang.

"Papa, kok jadi gini ke aku? Kasar!"

"Maafkan, Papa." Permintaan maaf yang sebenarnya tidak terlalu tulus keluar dari dalam hati. Danan melakukannya ahanya agar tidak ada keributan lebih lama.

"Papa berubah dingin ke aku setelah Mama nelpon. Kenapa?"

"Gak kenapa-napa. Papa harus meeting, papa kembali ke kantor dulu, ya."

"Papa juga gak manggil aku 'Sayang'," protes Olive.

"Papa ke kantor dulu ya, Sayang." Danan memaksakan senyumnya.

"Papa juga tidak emmelukku. Papa juga tidak mencium keningku."

Danan menghela napas panjang dan menunduk lesu. Tuntutan yang sederhana tapi terlalu berat bagi Danan untuk memenuhinya.

"Kenapa, Pa? Kenapa Papa berubah?"

Danan tidak bisa menjawab apa-apa. Sekali lagi dia menghela napas. Kekalutannya membuat Danan lupa untuk menahan diri agar tidak masuk ke dalam apartemen Olive. Pria tinggi itu justru melangkah masuk sampai ke ruang utama yang sekaligus ruang santai.

Danan berbalik dengan putus asa. Menatap Olive yang melenggang santai masuk menyusul Danan.

"Olive, mari kita kembali seperti semula," ucap Danan.

"Maksud Papa?" tanya Olive yang tak melepaskan mata tajamnya dari wajah Danan. Kini dia sudah berdiri tepat di hadapan Danan dengan jarak yang sangat tipis.

"Tentang hubungan kita. Aku, papamu, dan kamu, adalah putri sulungku."

Alis mata kiri Olive sedikit naik, membentuk lengkungan sabit yang justru menakutkan bagi Danan. Tanpa perlu kata-kata, Danan bisa menyimpulkan kalau Olive tidak bisa menerima pernyataan darinya. Jantung Danan berdegup sangat keras. Itu membuat dirinya lemah.

"Masih adakah pilar hubungan antara ayah dan anak untuk kita berdua, setelah apa yang terjadi tadi malam, Pa?"

Sangat kalem Olive bertanya. Tapi di setiap kata yang keluar, mengandung intonasi yang dalam, yang mengaduk kenangan di kepala Danan.

"Masih bisakah Papa melihatku sebagai si putri sulung, setelah Papa menindih tubuhku dan menikmatinya sampai puas?"

Olive maju selangkah. Tangan kanannya merabai dada Danan dengan lembut. Olive sedikit mendongak, memaparkan bibirnya yang setengah dia jilati sendiri agar terlihat basah.

"Apakah ciuman dan cumbuan semalam adalah hal wajar dalah hubungan ayah dan anak?"

Kini tubuh Olive sangat rapat dengan tubuh Danan. Tangan kiri gadis itu terulur ke pipi Danan, merayap sampai ke telinga, dan merabai lembut area di belakang telinga Danan.

"Tubuh kita menempel, lidah kita saling memagut, ciuman kita saling ...."

Saat Olive menjijit, saat itu bagian normal dari diri Danan, menjingkat mundur. Danan melepaskan kedua tangan Olive yang semakin liar bergerak di tubuh Danan. Hal yang hampir mengoyak pertahanan Danan  kedua kalinya.

"Cukup, Olive! Cukup! Papa mohon," ucap kalut Danan.

Pria itu bergerak gelisah, mundur menjauhi Olive. Tangan kanannya mengusap wajah, yang kemudian mengusap kepalanya sendiri, yang akhirnya menjambak rambutnya sendiri dengan gemas.

"Aku tidak bisa begini, Olive."

Olive tercekat karena pertama kalinya Danan membahasakan diri dengan 'aku'. Bagi Olive, itu seperti Danan sednag membangun bentengnya, menjauhi Olive, atau bahkan tidak membiarkan Olive menjadi bagian dari hidup Danan lagi.

