Kuda-kuda. Membuka lebar kaki, mengunci perut. Bagian telapak tangan menghadap ke depan.
“Hak!”
Kosong! Hanya angin lalu, mencoba sekali lagi. Siapa tahu kekuatan spiritual keluar mengalir. Bulu di jarak 1 meter, terus memburu diri. Mencoba sampai bisa!
“Hak!”
"Hak!"
“Hak monyet!”
Tiga kali melakukan hal sama, hasilnya nihil, tidak keluar apapun. Serbuan bulu semakin dekat dan dekat, “Sial,
Dobrakan datang dari luar, terdengar banyak detak langkah. “Xiao li, sampai kapan kau menghindariku,” semburan Lu nian. Beserta Lu an ran, menemani melabrak, tidak lupa membawa dayang.---‘Sial, mereka datang, bagaimana ini?” Menggerutu, berada di cincin ruang, lagi tegang-tegangnya menyalurkan kekuatan spiritual. Tangan lurus ke depan, dua telapak tangan mengeluarkan cahaya hitam menyerupai api. Berkumpul di udara, bergerak meliuk-liuk.“Cepat tarik ke dalam, kalau tidak dilakukan, semua kekuatan yang dikumpulkan. Meledak ke udara dan tidak bisa di simpan,” himbau Xia yu. Mengetahui Li xiao bisa mengelola kekuatan spiritual, harus dimasukkan
Para dayang yang memangguk dan mengiyakan."Mana mungkin Xiao er ku, menerima ajaran sesat. Dia keluar saja tidak pernah, mendapat ajaran dari mana?" sela Xiao meng."Betul, tapi saksi di sini lebih banyak, Kakek percaya kita atau dia yang tidak memiliki saksi dan bukti," memojokan. Lu nian memang belum dewasa, sangat jelas terlihat antusiasme sekali."Matamu! Kakek, jangan percaya mereka, jelas mereka satu visi dan misi. Kalau A ya A, kalau B ya B, aku sendiri dan diriku sendiri menjadi bukti dan saksi. Aku tidak berbuat apa, cuma lagi ngaca terus mereka menyerangku. Sampai kacaku retak, ini." Menunjukan, memegang sebuah cermin kecil, tidak ada yang aneh.
Pasar, membeli beberapa baju yang bagus, “Woah, begitu bagus dan mewah. Saatnya shopping, hahaha. Kakekku, tidak ada duanya,” jelalatan melihat banyak kain kelas atas. Memasuki toko, cukup terkenal di pasar. Namun, ada yang aneh, banyak orang memperhatikan. Setelah itu, mereka berbisik dan menjauh.“Aku mau warna merah, dalamnya putih dan ujungnya hitam. Berapapun harganya, kubayar!” Memesan satu set, pakaian yang dikenakan hari-hari bukan gayanya. Terlalu norak dan biasa, mengubah seluruh penampilan. Memberikan segepok uang, dilayani penuh hormat dan kesopanan.Jiu feng datang, buru-buru memberi tahu apa yang terjadi. “Master, cepat kita pergi b
"It-itu, orang it--itu. Dia yang melakukan," menarik tangan. Selagi Guo lin melirik ke belakang, waktunya kabur! Menyelamatkan diri."Dia!" Bergegas ke dalam pintu, berjongkok depan Yuan shen. "Pangeran, ternyata yang membuat onar adalah pria kecil itu. Akhirnya kita menemukan dia, dari hari-hari yang sulit!" girang Guo lin, bak mendapat mangsa siap melahap. Manik membulat, darah berdesir gembira.Yuan shen bergerak sedikit, "Tangkap dia!" memerintahkan. Dia begitu kecil, kemampuan bertarung tidak akan kalah pada pengawal. Tubuh Guo lin, 5 kali lipat lebih besar, tetap memperingati. "Hati-hati, dia pengguna racun, kita tidak tahu seberapa bahaya racun yang dibawa." Tenang, menunggu hasil. Pasti didapatkan, menganggap menangkap tiku
Bawah, memegangi bokong terasa dingin. Merasakan kulit bergesekan pada tangan, pupil melesat memikirkan hal itu. Mengusap lagi, segera melilit badan belakang dan lari ke toko kain sebelah.---"Haha, itu bolong!" Xia yu, menonton dari kedai teh seberang. Sebelum pria itu mengeluarkan serangan. Mundur, tahu dia pria kuat. Li xiao diserang habis-habisan, sampai kain di bokong koyak. Untung, ujung kain bawah panjang. Bisa melilit bokong dan lari ke toko kain."Jangan lari, tapi-- apa mataku salah lihat? Kulitnya itu--" Rona merah terbesit di kedua bola pipi. Menggeleng, ini pemikiran kotor. "Hah, aku masih pria normal!" Berusaha bangkit, banteng hitam datang. "Tuan, cepat nai
Mengisutkan kelopak, tertunduk dan melirik kiri. Di depan, seorang gadis tidur di bak, tulang selangka berkelip di guguran mawar merah. Memejamkan mata. Perlahan membuka, rasa sopan masih tertanam. Namun, sosok yang memejam, dibalut bunga. Cukup kontras berpadu pada kulitnya. Meski, dia tidak terlalu putih, tetap saja--- itu memprovokasi naluri dalam tubuh. Mengintip, banteng melangkah lebih dalam.Tepat, saat banteng berada di depan bak mandi, Li xiao membuka mata. “Aghhhh!” berteriak histeris, mengalahkan ledakan ban. Tecuat ke seluruh ruangan, menenggelamkan diri. Melindungi tubuh telanjang, banteng terus menghampiri.“Pergi!” sentak Guo lin.
