Ryan merapatkan kedua belah tangannya, tampak sedang fokus yang tinggi. Ia melihat tepat pada mata Alex - seperti mengintimidasi, sehingga cahaya liar yang membara di dalamnya terlihat penuh dengan tekad yang kuat."Kau tadi bilang, kalian adalah kembar identik kan? Bagaimana jika hanya satu yang akan dikenang dan meninggalkan tempat ini dengan selamat?" tanya Ryan sambil menjulurkan tangannya - menantang untuk meminta Alex kembali bertarung.Alex yang sudah tak sabar untuk melihat Ryan hancur justru terkejut. Ia sama sekali tak menyangka kalau keberanian "Ryanoir" ini benar-benar diluar dugaan."Kau pikir, dengan kekuatanmu yang patut untuk dikutuk, dapat mengalahkanku? Hahaha ... " Alex tertawa-tawa lalu mendengus sinis."Heh, apa peduliku!" sahut Ryan - acuh.Ryan tidak menjawab, ia tiba-tiba saja menyerang tanpa aba-aba. Pukulan dan tendangan keras yang bertubi-tubi dilancarkan menuju Alex hingga membuatnya menghindar kesamping dengan cepat.Ryan yang sudah mahir dalam pertarungan
"Oh, tidak ada ya? Baiklah, aku pergi."Karena tidak ada satu orang pun yang muncul menampakkan diri, jadi Ryan pura-pura pergi dan tidak lagi peduli dengan apapun. Padahal sebenarnya ia bersembunyi untuk memastikan bahwa kecurigaannya tentang seseorang yang memantau akan segera keluar saat menyangka jika ia telah pergi.Tak lama kemudian, datang dua orang. Sementara satu orang itu dikenali Ryan sebagai sepupu Selly - Tomy, sedangkan satunya lagi sangat mirip dengan Alex - lawannya yang kini telah mati di tangannya."Hem, ternyata mereka. Tapi, apakah mereka melihat semuanya atau memang mereka berbeda-beda datang?" Ryan bergumam sendiri.Beberapa saat kemudian, ia mendengar percakapan Tomy dan temannya - yang diyakini sebagai kembarannya Alex. Mereka membicarakan tentang suasana rumah sakit, dan sudah mati dalam keadaan mengenaskan.Ryan menajamkan pendengarannya agar bisa digunakan untuk menguping apa saja yang sedang mereka bicarakan. Ia merasa jika pembicaraan mereka pasti ada kait
"T-api, selama ini aku tidak pernah melihat sesuatu yang mencurigakan tentangnya. Atau aku yang tidak memperhatikan?" Ryan kembali mengingat-ingatDengan rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Ryan membuntuti wanita itu tanpa diketahui. Ia terus mendengarkan percakapan wanita itu - hingga mendapatkan kabar tentang rencana besar yang sedang direncanakan oleh seseorang yang dijuluki "Mr Black". Kebetulan percakapan tersebut membahas tentang transfer uang tunai yang jumlahnya sangat fantastis."100 juta dollar? Ini bukan skala kecil..." gumam Ryan dalam hati.Ryan menajamkan pendengarannya agar bisa lebih berkonsentrasi, lalu bisa membuat kesimpulan bahwa mereka tengah merencanakan suatu transaksi besar yang melibatkan uang tunai yang sangat besar jumlahnya. Ia berencana untuk menyusup ke dalam rencana tersebut dan melacak siapa sosok "Mr Black" yang sebenarnya. Namun, Ryan menyadari bahwa ia memerlukan bantuan - atau lebih berhati-hati jika melakukan segalanya sendiri.Ryan berusaha untuk
"Apakah semua informasi itu benar, ha?" bentak Ryan dengan tangannya yang mencekik leher wanita sewaan."Aaa ... i-ya. A-ku ...""Ternyata begitu?" gumam Ryan tak percaya dengan apa yang baru saja diketahuinya.Setelah itu, Ryan menarik pelatuk pistol kecil yang selalu menjadi senjata andalannya untuk menghabisi nyawa lawan dengan tenang.Dalam dunia gelap kejahatan yang selama ini ditekuninya, dia baru saja mendapatkan kenyataan ini. Ada dua kelompok mafia besar yang mendominasi perdagangan ilegal dan pembunuhan bayaran di seluruh dunia.Satu kelompok terkenal sebagai spesialis pembunuhan bayaran - Pluto, kelompoknya Ryan, dan melayani banyak klien dari seluruh dunia, namun tidak diketahui masyarakat umum siapa sebenarnya identitas pemimpin kelompok tersebut."Termasuk aku sendiri, yang merupakan kelompok inti bagian Pluto." Ryan merasa bodoh, karena selama ini hanya memperhatikan misi yang diembannya dan komisinya yang sangat besar saja.Sementara Kelompok lainnya terkenal sebagai p