"Kita ini ayah dan anak. Tidak peduli kita ini tidak sedarah, tetap di mata banyak orang, kita adalah ayah dan anak. Sulit buatku mengubah status kita menjadi sesuatu yang ... yang ... lebih intim. Itu terlalu berat sekaligus terlalu rumit.," jelas Danan dengan emosi yang menggebu.

Olive menghambur dan langsung memeluk erat Danan. Mendengar ucapan Danan, hati Olive hancur sekaligus takut kehilangan. Olive tidak mau itu.

"Kita bukan ayah dan anak. Kita adalah dua orang yang berbeda. Dan kita saling mencintai."

Olive menangkup wajah Danan dengan kedua jemari tangannya yang lentik dan dingin. Untuk sesaat, Danan merasakan kesejukan dari dinginnya tangan Olive.

"Kita sudah membuktikan cinta kita semalam, Papa."

Olive yang mendongak, menarik turun kepala Danan. Pria itu begitu pasrah. Ada keinginan kuat untuk menjamah bibir Olive lagi. Ketika bibir keduanya saling bersentuhan, tiba-tiba terdengar bunyi denting lift di depan pintu apartemen.

Pintu apartemen terbuka dengan cepat, secepat Olive dan Danan yang saling melepaskan diri. Keduanya menatap ke arah pintu dengan wajah pucat, tercekat.

Rasyid ada di sana.

***

Related chapters

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   8. Memujamu Itu Menjijikan

    Saat akan memasuki parkir khusus penghuni apartemen, Rasyid tercekat melihat adanya mobil yang dia kenal, sedang berputar untuk mendapatkan parkiran. Melihat itu, rasa penasaran membuat Rasyid tidak jadi parkir di dalam. Dia justru parkir di luar, yang diperuntukan bagi tamu. Dengan sengaja Rasyid parkir di dekat mobil sedan hitam yang dia kenali.Saat melihat seorang pria keluar dari dalam mobil, Rasyid pun bergegas keluar dari mobilnya, dan menghampiri pria berkemeja hitam, yang berjalan menuju lobi apartemen."Pak Gatot!" sapa Rasyid yang langsung mendapat sambutan senyum cemerlang dari pria berkumis lebat itu."Mas Rasyid. Mau ke tempat Mbak Olive, ya?" tanya Gatot ramah."Iya. Pak Gatot ini mau jemput Olive apa bagaimana?" pancing Rasyid."O, itu tadi ngantar Mbak Olive.""Maksudnya?""Tadi Mbak Olive kan ke kantornya Bapak, terus makan siang bareng. Ini lagi nganter Mbak Olive pulang.""Sama Om Danan ke atas?" tanya Rasyid hati-hati."Iya, Mas. Diantar Bapak."Rasyid mengangguk-

    Last Updated : 2024-01-24
  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   9. Menguping

    Nadia baru kembali dari pekerjaannya mengaudit keuangan anak perusahaan tempatnya bekerja. Pekerjaan yang berat dan sebenarnya Danan sudah berulang kali meminta Nadia untuk berhneti, secara Danan sendiri memiliki perusahaan yang cukup besar. Danan bahkan menawari Nadia untuk menjadi CMO di perusahaannya.Namun, Nadia selalu menolak. Sebagai seorang yang idealis, Nadia ingin menjadi pribadi yang mandiri. Lagi pula, bekerja dengan orang lain, jauh lebih sehat karena minim konflik dengan keluarga.Sebenarnya, seharian bekerja ini, perasaan Nadia buruk. Pikirannya kalut ke mana-mana. Ada syak wasangka yang diam-diam sedang mengganggunya sepanjang hari.Di kamar hotel, Nadia tidak langsung mandi ataupun memesan makan malam. Dia langsung mencoba menelepon Danan, suaminya. Tak lama keningnya berkerut, saat membaca informasi yang tertera di aplikasi menelepon WA. Itu memanggil.Hanya ada tiga kemungkinan. Ponsel mati, ada gangguan jaringan, atau sedang ada di saluran panggilan lain. Nadia men