Setelah menerima kekuatan Yuan shen. Malah berteriak, gigi digertakan, tetap saja suara keras menerobos keluar. “Agh, Aah!” Kembali mengunci mulut, kelopak mata mengkerut. Kedua tangan dikepalkan, gigi saling mengatup, memblokir suara.Reaksinya begitu aneh!Yuan shen, mencoba lagi naik turun, pengawal mengulangi reaksi yang sama. Segera menarik jari, melempar kekuatan spiritual. Dengan begitu, Guo lin membuka mulut, terengah-engah. Sekuat tenaga menyetop suara, malu didengar. Keringat membanjiri jidat dan pipi. Mengalir deras ke dagu dan leher.“Ada apa?” Menatap kedua tangan, apa salah mentransfer kekuatan? Tidak mungkin, Guo lin sebagai pengawal pribad
Dua orang yang menyayangi di rumah ini. Memelankan larian, “Ma--Ibu, Kakek, ada apa?” pandangan menurun, berpikir apa mereka telah lama berada di kamar?“Xiao er, kamu dari mana? Lupakan, besok kamu bisa ikut ke istana.” Meraih tangannya, mendudukan di ranjang. ‘Ke istana? Boleh juga, pasti ada makanan enak dan barang yang bagus, heheh,’ otaknya menjalar.“Kamu ikut bersama Kakek, bila ayahmu tidak mau mengajak.” Mendapat dukungan, Xiao meng menganggukan kepala. Tangan mengelus rambut Li xiao. Aneh, kulitnya lembut, berseri dan putih. Inilah wajah alami putrinya, dulu sering memakai riasan tebal. Pernah memberi tahu, agar tidak perlu berdandan seperti itu. Tidak dand
Jiang Zu, “Tepat! Nona Keempat jatuh, tapi tidak menyentuh tanah.” Berdiri, turun ke lapangan. Menegaskan, “Apa aku salah lihat, Pengawas Wang?” Seolah darah naik ke permukaan wajah Pengawas Wang, mengatur napas. “Tidak-tidak, saya tidak berani, tapi ini … ini… pertama kali ada hal seperti ini.” Meskipun mata duitan, tetap sadar dalam situasi ini. “Saya takut ada kesalahan, Pangeran Ketujuh ka–”“Pengawas Wang terlalu kaku, kau sendiri yang bicara, peraturan ‘kan emang perlu dilanggar.” “Tidak perlu di tanyakan, dia tidak menyentuh tanah! Sudah jelas, dia menang!” cetusan kata dari Pangeran Kedelapan.Semua orang diam, menerima apa yang terjadi, ‘Apa yang menarik darinya? Semua orang membela!’ batin Pengawas Wang. Tawa terpaksa keluar, “Hahaha, benar juga perkataan para Pangeran, dia,” melirik Li xiao, alis meninggi, sesaat menurun menahan amarah, “Menang.” Bola mata Ming yi mendelik, meraih lengan Pengawas Wang. “Apa?!” Menghentakkan tangan, meski suka uang, mendapat situasi pa
Anak jarum, melempar! Bagi Ming yi, ini bukan apa-apa. “Kau pikir aku buta!” Menangkis!Li xiao mundur, ‘Dia jeli juga, kalau ini?!’ Mengeluarkan jarum dari dua tangan. Melempar satu-satu, mengelilingi udara.Hak! Serbuan anak jarum menghujani Ming yi, bukan hanya dua jurus. Seluruh jurus Li xiao hampir keluar. Semua ini tidak berarti, tersenyum. “Cukup sudah main-mainnya.” Mengeluarkan pedang, di simpan di balik punggung. Mata memicik, sudut mulut kiri meninggi. “Hak!”Serangan begitu cepat, Li xiao tidak bisa menghindar. Gaun hanfu hitam merah tersobek, bagian lengan kiri menimbulkan darah. Merunduk, bertumpu dua kaki. “Aku pasti membalaskan semua yang kuterima! Walau ‘tak sepenuhnya, kupastikan kau mengingat ini!” Meremas jari, menyeka keringat. Tangan menyobek ujung hanfu, membalut luka. Penonton memperhatikan semua gerak-gerik mereka di arena. “Wah lihat itu, adiknya tidak segan-segan di sembelih!”“Untung bisa menghindar kalau tidak, lehernya melayang!”Mulai berbincang, samb
