"Maaf saya harus memotong pembicaraan Anda, tapi itu kabar palsu," kata Ryan dengan tegas."Saya bisa memastikan bahwa Aprianto Herlambang masih hidup dan sedang menjalani perawatan di sebuah tempat, yang pastinya dirahasiakan." Ryan menambahkan.Semua anggota Pluto kaget mendengar pernyataan Ryan. Mereka tidak menyangka bahwa kabar tentang kematian Aprianto Herlambang yang mereka terima adalah palsu.Tapi mereka tentunya tidak langsung percaya begitu saja, sebab mereka adalah orang-orang yang sangat teliti untuk menerima informasi."Lalu siapa yang menyebarkan kabar palsu tersebut?" tanya Minerva dengan tatapan tajam - di balik topengnya.Ryan menggelengkan kepalanya. "Saya masih tidak pasti tentang itu, tetapi saya bisa memastikan bahwa ada pihak yang ingin memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan mereka sendiri.""Mungkin ada yang ingin mengambil alih kepemimpinan perusahaan Herlambang," sela salah satu anggota Pluto - membuat asumsi."Iya, mungkin ada yang ingin mengadu domba ant
"Apa maksud Anda, Minerva?" Ryan mencari cara agar bisa mengungkapkan situasi pengkhianatan yang pernah dialaminya."Aku punya misi tersendiri untukmu, Scorpio!" ujar Minerva dengan suara penuh tekanan.Ryan merasakan bahwa situasi ini mulai memanas. Ia berpikir bahwa misi yang dimaksud oleh Minerva pastinya sesuatu yang mendadak dan belum dipersiapkan sebelumnya. Ia harus bisa membuktikan pada Minerva, bahwa ia benar-benar mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan tepat dan cepat. Ia harus merancang rencana yang lebih baik dan lebih efektif agar kisahnya yang lalu tidak diungkit untuk sementara waktu.Setelah beberapa saat berpikir, Ryan akhirnya mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan singkat pada dua asistennya yang siap menunggu instruksi darinya. Pria itu meminta bantuan mereka untuk memperkuat dan mempercepat penyelidikan terhadap kabar palsu yang sedang mencuat, meskipun sebenarnya semuanya hanya sebuah instruksi palsu.Sambil menunggu balasan dari dua asistennya, Ryan teta
Mendengar Ryan mengajukan pertanyaannya, anggota Pluto yang lain mulai merasa curiga. Apalagi setelah melihat tatapannya yang penuh dengan tafsiran yang berbeda, mereka merasa ada yang tidak beres.Tapi Minerva tidak pernah merasa takut. Ia memperhatikan keadaan sekeliling, mencoba melihat situasi anak buahnya. Ia merasa ada ancaman tersembunyi di tempat ini, apalagi jika Ryan sampai bertindak di luar kendali. Dan benar saja, secara tiba-tiba, Ryan dengan cepat mengambil senjatanya dan menodongkan ke arah Minerva."Kalian semua, siapa yang telah berkhianat?" tanya Ryan dengan tegas."Tidak ada yang tahu tentang kejadian di masa lalu, dan kami selalu mengikuti instruksi yang diberikan oleh organisasi ini," jawab salah satu anggota Pluto yang lain.Ryan tersenyum sinis, apalagi keadaan ini telah berbalik. "Baiklah, aku akan membiarkan kalian hidup jika kalian mengaku dan memberi tahu siapa yang telah berkhianat, atau setidaknya kalian membongkar pengkhianatan yang dilakukan untuk menjeba
Minerva dan asistennya saling bertukar pandangan. Mereka tahu bahwa Ryan bukanlah seseorang yang memberikan tawaran tanpa tujuan. Namun, mereka juga tahu bahwa saat ini pilihan mereka tidak memiliki banyak kesempatan karena sudah berada di bawah kekuasaannya Ryan."Aku akan memberitahumu siapa aku sebenarnya, tapi pertama-tama kalian harus memberitahuku segala sesuatu yang kalian ketahui tentang pengkhianatan itu, kecuali jika penghianatan tersebut memang kalian sendiri yang merancangnya." Ryan berkata dengan tegas.Minerva dan asistennya terlihat ragu, namun akhirnya memutuskan untuk memberikan informasi yang mereka miliki. Ini adalah jalan satu-satunya supaya mereka bisa lepas dari ancaman Scorpio yang mematikan."Kami telah menerima instruksi dari orang yang kita kenal sebagai 'Shadow'," ucap asisten Minerva dengan suara parau."Shadow? Aku belum pernah mendengar nama itu sebelumnya," gumam Ryan sambil memiringkan kepalanya untuk berpikir."Kepalaku melayang dan hampir saja aku tak