    Last Updated : 2024-01-26
  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   10. Tidak Dibiarkan Pergi

    Setelah Danan masuk, Shanas bergegas masuk melalui sisi bangunan rumah yang lain. Dia tidak mungkin kembali masuk ke kamarnya, tapi Shanas bisa berada di dapur, dan pura-pura sedang membuat susu cokelat panas. Gadis itu yakin kalau ayahnya akan mencari dirinya, setelah tahu Shanas tidak ada di dalam kamar.Seperti yang sudah diduga, tak berselang lama, Danan menemukan Shanas di dapur sedang menuangkan susu cokelatnya ke gelas."Lah, ada di sini. Papa cari-cari ke mana-mana," ucap Danan dengan wajah sumringah. Pria itu melangkah cepat mendekati Shanas."Susu cokelat? Katanya mau diet." Danan mengingatkan putrinya, perihal program sehat Shanas."Aku gak bisa tidur, Pa," ucap Shanas sembari mengaduk susu cokelat panasnya."Kenapa? Ada yang dipikirin? Atau tugas kuliahnya berat?"Shanas menggeleng lemah. Wajahnya dia buat sendu."Sepi aja gak ada Mama." Shanas menatap ayahnya dengan tatapan memelas. "Papa mau pergi?"Pertanyaan tiba-tiba dari sang putri membuat Danan gelagapan. Ada kebimb

    Last Updated : 2024-01-27
  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   11. Dia Datang ke Kamar

    Pintu kamar Danan terbuka perlahan-lahan. Sepasang kaki jenjang dengan kulit yang begitu putih, melangkah masuk dengan sangat perlahan. Pahanya yang mulus, terpapar jelas karena dia mengenakan celana yang terlalu pendek. Tapi, sepertinya dia tidak keberatan dengan itu, meskipun pendingin ruangan menyala dengan suhu yang sangat dingin.Sampai di tepi tempat tidur, langkah kaki itu berhenti, diam. Dia mengamati Danan yang tidur telentang, terlihat sangat lelap juga damai. Dia pun duduk perlahan di bagian kosong, di sisi Danan.Olive diam bergeming, menatap Danan dengan tatapan antara kesal tapi juga rindu. Gadis itu teringat tentang telepon terakhir Danan kepadanya.***Malam sebelum pagi iniOlive tersenyum sumringah karena acara memasak sederhananya sudah selesai. Gadis itu hanya memasak spagheti, tapi itu dengan segenap hati. Olive pergi ke kamar menyiapkan diri. Gaun tidur menerawang yang jatuh di tubuh, membentuk lekukan erotis sesuai harapan. Olive juga menyemprotkan parfum dengan

    Last Updated : 2024-01-29
  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   12. Seperti Kepergok

    Suara lenguhan pendek yang keluar dari bibir Danan dan suara memekik lemah dari Olive, menjadi tanda kalau permain bercinta keduanya sudah mencapai puncaknya. Pelepasan atas hasrat masing-masing sudah tersalurkan. Tubuh keduanya lembab dan berkeringat.Danan yang berada di atas tubuh Olive, perlahan melepaskan diri dan bergeser rebah di sebelah Olive. Sedangkan Olive, merentangkan tangan kanan Danan, baru kemudian menyelusup masuk ke dada Danan yang bergerak naik turun dengan ritme cepat. Danan pun otomatis merangkul Olive, serta membelai lembut lengan Olive.Masing-masing masih menikmati sisa-sisa romantisme yang menggelora, sembari mengatur napas agar kembali normal. Tidak ada yang bicara. Hanya belaian-belaian sebagai bentuk kasih sayang."Papa keluar dulu, ya. Liat keadaan. Kalau Papa telpon kamu, baru kamunya keluar," ucap Danan, dengan tubuh yang menggeliat, bersiap untuk bangun.Tapi, Olive menahannya. Gadis itu justru memeluk erat Danan."Sebentar. Aku masih kangen," ucap manj

