***"Gem, bangun. Teman-teman kamu jenguk tuh."Berdiri sambil membungkukan badan, ucapan tersebut Gretha lontarkan pada Gema. Tak terjaga, sang putra sulung memang terlelap sejak satu jam lalu sehingga untuk membangunkan, dia membutuhkan sedikit effort."Gem.""Kenapa, Ma?" tanya Gema masih dengan kedua mata tertutup. "Gema ngantuk.""Ada teman-teman kamu," kata Gretha. "Rakhsan, Dhana, sama Nana datang tuh. Mau ditemuin enggak?"Spontan membuka mata, selanjutnya itulah yang Gema lontarkan setelah nama Alnaira disebut. Memandang sang mama yang kembali berdiri tegap, dia bertanya,"Bertiga?""Iya," kata Gretha. "Nana tuh meskipun dahinya luka karena insiden, dia tetap ke sini buat datang jenguk kamu.""Di mana dia sekarang?" tanya Gema antusias. Tak terus berbaring, dia bahkan sigap mengubah posisinya menjadi duduk."Dia?""Mereka maksudnya, Ma," kata Gema—mengoreksi dengan segera, sebelum sang mama peka jika yang dia tanyakan hanyalah Alnaira. "Trio itu. Di mana sekarang mereka?""Ad
***"Aku belain dia karena dia enggak salah," kata Alnaira pada Gema. "Dhana terus ngomong yang enggak enak ke Sky. Jadi wajar aja dia emosi sampe dorong Dhana.""Ya tapi kan-""Ssst, udah," potong Rakhsan—membuat Dhana seketika diam. "Kalau dibahas lagi, nanti kalian berantem part dua. Lagian baru damai masa udah mau konflik lagi? Enggak lucu.""Dhana yang mulai," kata Alnaira. "Aku enggak suka dia nyalahin Sky karena Sky enggak salah.""Iya deh iya Sky enggak salah," kata Dhana. "Calon tunangan lo benar. Gue yang salah."Tak menjawab, Alnaira hanya mendengkus sebagai respon hingga tak berselang lama suara ketukan terdengar dari pintu kamar."Masuk, Ma," perintah Gema, cukup tentunya tahu siapa orang yang datang.Selang beberapa detik, pintu kamar terbuka—menampilkan Gretha yang datang membawa nampan berisi makanan. Berjalan menuju meja, perempuan itu menyajikan camilan yang dia bawa sebelum kemudian berkata,"Minumannya nyusul ya, dibawain sama si cantik.""Rhea, Tan?" tanya Rakhsan
***"Aku pulang kalau gitu ya, kamu tunggu di sana."Berucap demikian setelah mendapat informasi tentang Sky yang katanya berkunjung ke rumah, ucapan tersebut lantas Alnaira lontarkan sambil mengukir senyuman.Merasa diselamatkan dari momen yang tak bersahabat dengan hati, itulah Alnaira sehingga setelah Sky mengiakan ucapan yang dia lontarkan, dia lagi-lagi tersenyum sebelum kemudian memutuskan sambungan telepon.Menurunkan ponsel dari samping telinga, Alnaira berbalik dan tanpa banyak menunda, dengan segera dia berucap,"Teman-teman aku pulang duluan ya, ada tamu di rumah. Kasihan nunggu.""Siapa, Na?" tanya Aneska setibanya Alnaira di dekat sofa."Sky," kata Alnaira sambil melirik Gema dengan ekor matanya. Tak jujur tentang alasan pria itu datang, selanjutnya dia berkata, "Dia mau bicarain sesuatu katanya. Jadi aku harus pulang.""Enggak dia aja yang ke sini?" tanya Dhana. "Sekalian jenguk Gema gitu. Masih teman, kan?""Aku lupa enggak ngajak," kata Alnaira. "Mungkin next time.""G
***"Mauuu," kata Alnaira antusias. "Jemput ya ke rumah sakit kalau Mama sama Papa kamu ke sini. Aku pengen ketemu.""Di apartemen enggak apa-apa?""Ya enggak apa-apa kan di apartemen juga enggak berdua," kata Alnaira."Oke deh, nanti gue jemput lo pas orang tua gue udah ke sini ya," kata Sky. "Sekalian ambil oleh-oleh juga karena mereka pasti bawa oleh-oleh buat lo.""Duh, ngerepotin deh.""Enggaklah, mana