"Yakin mau melihat siapa aku, Minerva?" tanya Ryan sekali lagi - dengan menyeringai.Sebagai seorang pembunuh bayaran yang handal, Ryan tahu betul bahwa perlu dilakukan persiapan yang matang sebelum melakukan pembunuhan. Apalagi, target kali ini adalah bosnya di organisasi pembunuh bayaran Pluto, yaitu Minerva, yang pastinya sudah mengetahui betul tentang kelemahan dan skill yang dimiliki oleh Ryan. Oleh karena itu, Ryan membutuhkan strategi yang tepat dan mengandalkan ketajaman intuisi yang dimilkiinya untuk membunuh Minerva.Pertama-tama, Ryan melakukan pengamatan dan analisis yang mendalam terhadap tempat tinggal dan rutinitas harian Minerva - Aprianto Herlambang. Hal ini membantu Ryan mengetahui kapan waktu terbaik untuk dapat melakukan aksinya dan menghindari pengawasan dari anggota Pluto lainnya, terutama Ian Herlambang.Kedua, Ryan juga memperhatikan kebiasaan-kebiasaan Ian Herlambang sebagai Minerva, seperti makanan dan minuman kesukaannya. Ryan dapat memanfaatkan hal ini untu
"Hahaha ... ya ini, aku. Kenapa terkejut begitu, Scorpio?" ejek orang tersebut.Orang itu ternyata adalah Tomy, sepupu Selly - istrinya Ryanoir yang telah mati dibunuh oleh Ryan sendiri. Dan Ryan semakin yakin bahwa Tomy merupakan salah satu anak buahnya Ian Herlambang, yang diminta berpura-pura sebagai sepupunya Selly. Sesuai dengan hasil penyelidikannya.Hal ini dilakukan untuk merahasiakan semua rencana mereka - memasukkan Tomy sebagai pihak keluarga istrinya Ryanoir, supaya leluasa keluar masuk ke rumah Ryanoir agar bisa dengan mudah melakukan semua rencana mereka. Dengan demikian, rencana untuk membunuh Ryanoir secara perlahan-lahan tidak akan dicurigai oleh orang lain - termasuk pihak pengacara keluarga Herlambang.Ryan merasa kaget dan tercengang melihat Tomy berdiri di depannya. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana Tomy bisa menjadi bagian dari rencana ini, sementara Ryan sendiri sudah mengenalnya cukup lama dan merasa bahwa Tomy tidak pernah berhubungan dengannya sebagai Scor
Ryan memandang tajam ke arah Minerva dan asistennya, menunggu jawaban dari mereka. Meskipun ia sudah memiliki keyakinan tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi, namun ia tetap ingin mendengar dari mulut mereka sendiri.Minerva memandang ke arah Ryan dengan ragu-ragu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Ian Herlambang yang berdiri di sampingnya. Ian Herlambang juga terlihat ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan Ryan."Apa kalian terlalu takut untuk menjawab?" Ryan menyatukan kedua tangannya di depan dada - bersedekap."Maksudnya, k-ami memilih hukuman yang harus kami jalani?" tanya Ian Herlambang memastikan.Setelahnya, Minerva dan Ian Herlambang terlihat saling pandang, kemudian Minerva dengan tegas - meskipun tetap saja terbata-bata, mengungkapkan semua yang sebenarnya terjadi."K-amu harus tahu, Ryanoir. Tujuan dari kelompok Pluto adalah untuk melepaskan diri dari ikatan moral dan hukum. K-ami, kami melakukan apa saja untuk mempertahankan kekuasaan, termasuk meninggal-nya anggota
"Akhirnya, tahta yang tidak pernah bisa aku impikan ini menjadi milikku. Hahaha ..." Ryan tertawa puas dengan semua yang terjadi.Kini pria itu duduk di kursi besar di dalam ruangan besar yang menjadi kantor baru miliknya - ruang kerja Minerva. Satu-satunya cahaya yang menyinari ruangan itu berasal dari layar monitor besar di depannya. Di sekitar ruangan itu, terdapat beberapa orang yang menjadi pengawal Ryan. Mereka duduk dan bersandar di dinding, tak ada yang bergerak atau berkata-kata. Mereka tahu bahwa kesunyian adalah harga yang harus dibayar untuk mengikuti Ryan.Tiba-tiba, pintu kantor terbuka dan seorang Pria muda masuk ke dalam ruangan. Ia tampak gugup dengan langkah yang sedikit ragu, seolah-olah ia sedang berada di hadapan pengadilan yang agung. Ia melangkah menuju meja Ryan, menyerahkan kertas-kertas, lalu meninggalkan ruangan itu dengan langkah cepat.Ryan mengambil kertas-kertas itu dan membacanya perlahan dengan senyuman jahat di wajahnya. Ia tahu bahwa kertas itu membe