    Last Updated : 2024-01-30
  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   13. Rasyid Bertemu Shanas

    Rasyid memegang setirnya dengan kedua tangan mencengkeram kuat. Wajahnya terlihat kaku dan marah. Tatapannya lurus, juga fokus terhadapa padatnya lalu lintas di siang hari. Sesekali dia menekan bel mobil dengan kuat, agar dia mendapat akses jalan."Itu serius?" tanya Teguh dari seberang telepon. Agar nyaman dan aman menyetir, Rasyid menggunakan TWS atau sambungan nirkabel ke telinga."Serius! Memang perempuan brengsek! Gak ada otak!" Rasyid semakin gemas meremas setir mobilnya."Bisa-biasanya dia mengganti kunci pin apartemen dan sekaligus memblokir kunci kartuku ke manajemen apartemen. Kan setan!" lanjut Rasyid."Wah, kalau gitu, dia memang sudah terniat buat mendepakmu.""Aku gak peduli! Masalahnya, itu kan juga masih apartemenku. Ditambah, barang-barangku juga masih di sana dan mobilku masih juga ada di garasi sana. Thats teh problem! Aku mau ambil itu semua dan termasuk apartemen. Kalau dia mau ambil, ya dia harus bayar setengahnya saat pembelian," ucap Rasyid."Ya, udah, ke tempa

    Last Updated : 2024-02-01
  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   14. Jadi Pengacaraku

    Rasyid jadi tidak selera makan. Cara bicara Shanas yang datar dan terkesan tidak peduli, sedikitnya membuat Rasyid menjadi gemas. Ini juga seperti usaha Rasyid sia-sia. Dia yang tadinya mengira kalau Shanas bisa membantunya, ternyata kosong. Malah gadis itu terlihat menikmati makanannya.Rasyid menyandarkan tubuhnya, menatap lekat gadis yang kecantikannya sangat berbeda dengan Olive. Sejak kenal dengan keluarga Olive, diam-diam Rasyid menaruh pertanyaan untuk dirinya sendiri, ini tentang perbedaan mencolok antara Olive dan Shanas, atau bahkan Olive dan kedua orang tuanya. Rasyid tidak berani menanyakan, karena dia berpikir bahwa adalah mungkin saja jika dalam satu keluarga, ada satu yang berbeda.Shanas memiliki kecantikan yang natrural. Alisnya tebal, dan melengkung dengan benar, hingga sepertinya itu tidak perlu lagi ditambah dengan penebal dan pembentukan dari pensil alis. Hidungnya mancing dan sedikit bangir. Bibirnya kecil, sedikit bulat, seperti seorang yang cemberut.'Itu mengg

    Last Updated : 2024-02-19
  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   15. Manipulatif 1

    Setelahnya Danan tidak banyak bicara lagi, begitu juga Nadia. Masing-masing memilih diam untuk menenangkan diri sendiri, agar keributan tidak menjadi jauh lebih besar.Dalam diamnya, kepala Danan berputar-putar memikirkan cara untuk memebritahukan ke Nadia, perihal kepulangan Olive dan niatan gadis itu untuk kembali tinggal di rumah ketimbang di apartemennya. Danan khawatir kalau itu akan kembali membuat ricuh di antara dirinya dan istrinya.Tapi, jarak ke rumah sudah hampir dekat. Danan tetap tidak menemukan cara dan tidak mendapatkan waktu yang tepat untuk menyampaikan ke Nadia. Akhirnya Danan pasrah. Lebih baik ribut di luar drai pada di rumah, yang bisa dilihat orang-orang di rumah, terutama pembantu dan satpam."Ma..., Olive pulang ke rumah."Seperti yang sudah diduga, Nadia menarik napasnya dengan dramatis, hingga terdengar suara seperti tercekik. Dia menoleh cepat dengan kedua mata mendelik lebar."Sejak kapan? Kok, kamu bilang ke aku, Pa? Kenapa gak ada diskusinya sama aku? Ol