mungkin ngerepotin."Alnaira tersenyum. Mengobrol sambil menikmati seblak, itulah kegiatan dia dan Sky sore ini hingga tak terasa maghrib pun datang. Tak enak jika menetap lama, Sky berpamitan setelah membantu Alnaira membereskan bekas makan.Namun, larangan dari Elara yang katanya ingin mengajak pria itu makan malam membuat Sky batal pulang sehingga setidaknya sampai makan malam tiba, Sky menetap.Tak akan ramai, meja makan nantinya hanya akan diisi tiga orang saja karena selain Regan yang masih di rumah sakit, Aneska pun belum pulang ke rumah.Alasannya? Sama seperti Sky.Tak bis
***"Papa."Meskipun sebelumnya sudah menduga, raut kaget tetap tercetak jelas di wajah Alnaira setelah jawaban tentang siapa pemberi informasi pada Gibran, terlontar.Bukan Gema, yang mengadu pada Gibran tentang rahasianya dan Gema adalah Regan dan entah apa tujuan pria itu mengatakan semuanya pada Gibran, Alnaira sendiri tak mengerti."Beliau yang bilang ke aku tentang semuanya dan aku cukup sedih dengar semua cerita yang Papa ungkapin ke aku," ucap Gibran lagi. "Aku sangat mengerti kalau Kakak sayang sama Kak Anes, dan Kakak pengen balas budi ke dia untuk semua yang udah dilakuin, tapi enggak harus sampe ngorbanin perasaan Kakak sendiri, Kak. Enggak sakit emangnya lihat orang yang kita sayang menikah dengan saudara sendiri?""Gib," panggil Alnaira. "Kamu tunggu dulu, Kakak mau nutup pintu. Bahaya kalau Mama atau Anes dengar pembicaraan kita."Gibran menghela napas. "Silakan."Tak diam, Alnaira lantas berjalan menuju pinti untuk kemudian menutup bahkan menguncinya rapat-rapat. Gibra
***Alih-alih untuk Aneska, pujian tersebut justru Gema lontarkan pada Alnaira yang malam ini anggun dengan gaun berwarna abu. Ingin menyambut gadis itu dengan kedua tangan terbuka bahkan ingin pula mendekap Alnaira erat, semua itu seketika muncul.Namun, jelas tak bisa Gema wujudkan karena meskipun sakit, faktanya keberadaan dia sekarang untuk melamar Aneska, bukan Alnaira."Cantik," puji Sky ketika Alnaira akhirnya tiba di depan pria itu. "Pangling banget gue. Kaya bukan Nana.""Enggak usah berlebihan," ucap Alnaira tersipu malu. Terus memfokuskan pandangan ke arah Sky, itulah yang dia lakukan sekarang karena sedikit saja melirik Gema, dirinya khawatir pertahanan yang dibangun sejak lama, runtuh tanpa permisi."Fakta.""Kenapa kamu kaya bidadari banget malam ini, Nes?" Tak mau kalah setelah merasa panas usai mendengar ucapan Sky untuk Alnaira, pujian tersebut lantas Gema lontarkan untuk Aneska dan tanpa rasa curiga, perempuan itu tersenyum."Kamu juga ganteng malam ini, Gem."Tak ba
***(Jangan lupa soal rencana kita ke ancol ya. Kamu lupa, aku marah.)Menghela napas kasar di tengah rasa lelah yang masih melanda, itulah Alnaira setelah pesan tersebut dikirim Gema untuknya. Tak lagi di ballroom tempat pesta pertunangan digelar, saat ini Alnaira sudah berada di kamar karena memang sepuluh menit lalu dirinya dan keluarga besar tiba di rumah.Mengadakan acara di hotel yang tak terlalu jauh dari rumah, Regan dan keluarga memang memutuskan untuk pulang setelah acara selesai. Menggunakan mobil yang sama, mereka sekeluarga menempuh perjalanan empat puluh menit dan karena sempat terlelap selama di jalan, kepala Alnaira sampai sekarang masih sedikit pusing."Ragu banget sebenarnya ikutin keinginan Gema yang ini, tapi kalau enggak diikutin, dia pasti marah," ucap Alnaira yang tiba-tiba