Li xiao dengan Ming yi.Seluruh penonton bergejolak mendengar teriakan pengawas Wang.“Huuuh!”Hampir semua penghuni balai, menebak Li xiao kalah telak dari Mingyi. Bahkan, senyum cerah adik kelima mengumandang. “Haha, dia bisa buat apa lagi?”Mendadak mendapat bertemu di arena yang sama, Li xiao sedikit curiga. ‘Heh! Memangnya aku takut.’ Menurunkan sikapan, mendekati Ming yi.Seolah dia tahu, siapa pertandingan pertama babak kedua ini. “Cepat bersujud, aku tidak akan memberimu belas kasihan … kalau sudah di atas.” Ming yi menggeleng, dia tidak bisa menang.Tidak terpancing, “Owh! Kau bisa melakukannya sekarang.” Malahan membalikan maksudnya.Para penonton semakin bersemangat, meskipun tahu pasti yang kalah, tapi cukup menghibur juga.Masuk bersamaan, pengawas Wang melempar bendera. Dua mata saling menyahut, tidak terlepas dari tatapan tajam.Ming yi menurunkan tangan kanan, sang hewan kontrak langsung muncul. Mengangkat tangan kanan, kuku panjangnya menyentuh ujung dagu, melirik ke
Seorang pria tinggi, bersama pria bertubuh gempal. Sang pengawas memberi abah-abah, mereka memasuki arena.Para penonton di balai Tàiyáng bersorak meriah, menyambut pertarungan babak pertama. Pengawas Wang melempar bendera kecil, ketika bendera mendarat pertarungan dimulai.Kletak.Dua pemuda melangkah ke depan, secara bersamaan mengeluarkan tinju. Namun, bagi pria tinggi yang memiliki bekas luka di pelipis. Sungguh ancaman besar bagi musuhnya, sangat terlihat jelas.Sang lawan terkapar hanya dengan satu pukulan, penonton bersorak. Pemenangnya sudah diputuskan, perkiraan dia baru menggunakan sepertiga kekuatan. Lawan telah tumbang, Bing bin sedikit bersemangat.Prok-prok!Tepukan tangan penonton. “Wah, benar-benar pemuda hebat! Ini seperti bukan bertarung.” Pengawas Wang memuji, melanjutkan ke pertarungan selanjutnya.Hingga puluhan pemain telah tumbang oleh si pria tinggi, babak pertama tentu dimenangkan olehnya. Detik ini, Bing bin memasuki arena, melawan pria seumurannya. “Lebih b
Pangeran ketujuh, Shen Jiang Zu. Li xiao memicingkan mata. “Ka-kamu.”“Adik, cepat masuk– beri hormat pada Pangeran Ketujuh.” An ran memapah masuk.Jiang Zu menepuk kipas. “Tidak masalah, jangan terlalu formal padaku.” Kedipannya membuat bulu berdiri, mau bagaimanapun dia tetap keluarga kerajaan. Memberi hormat, badan lurus 90 derajat, bangun, segera ke kamar.“Aku telah menunggu begitu lama, maukah kamu membuatkanku secangkir teh?”Li xiao terhenti, melirik ke samping. “Hah?” Kurang mengerti, entah trik apalagi yang digunakan.Ming bai menahan marah, melihat gelagat anaknya, tidak mau menyanjung. Mengusulkan, “Pangeran tunggu.” Bergegas ke putri keempat. “Cepat, layani Pangeran dengan baik.”Apa menjual putrinya? Hanya bisa menggeleng, badan di paksa di dudukan. “Pangeran silakan, kalau kurang sesuatu panggil kami.” Ming Bai membawa sisa anaknya keluar.Hanya berdua.Seolah Li xiao ingin ada badai merobohkan rumah, tidak perlu basa-basi. “Untuk apa kau datang? Jangan harap memaksa
Menarik sekuat tenaga!Menghindar ke kiri, mengangkat tangan, jijik disentuh. “Bedebah, hari ini biar aku yang menghukummu!” Sring!Dua jarum emas turun di ujung kanan jemari mungilnya, memutar sekali lempar!Jarum melesat maju, kecepatannya tidak bisa diimbangi mata si gendut. Menancap dua betisnya. “Aghh!”Merunduk, dua tangan menumpu tubuh, kalau tidak— sudah berguling di tanah. Si hitam mendekat. “Kamu kenapa? Cepat bangun!”“Kakiku, sakit! Gak bisa gerak!” Mengusapi dua kaki di balik hanfu coklat. Temannya mengikuti rabaan tangan gemuk. Mencoba mencari akar permasalahan di kaki.Merasakan ada yang ganjal, “Agh!” Tidak bisa dicabut, terlalu sakit. Jarum emas tertancap sepertiga, panjangnya setelunjuk. “Wanita gila, kau tidak tahu siapa ayahnya?” Tidak peduli! Jangankan ayah si pria gendut seorang wakil biro jasa hukum tingkat 3. Bahkan, anak kaisar pun tidak melepaskan begitu mudah.Menyilangkan tangan, bibir kiri meninggi dengan sedikit senyum. “Owh! Kata terakhirmu?” Li xiao