Di tempat lain, Ian Herlambang mengamuk pada kurir informannya - karena menyampaikan pesan tentang kematian wanita yang ada di klub miliknya Mr Black.Ian Herlambang juga marah besar saat mendapat kabar dari Tomy dan kembarannya Alex, jika Alex telah mati terbunuh dalam keadaan yang mengenaskan.Ian Herlambang duduk di atas kursi kayu dengan marah, meremas-remas telepon genggamnya dengan tangan gemetar. Dia mendengar suara Tomy, salah satu anak buahnya, melaporkan bahwa Alex telah mati dan menunjukkan foto dari tubuhnya yang terbujur kaku dengan banyak luka."Apa? Alex mati? Siapa yang berani membunuhnya, dan kenapa Alex bisa kalah dengan orang itu?" bentak Ian Herlambang sambil meraih pistol dari meja."Saya juga tidak tahu, Tuan Ian. Kami menemukan mayatnya yang habis saja tidak bisa dikenali," ujar Tomy memberikan informasi.Tomy mencoba menjelaskan situasi yang terjadi, namun Ian Herlambang tidak mau mendengarkan penjelasan apapun. Dia hanya ingin balas dendam atas kematian Alex.I
Ryan merasa terkejut ketika melihat Ian Herlambang berdiri di hadapannya, terutama setelah mendengar kemarahan Ian atas kematian anak buahnya yang sedang menjalankan misi."Apakah kau yang membunuh mereka semua, Ryanoir?" Tanya Ian dengan nada marah.Ryan memandang Ian dengan tatapan tajam, ia merasa marah dengan tuduhan yang diterimanya."Tidak, aku tidak membunuh mereka. Aku baru tahu tentang kematian mereka," jawab Ryan keras.Ian masih menatap Ryan dengan tidak percaya, ia tidak bisa mempercayai bahwa keponakannya Ryanoir bisa melakukan sesuatu seperti itu. Namun, Ryan merasa yakin bahwa ia tidak bersalah, dan mulai merasa tidak nyaman dengan adanya tudingan yang tidak berdasar itu."Tapi apa yang kamu lakukan di restoran itu, Ryanoir?" Tanya Ian lebih lanjut.Mata Ryan menyipit mendengar pertanyaan tersebut. Ia berpikir keras bagaimana cara untuk menjawabnya, tanpa harus mendapatkan tekanan dari Ian Herlambang lagi. Sebab Ryan sadar jika posisinya sedang dalam bahaya, dengan kaki
"Lihatlah orang-orang ini, mereka selalu melihatku sebagai sosok yang berkuasa. Aku berhasil mempertahankan pengaruhku selama beberapa dekade terakhir, bahkan ketika aku terus berperang dengan kelompok lain di daerah ini," ujar Ian Herlambang yang sedang memeluk Ryan."Kamu tahu, ada beberapa cara untuk melepaskan diri dari belenggu yang mengikatmu sekarang. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan menunjukkan siapa yang sebenarnya berkuasa. Dan Ryanoir - sudah waktunya untukmu menunjukkan siapa yang berkuasa." Ian Herlambang kembali berbicara, tapi tidak juga melepas pelukannya.Namun, tiba-tiba Ryan merasa sesuatu yang berbeda ketika Ian Herlambang memeluknya dengan lebih erat. Ada sesuatu yang ganjil dan aneh, dan Ryan merasa ada benda yang sedang ditempelkan pada tubuhnya saat sedang dipeluk.Ryan mencoba untuk cepat-cepat melepaskan diri dari pelukan Ian Herlambang, dan ia menemukan ada sebuah microchip yang ditempelkan pada bajunya. Microchip itu mungkin saja adalah ala
Beberapa minggu kemudian, Ryan dengan yakin memimpin rapat di kantor utama perusahaan. Di sampingnya duduk kedua rekannya yang telah membantunya merumuskan strategi, yang diangkatnya sebagai asisten pribadi. Mereka telah mengatur segalanya dengan rapi, dan Ryan merasa sangat percaya diri dengan rencananya."Saya sangat senang hari ini dapat memperkenalkan diri saya kepada kalian semua," ujar Ryan saat memulai pidato sambutannya."Sebagai generasi muda dari keluarga Herlambang, saya ingin menunjukkan keahlian dan dedikasi saya untuk perusahaan - saya ingin membawa perusahaan ini pada puncak kesuksesan baru." Ryan menambahkan untuk menyakinkan mereka yang hadir dalam rapat tersebut.Di antara peserta rapat, ada Ian Herlambang yang tampil dengan gayanya - melihat keponakannya yang sedang melakukan presentasi.Ryan kemudian mempresentasikan rencananya - ide-ide untuk meningkatkan efisiensi dalam perusahaan, rencana untuk menjalin kemitraan baru dengan perusahaan lain, hingga rencana untuk