dilanda takut, karena bagaimana pun juga Gema kini sudah resmi menjadi tunangan Aneska. "Gema bakalan bertingkah dan semuanya bakalan makin kacau. Ck, ah."Tak membalas pesan Gema, Alnaira ya
***"Iya," kata Alnaira dengan senyuman ketir yang kini terukir. "Kamu benar, Gem, aku emang jahat dan laki-laki sebaik kamu enggak pantas dan cocok sama perempuan jahat kaya aku. Jadi terusin sama Anes oke? Dia gadis baik dan dia enggak pernah nyakitin siapa pun. Kamu akan sangat ngerasa beruntung kalau nikah sama dia.""Na, aku-""Aku capek, Gem, dan aku juga belum mandi. Jadi habis ini mau bersih-bersih dulu," kata Alnaira—memotong ucapan Gema tanpa permisi. "Udah ya. Intinya senin nanti setelah pulang kerja kita ke Ancol dan kamu enggak perlu pastiin lagi karena aku enggak pikun. Selamat malam, Gem, dan maaf kalau selama ini aku udah sering banget jahatin kamu. Setelah nikah sama Anes, kamu enggak akan ngerasain itu lagi kok. Tenang aja.""Na-"Tak membiarkan Gema melanjutkan ucapan, Alnaira lebih dulu memutuskan sambungan telepon sebelum kemudian menurunkan ponselnya dari samping telinga.Menunduk untuk meresapi sakit, selanjutnya itulah yang Alnaira lakukan sehingga tak sadar, s
***"Tapi Gema enggak cinta sama Anes, Na, dia cintanya sama lo dan gue rasa percuma juga kalau pernikahan mereka dilanjutin," kata Sky. "Jujur deh coba ke Om Regan sama Tante El. Siapa tahu mereka bisa cari jalan keluar terbaik atau barangkali kalau tahu semuanya, pernikahan Anes sama Gema bakalan langsung dibatalin.""Apa aku bisa sejahat itu?" tanya Alnaira. "Menikah sama Gema pasti impian Anes banget. Apa aku tega hancurin mimpi dia setelah sebelumnya aku pernah lakuin hal sama? Kamu ingat? Anes pengen jadi dokter lho, Sky, tapi semuanya enggak bisa diwujudin setelah dia punya phobia sama darah dan kamu enggak lupa, kan, siapa yang bikin Anes punya phobia?""Ya tapi kan, Anes juga udah jahat sama lo, Na," kata Sky. "Peduli amat lo sama perasaan dia. Anes aja enggak peduli."Tak menjawab, Alnaira hanya bisa menghela napas kasar sebagai respon. Memandang Sky dengan raut wajah bingung, itulah dia sekarang sehingga untuk beberapa saat suasana diantara dirinya dan Sky hening."Na.""En
***"Makanannya enggak enak ya, Na?"Setelah sebelumnya memperhatikan, pertanyaan tersebut Sky lontarkan dengan rasa penasaran yang kini melanda. Tengah makan malam bersama, itulah dia dan Alnaira sekarang karena memang usai banyak drama menghampiri putri tengah Regan tersebut, Sky akhirnya datang juga.Belum tahu apa pun termasuk undangan pernikahan Aneska dan Gema, Sky sendiri datang sekitar dua puluh menit lalu, sehingga belum bercerita apa-apa, Alnaira masih menyimpan semuanya sendirian."Eh, enak kok. Kata siapa enggak enak?" tanya Alnaira yang memang sejak beberapa saat lalu menyantap makanan pemberian Sky.Bukan masakan sang mama, makanan tersebut Sky beli dari restoran favoritnya seperti biasa, dan tak aneh, makanan yang dia bawa adalah; nasi dengan olahan daging sapi dan sayuran."Kirain enggak enak," kata Sky. "Gue perhatiin lo makannya enggak semangat kaya biasa. Jadi gue pikir makanannya enggak enak.""Enak kok, cuman emang pikiran aku lagi agak ke mana-mana. Jadi gitu deh
*** "Aku cinta sama kamu dan sampai kapan pun perasaanku enggak akan berubah," kata Gema—membuat Alnaira memasang raut wajah kaget. Namun, tentunya tetap bersikap tenang sehingga setelahnya dia pun melanjutkan