"Tuan, ada masalah besar di Indonesia. Perusahaan kita mengalami serangan dari para hacker yang merusak sistem keamanan perusahaan," ujar sekretaris pribadi Ian Herlambang melalui panggilan telepon.Ian Herlambang tentu saja merasa sangat kaget dan cemas. Dia khawatir dengan keselamatan berkas-berkas dan dokumen rahasia perusahaan, apalagi ada beberapa rahasia penting yang menjadi catatan pribadinya.Saat ini, Ian Herlambang masih berada di Singapura, Ian menerima telepon penting dari sekretaris pribadinya - memberikan kabar tersebut."Sudah berapa lama aksi para hacker ini?" tanya Ian Herlambang - memastikan."Baru saja terjadi Tuan, kami masih belum mendapatkan informasi lebih lengkapnya," jawab sekretaris pribadi Ian Herlambang.Kini Ian Herlambang dituntut untuk berpikir dengan cepat agar bisa memutuskan untuk terbang kembali ke Indonesia secepatnya. Ia memerintahkan sekretaris pribadinya untuk memberitahu manajemen perusahaan di Indonesia untuk segera memperkuat sistem keamanan d
"Hm, bisa jadi, paman. Aku mendengar jika di perusahaan sedang ada proyek menarik, jadi ... siapa tahu aku bisa ikut sekalian belaja," jawab Ryan dengan santai.Ryan terus tersenyum dan menatap ke arah pamannya - Ian Herlambang, dengan tatapan yang tajam meskipun bibirnya menyunggingkan senyuman.Sementara itu, Ian Herlambang justru terlihat ragu-ragu. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan kehadiran keponakannya - Ryanoir, di kantornya saat ini. Apalagi anak buahnya - Lusi, belum memberikan laporan apapun terkait penyelidikannya.Pria dewasa itu tidak tahu, jika Lusi telah mati ditembak Ryan, saat berusaha menyelamatkan Selly dan Emily - kemarin.Tapi karena ia adalah seseorang yang "profesional" tentunya ia bisa mengontrol raut wajahnya. Ia memutuskan untuk lebih berhati-hati dan tidak terlalu percaya pada keponakannya yang satu ini, karena laporan terakhir Lusi sangat mencurigakan."Misalnya apa, Ryanoir?" tanya Ian Herlambang dengan tatapan yang tajam, tapi tetap dalam bata
Setelah Ryan pergi, Ian Herlambang mengambil ponselnya dan mulai mencari informasi tentang Lusi. Tapi sialnya, dia tidak bisa menemukan informasi apapun tentang keberadaan wanita suruhannya itu. Semua informasi tentang Lusi sepertinya telah dihapus dari sistem."Apa yang terjadi dengan Lusi?" batin Ian Herlambang - mengerutkan keningnya."T-api, kenapa Ryanoir mengatakan jika dia tidak tahu apa-apa tentang Lusi?" tanyanya kemudian, pada diri sendiri.Dia semakin curiga dengan keponakannya, karena semakin sedikit kebenaran yang dia dapatkan dari pria muda itu. Ia mulai merasakan kebingungan dan kesulitan dalam menghadapi situasi ini, sebab Ryan tiba-tiba datang ke perusahaan dan mengatakan ingin belajar tentang proyek serta IT.Tapi karena Ryanoir juga memiliki saham di perusahaan, Ian Herlambang tidak bisa mengusir atau semena-mena jika ingin menolak permintaan keponakannya."Hm, ini teka teki yang tidak mudah dipecahkan. Tapi, aku merasa
"Hah, ini tidak mungkin!" Ryan membuang nafas berat, setelah mematikan panggilan telepon. Ia baru saja mendapat panggilan dari seseorang, yang mengaku memiliki informasi tentang keberadaan Lusi. Hal ini tentu saja membuatnya sangat terkejut, lalu menyiapkan diri untuk pergi ke tempat yang disebutkan si pemberi informasi.Sesampainya di lokasi, Ryan bertemu dengan seorang wanita yang tampak kebingungan dan gelisah. Ia merasa jika ada sesuatu yang terjadi, tapi tidak tahu apa yang harus dilakukannya selain mencoba mengajak wanita itu berbicara."Maaf, apakah Anda yang memberikan informasi tentang Lusi?" tanya Ryan dengan sopan - menjaga hubungan awal."Eh, emh ... apa kamu Ryanoir?" tanya wanita itu sambil menatap Ryan dengan pandangan curiga."Iya, aku Ryan. Anda, tahu tentang Lusi?" kali ini, Ryan bertanya dengan lebih cepat. Ia tidak mau membuang-buang waktu.Wanita itu kemudian menggelengkan kepalanya dan terlihat semakin gelisah. Ryan merasa ada yang tidak beres dan mencoba untuk