    Last Updated : 2024-02-19

Latest chapter

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   20. Keributan di Meja Makan

    Shanas sudah di meja makan lebih awal. Dia adalah seorang yang selalu tepat waktu. Mendului adalah yang terbaik yang Shanas lakukan. Itu menguntungkan baginya, karena dengan begoitu, Shanas bisa mencerna situasinya dan menganalisa kemungkinan.Danan muncul kemudian, tapi tanpa Nadia, karena istrinya itu masih merapikan rambutnya. Danan menyapa putri bungsunya itu, sembari memberikan kecupan ringan di kening. Setelah duduk, kepala Danan celingukan, seperti mencari sesuatu."Kakakmu belum turun?"Shanas menatap heran pada ayahnya dan menaikkan bahu malas."Kak Olive kan di paviliun." Shanas mengingatkan pindahnya kamar Olive."Oh iya..., Papa lupa. Apa dia gak sarapan, ya?" Danan memeriksa jam tangannya dan kini celingukan ke arah belakang rumah yang pintu gesernya sudah dibuka lebar."Udah jam segini, kok belum datang dia? Papa panggil dia dulu, ya." Danan berdiri, hendak pergi ke paviliun."Gak usah, Pa." Suara Nadia yang cukup tegas, membatalkan niat Danan keluar dari kursinya.Nadia

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   19. Janji yang Dilupakan

    Di tempat tidurnya, Danan terlihat gelisah. Danan sendiri tidak sedang benar-benar tidur. Dia duduk bersandar di sandaran tempat tidur, sembari melihat-lihat konten virtual melalui tabletnya. Tapi Danan tidak benar-benar fokus dengan apa pun bentuk konten virtual yang disajikan, pikirannya justru terpecah pada Olive yang ada di paviliunnya dan Nadia yang masih sibuk dengan sisa pekerjaanya di meja kerja.Danan memeriksa ponselnya yang diletakkannya terbalik—bagian layar menghadap ke bawah. Ada pesan lagi masuk dan lagi-lagi itu dari Olive yang tidak sabar.Olive: Pa, ini udah jam satu lebih lima menit.Danan: Mamamu belum tidur.Olive: Papa bohong, kan? Mama gak pernah tidur lewat jam dua belas malam.Danan mengarahkan kamera ponsel pintarnya ke Nadia yang masih fokus dengan laptopnya dan mengirimnya ke Olive.Danan: Percaya? Udahlah kamu tidur aja. Kayaknya mamamu bakal lebih lama lagi kerja.Olive: Aku tetap tunggu Papa.Danan menghela napasnya kasar. Tanpa dia sadari, suara helaan

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   18. Drama Olive 1

    Dengan sengaja Olive mematikan semua lampu, kecuali lampu di teras paviliun dan lampu baca di dalam kamarnya. Dia berjalan mondar-mandir di ruang utama, sembari mengintip keluar beberapa kali melalui jendela. Olive menunggu kemunculan Danan. Gadis itu yakin kalau ayah angkatnya itu akan datang menjemputnya kalau tahu dirinya tidak muncul di ruang makan.Seperti yang sudah diduga, Olive melihat kemunculan Danan yang berjalan cepat dan secepat itu juga Olive berlari masuk ke dalam kamar, naik ke tempat tidur, duduk dengan kaki menekuk dan kedua tangan merangkul kaki. Wajahnya memelas, sikapnya benar-benar seperti seornag gadis kecil yang merajuk.Tak lama terdengar suara Danan yang memanggil nama Olive dari ruang utama paviliun. Keheranan karena lampu belum menyala dan Olive juga tidak menyahut. Setelah menyalakan lampu, juga melihat kalau Olive tidak ada, Danan bergerak cepat menuju ke kamar."Kamu kenapa, Live?" tanya Danan sembari melangkah masuk. Ada nada kesal dari caranya bertanya