ucapan. "Kalau kamu pikir keputusan aku buat nikahin Anes dilandasi rasa capek karena hubungan kita yang enggak bisa mulus, kamu salah karena kalau bisa milih, aku lebih baik hadapin jalan terjal asalkan sama kamu dibanding lewatin jalanan mulus tapi sama orang lain." "Jadi intinya apa?" tanya Alnaira. "Coba to the point karena aku bingung sama ucapan kamu." Gema menghela napas pelan. "Intinya aku nikahin Anes demi keselamatan hidup kamu," ucapnya kemudian. Tak mau terus memendam rahasia besar tersebut sendirian, pada akhirnya Gema memutuskan untuk jujur. Meskipun semua tak akan berubah karena Alnaira yang akan tetap memintanya bersama Aneska, setidaknya dia ingin sang pujaan hati tahu jika sampai detik ini, tak ada sedikit pun perubahan di dalam rasa cintanya untuk perempua
***"Nah, itu pasti Sky."Dengan senyuman merekah, tebakan tersebut keluar dari mulut Alnaira setelah bunyi bel dari pintu apartemen kembali terdengar. Tak banyak menunda, dengan segera dia bergegas menuju pintu.Sudah menunggu Sky cukup lama, Alnaira antusias menunggu kedatangan sahabatnya itu sehingga ketika pintu terbuka, tanpa ba bi bu sapaan pun dilontarkan."Sky, akhirnya kamu datang jug ... Gema?"Senyuman seketika luntur, itulah yang terjadi pada Alnaira setelah di depannya kini yang dia dapati bukan Sky, melainkan Gema. Sebulan tak bertemu, jujur saja Alnaira kaget ketika calon suami dari kakaknya itu datang tanpa permisi sehingga setelaahnya yang dia lakukan adalah; diam—memandang sang calon kakak ipar lekat.Beberapa detik berlalu, suasana masih saja hening hingga akhirnya Gema buka suara lebih dulu."Hai, Na. Apa kabar?""Gem," panggil Alnaira. "Kabar aku baik. Kamu sendiri gimana?"Canggung.Demi apa pun itulah yang Alnaira rasakan karena cukup lama tak bertemu, bahkan be
***Meskipun kesal, dongkol, bahkan benci pada calon istrinya itu, Gema tetap mengejar Aneska menuju lift. Berbeda dengan dia dan sang calon istri yang masih terus berdebat, Alnaira sendiri sudah kembali tenang.Tak lagi memegang undangan, dia kini tengah menikmati angin di balkon hingga di tengah kegiatannya itu, sebuah panggilan masuk.Mengambil ponselnya itu, senyuman terukir di bibir Alnaira setelah nama Regan terpampang, sehingga dengan segera dia pun menjawab panggilan."Halo, Pa.""Halo, cantiknya Papa. Apa kabar kamu hari ini, Nak? Baik?""Alhamdulillah baik, Pa," ucap Alnaira. "Papa sama Mama gimana? Baik?""Baik, Cantik. Alhamdulillah," kata Regan. "Oh ya, Anes sama Gema udah ke sana? Mereka katanya mau anterin undangan ke kamu sama yang lainnya di Bandung.""Udah, Pa," kata Alnaira. "Anes aja sih, Gema enggak ada. Dia mungkin nunggu di mobil atau anterin undangan ke tempat lain, aku sendiri enggak tahu.""Oh gitu," kata Regan. "Lama enggak Anesnya di sana? Sebulan enggak ke
***"Bukan siapa-siapa. Orang iseng kayanya, udah pergi juga tuh barusan yang pencet bel."Memberikan jawaban bohong, itulah Aneska setelah pertanyaan tentang siapa yang datang ke apartemen Alnaira, dilontarkan sang pemilik.Bukan tanpa alasan, jawaban bohong tersebut sengaja dia katakan karena bukan orang asing, faktanya yang sejak tadi menekan bel adalah Gema dan sebagai calon istri yang akan segera dinikahi oleh pria itu, Aneska tak mau Gema bertemu dengan Alnaira."Oh, kirain Sky," kata Alnaira. "Dia janji buat ke sini soalnya.""Bukan," kata Aneska sambil tersenyum. Mendekat pada Alnaira, dia