Di tempat pertemuan."Tuan, saya tidak akan mengatakan apapun yang saya pikirkan tanpa adanya bukti yang kuat. Saya membutuhkan waktu untuk memastikan apakah apa yang saya ketahui itu benar atau salah," jelas seorang wanita pada Ian Herlambang.Mata wanita itu menatap Ian Herlambang dengan pandangan serius, memperlihatkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang ia ketahui.Melihat lawan bicaranya, Ian Herlambang merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan wanita tersebut. Namun ia juga merasa, jika ia perlu memastikan kebenaran informasi yang disampaikan oleh wanita tersebut. Akhirnya Ia bertanya tentang informasi yang dimiliki oleh wanita itu terkait keponakannya - Ryanoir, sesuai dengan pembicaraan mereka melalui panggilan telepon."Lalu, apa yang sebenarnya kamu ketahui tentang keponakanku?"Wanita itu merogoh saku jaketnya, lalu mengambil sebuah kartu memori dan menyerahkannya kepada Ian Herlambang."Inilah yang saya miliki. Itu adalah rekaman kegiatan Ryanoir diluar kantor perusaha
Ian Herlambang sedang bertemu dengan beberapa orang kepercayaannya, persiapan rencana untuk menghadapi keponakannya - Ryanoir, yang menurutnya sangat jahat dan mengancam posisinya pewaris tunggal keluarga Herlambang."Sudah siap semuanya?" tanya Ian Herlambang pada mereka yang kini duduk mengelilingi meja bundar."Siap, Tuan!" jawab semua orang - serentak."Baik, yang pertama kita akan melakukan keamanan untuk hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan kita. Aku akan mengambil tindakan keamanan lebih tinggi, dan kita akan membuat Ryanoir kehilangan nyawanya dan memberikan kejutan yang tak terduga untuk pihak lain. Aku merasa curiga dengan ia bisa sehebat sekarang, padahal dulunya dia bukan apa-apa," lanjut Ian Herlambang dengan suara tegas.Malam itu, di sebuah ruangan rahasia - tempat pertemuan antara Ian dan orang-orangnya, siap mengatur rencana yang akan mereka lakukan."Ia harus diberi efek jera, Tuan Ian!" ujar salah satu anggota."Iya, kita akan membuatnya lumpuh seperti dulu," s
Di depan sebuah rumah sakit - yang ada di pinggir kota, seorang pria muda sedang berusaha mencari taksi setelah keluar dari rumah sakit tersebut. Ia ingin datang menemui Ian Herlambang untuk melaporkan "Ryanoir" yang sudah membunuh Selly dan Emily - juga Lusi.Pria itu adalah Tomy - sepupu Selly, yang sengaja dibuang Ryan ke pinggir kota agar saat sadar masih membutuhkan waktu untuk bisa melaporkan semua kejadian ini.Tapi Tomy juga tidak sadar jika di dalam tubuhnya telah dipasangi alat canggih yang berfungsi sebagai alat pelacak dan penyadap, sehingga Ryan bisa mengetahui segala pergerakan sepupunya Selly tersebut.Setelah mencoba mencari taksi selama beberapa menit, akhirnya pria muda itu berhasil menemukan satu taksi kosong di pinggir jalan. Dia langsung melambai-lambaikan tangannya dan menunjukkan tujuan ke taksi tersebut."Ke Perusahaan Herlambang, tolong cepat ya Pak!" ucap pria muda tersebut memberitahukan tujuannya."Baik, mas."Taksi pun melaju cepat menuju alamat tujuan yan
Setelah sampai di lantai bawah dan keluar dari gedung perusahaan, Tomy dan tamunya segera berangkat menuju rumah sakit yang pernah merawat Ryanoir."Pastikan setiap pergerakan kita aman, jangan sampai ada yang curiga." Tomy memperingatkan rekannya - tamunya Ian Herlambang tadi."Tentu, mas Tomy. Dan, bagaimana bisa kita kebetulan datang bersamaan ke tempatnya tuan Ian?" ujar pria itu."Ya, mungkin kita sudah ditakdirkan untuk bisa bekerja sama lagi, Dra."Pria itu - yang bernama Indra, hanya mengangguk saja tanpa memberikan tanggapan lagi. Mereka memasuki mobilnya Indra, karena Tomy datang tidak memakai mobil tapi taksi.Setelah sampai di sana - rumah sakit yang dituju, mereka mencari-cari informasi tentang obat yang dikonsumsi oleh Ryanoir, saat didapat di sini. Namun semua staff rumah sakit tampak enggan memberitahukan informasi tentang rahasia penanganan medis mereka, apalagi bukan Ryanoir sendiri atau pihak keluarga yang bertanya."Maaf, tapi ini adalah privasi dari Tuan Muda Ryan