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   17. Olive Tidak Muncul di Ruang Makan

    Dengan wajah berseri-seri dan saling berpegangan tangan, Danan dan Nadia masuk ke ruang makan. Bahkan Danan membuat lelucon yang membuat wajah Nadia bersemu merah dan tertawa lebar. Rupanya, Danan sedang menggoda Nadia perihal permainan mereka di hotel tadi siang.Shanas yang melihat kemunculan kedua orang tuanya, diam-diam tersenyum bahagia. Sebenarnya itu bukan pemandangan yang luar biasa, bahkan itu adalah hal biasa jika Danan dan Nadia masuk ruang makan bersamaan sembari bercanda. Tapi, kali ini terasa ebrbeda bagi Shanas yang sudah berprasangka aneh tentang ayahnya dan kakak perempuannya."Lho, mana Olive?" tanya Nadia sembari matanya mencari-cari.Shanas hanya menaik turunkan pundak dengan sikap tidak acuh. Nadia dan Danan duduk pelan-pelan dengan kepala yang masih celingukan."Kamu gak ajak Olive makan bersama?" tanya Nadia ke Shanas."Enggak. Malas," jawab singkat Shanas.Shanas mengernyit heran dan menoleh ke Danan. Tatapan matanya menyiratkan tanya perihal apa yang terjadi a

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   16. Bohong!

    Satu jam sebelum sampai rumah"Beri aku alasan kenapa kamu menolakku?" tanya Rasyid dengan tatapan gelap yang menekan Shanas"Aku masih magang," jawab Shanas."Halah, kamu kira aku bodoh? Kamu sudah lulus PKPA dan lolos ujian UPA. Kamu bahkan lulusan terbaik sekaligus termuda. Saat ini kamu magang cuma untuk mendapatkan izin praktek saja. Tapi teknisnya, kamu bisa menerima klien. Ada yang perlu dikoreksi?" Rasyid tersenyum dengan jumawa. Kedua tangannya dikembangkan seolah menantang Shanas untuk menyanggah apa yang sudah Rasyid ketahui tentang hukum juga tentang Shanas.Diam-diam Shanas kagum dengan pengetahuan Rasyid yang selama ini dia anggap hanyalah lelaki manja kaya-raya dan sedikit bodoh."Aku tidak suka mengurusi perintilan. Apalagi ini hanya perihal asmara biasa. Urus saja sendiri!"Shanas segera bangkit berdiri. Perasaannya tidak nyaman jika terlalu lama dekat dengan Rasyid."Bilang saja kamu takut!"Shanas langsung menghentikan langkahnya yang baru dua tiga jengkal. Dia men

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   15. Manipulatif 1

    Setelahnya Danan tidak banyak bicara lagi, begitu juga Nadia. Masing-masing memilih diam untuk menenangkan diri sendiri, agar keributan tidak menjadi jauh lebih besar.Dalam diamnya, kepala Danan berputar-putar memikirkan cara untuk memebritahukan ke Nadia, perihal kepulangan Olive dan niatan gadis itu untuk kembali tinggal di rumah ketimbang di apartemennya. Danan khawatir kalau itu akan kembali membuat ricuh di antara dirinya dan istrinya.Tapi, jarak ke rumah sudah hampir dekat. Danan tetap tidak menemukan cara dan tidak mendapatkan waktu yang tepat untuk menyampaikan ke Nadia. Akhirnya Danan pasrah. Lebih baik ribut di luar drai pada di rumah, yang bisa dilihat orang-orang di rumah, terutama pembantu dan satpam."Ma..., Olive pulang ke rumah."Seperti yang sudah diduga, Nadia menarik napasnya dengan dramatis, hingga terdengar suara seperti tercekik. Dia menoleh cepat dengan kedua mata mendelik lebar."Sejak kapan? Kok, kamu bilang ke aku, Pa? Kenapa gak ada diskusinya sama aku? Ol