kemudian berkata, "Oh ya, Na, karena aku masih ada urusan di Bandung, aku pamit dulu ya. Kamu nanti jangan lupa pulang karena aku sama Gema nunggu kehadiran kamu.""Buru-buru banget.""Iya, karena masih ada undangan yang harus aku bagiin," kata Aneska. "Teman aku kan ada juga yang di Bandung.""Oh gitu ya," kata Alnaira. "Ya udah kalau gitu hati-hati di jalan ya. Habis dari Bandung, kalau bi
***"Iyalah, apa coba yang enggak gue tahu tentang lo?" tanya Sky. "Semua rasa sakit lo aja gue tahu. Iya enggak?""Mulai deh," kata Alnaira sambil tersenyum."Kenapa?" tanya Sky."Enggak sih," kata Alnaira. "Bingung juga harus ngomong apa.""Yeee, enggak jelas," kata Sky yang direspon senyuman oleh Alnaira, sehingga tak ada lagi obrolan, setelahnya suasana hening.Berlangsung selama beberapa detik, Sky kembali memulai percakapan dan kalimat yang dia lontarkan adalah; sebuah harapan."Semoga enggak cuman kaki, hati lo bisa sembuh juga di sini ya, Na," kata Sky. "Enggak ada lagi kesedihan dan air mata, gue harap ke depannya cuman senyuman yang lo tampilin dan kalau boleh, gue berharap lo bisa nemuin pengganti Gema di sini yang jauh lebih baik daripada dia. Lo gadis yang baik dan lo sangat pantas buat dapatin laki-laki baik."Tersenyum sambil memandang Sky yang kini berdiri sambil bersandar pada pagar, kedua mata Alnaira berkaca-kaca. Bukan karena sedih, semua terjadi karena dirinya bah
***"Udah, kan? Kita udah tahu di mana apartemen Nana selama tinggal di Bandung. Jadi daripada diem terus di sini mendingan kita pergi, karena selama di Bandung aku pengen mampir dulu ke suatu tempat."Memandangi Alnaira dan yang lainnya di lobi gedung apartemen, ucapan tersebut Aneska lontarkan pada Gema. Berada di parkiran depan apartemen, sejak beberapa waktu lalu dia dan sang calon suami mengawasi Alnaira beserta keluarganya karena kata Gema, pria itu tak mau pergi sebelum Alnaira memasuki apartemen.Beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di Bandung. Tak ketahuan, keberadaan Aneska dan Gema sampai saat ini aman karena meskipun selalu berada di dekat mobil yang dikendarai Sky, tak ada satu pun yang curiga perihal Aneska dan Gema yang ikut pergi ke Bandung.Tak sia-sia meminjam mobil sang sahabat, Gema lega karena meskipun tak bisa bertemu langsung, setidaknya dia bisa mengawal Alnaira dengan selamat sampai tempat tujuan, dan karena cintanya pada perempuan itu masih sangat
***"Selama gue belum punya istri, lo boleh bergantung sama gue kapan pun lo mau, Na," ucap Sky. "Gue bakalan selalu ada buat lo, karena gue cinta sama lo, cuman tolong jangan terbebani sama perasaan gue karena meskipun cinta, gue enggak berambisi buat dapatin lo. Ambisi gue tuh bahagiain lo dan kalau nanti lo bahagia sama cowok lain, gue tentunya ikhlas. Lega malah karena lo bahagia, gue bahagia.""Kamu baik banget Sky," ucap Alnaira. "Aku sampe bingung mau bilang apa saking baiknya kamu.""Bilang gue ganteng aja udah cukup kok," kata Sky sambil tersenyum. "Udah ah, jangan sedih-sedih. Daripada mikirin Anes, mendingan lo nikmatin perjalanan sambil senderan di bahu gue. Setelahnya mau tidur? Silakan, gue enggak akan keberatan.""Pegal nanti.""Enggak akan," ucap Sky. "Ayo buruan senderan.""Enggak apa-apa?""Enggak apa-apa, Nana. Ayo buruan mumpung gue lagi baik."Tak banyak bicara, selanjutnya Alnaira memilih untuk melakukan apa yang Sky anjurkan. Bersandar di bahu kiri sang sahabat,