Seluruh keluarga Lu, siap mengadili kesalahan Li xiao. Meng yi paling antusias, sekaligus kesal mengapa masih selamat? “Kakek, lihat dia,” menunjuk. “Kenapa bisa pulang malam?”Lu San Tu memandang penuh, mencoba memberinya pembelaan. Sebelum bisa, dipotong Lu Nian. “Sudah jelas, melakukan perbuatan ‘tak senonoh!”Sang ibu segera meralat tuduhan, “Tunggu, tanyakan lebih dulu. Xiao er, sini.” Penuh lembut memapah masuk.Semakin Li xiao diam, mereka lebih penasaran. “Lihat, aku diantar siapa?”Bing bin mencemooh, “Kereta? Memang, siapa yang mau menampung wanita sepertimu?” Menggeleng, diikuti senyum meremehkan.Kereta belum menghilang sepenuhnya. “Itu saja tidak tahu, apa harus memberimu mata lagi? Atau, menghilangkan mata itu?” Mendengar ucapannya, serasa umpatan. Menambah kekesalan. “Heh! Palingan, pria hidung belang yang menod—agh!”Plak!Tamparan sopan, “Tutup mulutmu! Lihat baik-baik. Siapa yang punya tandu bersimbol singa emas?” Lu san tu, menekankan lambang kereta. Meskipun jarang
“Awas!” Maju, menghadang. Yushen membalikan kursi— cukup satu untasan tangan, dua pria terjatuh. Li xiao terkesima, entah seberapa kuat pria ini?Terpaku dengan kekuatannya, tapi kekesalan dan kejijikan di hati jauh-jauh-jauhhh lebih besar. Mengenali pria berkulit gandum, hampir … hampir melihat aset paling berharga.“Dasar pria lumpuh! Mau ikut campur saja!” Meremehkan, sesaat bangkit, siap menyerang.Swesssh! Selendang mengelebat cepat.“Akhh!”Sebelum tegap berdiri, teman sampingnya kembali terjatuh. Memegangi leher, menguraikan darah segar. Dua tangan bergetar, tidak mungkin. Rupanya salah mencari mangsa. “Si-si-siapa kamu?” suara terbata-bata. Mundur dua langkah, pupil bergetar ketakutan. Aura Yushen semakin pekat, mengambil pedang di bawah. Tanpa omong, membunuh pria tadi, dia selanjutnya. Memegang pedang, memandang ke depan. Mengingat, begitu jijik! Ingin mencabik-cabik sebelum dibunuh. “Terlalu baik, mengirimmu dengan satu tebasan.” Menyeringai, ain mengutuk, pedang terang
Meremas dada.“Aghh! Berhenti sialan!” teriakan membana.Tidak mau selesai, malah tersenyum lebih genit. Tubuh Li xiao menggigil, mulut merapat, memberi tatapan menajam ke pria berkulit gandum.Ingin memotong tangan kotornya. ‘Sial, tunggu aku lepas. Kuputuskan tangan menjijikanmu!’ kutukan hatinya. Namun apa daya, keluar dari jaring tidak bisa, hingga telapak tangan menghitam gosong. Keringat dingin, mulai menitik ke dahi. Kumis palsunya, terlepas ulah keringat ketakutan, siap mendatangkan masalah besar. Pria gandum, semakin tertawa dan mengulangi lagi. Malahan, menjulurkan kedua tangan berbelulang melepas baju Li xiao. “Haha, kita lihat apa yang ada di sini.” Puih! Meludahi, mata melotot tajam. “Cuih! Kuperingatkan, jangan lakukan hal diluar kemampuanmu!”Menghindar, pria ini semakin marah, meluapkan tamparan sekali.Plak!“Sampah ini, rupanya tidak mau di lembutin? Heh! Lebih suka di kasarin? Baiklah!” Mengusapi air liur di pipi kiri. Memaju, auranya lebih mengintimidasi, dua t