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   14. Jadi Pengacaraku

    Rasyid jadi tidak selera makan. Cara bicara Shanas yang datar dan terkesan tidak peduli, sedikitnya membuat Rasyid menjadi gemas. Ini juga seperti usaha Rasyid sia-sia. Dia yang tadinya mengira kalau Shanas bisa membantunya, ternyata kosong. Malah gadis itu terlihat menikmati makanannya.Rasyid menyandarkan tubuhnya, menatap lekat gadis yang kecantikannya sangat berbeda dengan Olive. Sejak kenal dengan keluarga Olive, diam-diam Rasyid menaruh pertanyaan untuk dirinya sendiri, ini tentang perbedaan mencolok antara Olive dan Shanas, atau bahkan Olive dan kedua orang tuanya. Rasyid tidak berani menanyakan, karena dia berpikir bahwa adalah mungkin saja jika dalam satu keluarga, ada satu yang berbeda.Shanas memiliki kecantikan yang natrural. Alisnya tebal, dan melengkung dengan benar, hingga sepertinya itu tidak perlu lagi ditambah dengan penebal dan pembentukan dari pensil alis. Hidungnya mancing dan sedikit bangir. Bibirnya kecil, sedikit bulat, seperti seorang yang cemberut.'Itu mengg

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   13. Rasyid Bertemu Shanas

    Rasyid memegang setirnya dengan kedua tangan mencengkeram kuat. Wajahnya terlihat kaku dan marah. Tatapannya lurus, juga fokus terhadapa padatnya lalu lintas di siang hari. Sesekali dia menekan bel mobil dengan kuat, agar dia mendapat akses jalan."Itu serius?" tanya Teguh dari seberang telepon. Agar nyaman dan aman menyetir, Rasyid menggunakan TWS atau sambungan nirkabel ke telinga."Serius! Memang perempuan brengsek! Gak ada otak!" Rasyid semakin gemas meremas setir mobilnya."Bisa-biasanya dia mengganti kunci pin apartemen dan sekaligus memblokir kunci kartuku ke manajemen apartemen. Kan setan!" lanjut Rasyid."Wah, kalau gitu, dia memang sudah terniat buat mendepakmu.""Aku gak peduli! Masalahnya, itu kan juga masih apartemenku. Ditambah, barang-barangku juga masih di sana dan mobilku masih juga ada di garasi sana. Thats teh problem! Aku mau ambil itu semua dan termasuk apartemen. Kalau dia mau ambil, ya dia harus bayar setengahnya saat pembelian," ucap Rasyid."Ya, udah, ke tempa

  • Kelakuan Gila Kakak Angkatku   12. Seperti Kepergok

    Suara lenguhan pendek yang keluar dari bibir Danan dan suara memekik lemah dari Olive, menjadi tanda kalau permain bercinta keduanya sudah mencapai puncaknya. Pelepasan atas hasrat masing-masing sudah tersalurkan. Tubuh keduanya lembab dan berkeringat.Danan yang berada di atas tubuh Olive, perlahan melepaskan diri dan bergeser rebah di sebelah Olive. Sedangkan Olive, merentangkan tangan kanan Danan, baru kemudian menyelusup masuk ke dada Danan yang bergerak naik turun dengan ritme cepat. Danan pun otomatis merangkul Olive, serta membelai lembut lengan Olive.Masing-masing masih menikmati sisa-sisa romantisme yang menggelora, sembari mengatur napas agar kembali normal. Tidak ada yang bicara. Hanya belaian-belaian sebagai bentuk kasih sayang."Papa keluar dulu, ya. Liat keadaan. Kalau Papa telpon kamu, baru kamunya keluar," ucap Danan, dengan tubuh yang menggeliat, bersiap untuk bangun.Tapi, Olive menahannya. Gadis itu justru memeluk erat Danan."Sebentar. Aku masih kangen," ucap manj

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status