Bab 22
Lagi-lagi Regan terpaksa harus menggendong Salwa masuk ke dalam rumah. Lelaki itu bahkan menapaki anak-anak tangga dengan kedua tangan menopang punggung dan pinggang gadis itu.
Kondisi little girlnya benar-benar parah. Mata yang sembab dan membengkak, itu sudah pasti terlihat jelas, bahkan tubuhnya masih saja gemetar, lemas tak berdaya. Salwa benar-benar terpukul atas wafatnya Airin, meskipun Regan sendiri tak kalah terpukulnya.
Regan merebahkan tubuh Salwa di ranjang, mengambil selimut dan membentangkannya menutupi tubuh Salwa. Dia meraba dahi gadis itu. Terasa panas. Akhirnya ia berinisiatif untuk turun ke bawah mengambil air dan kain, serta segelas air mineral.
"Bi, tolong bikinkan bubur untuk Salwa!" perintah Regan kepada bi Lastri yang kebetulan ditemuinya di dapur.
Bab 23Salwa menggeliat, merasakan beban berat berada di sampingnya. Pertama kali di lihatnya setelah membuka mata, penampakan sang daddy tengah tertidur. Ah, iya. Dia baru ingat sekarang. Dia yang meminta Regan untuk menemaninya tidur tadi malam.Perlahan Salwa bangkit dan duduk di pembaringan. Kondisinya sekarang sudah lebih baik. Rasa pusing, mual dan demam kini sudah tak lagi dia rasakan. Bibirnya mengulas senyum menatap wajah tampan dan dewasa di sisinya."Bahkan ketika sedang tidur pun, Daddy tetap terlihat sangat tampan. Pantas saja dulu mommy sangat mencintai Daddy." Senyum di bibirnya mendadak terhapus begitu saja saat mengingat semua itu. Hatinya selalu mengingatkan dirinya kini sudah tidak memiliki siapa-siapa.Gadis memalingkan wajah, tak ingin berlama-lama menatap wajah Regan. Salwa segera bangkit dan melangkah menuju kamar mandi, set
Bab 24 "Apa yang ingin Oma sampaikan kepadaku?" tanya Salwa. Di benaknya menumpuk berbagai pertanyaan. Tumben, perempuan tua ini masuk ke kamar dan mau berbicara dengannya? "Salwa, berapa umurmu sekarang?" tanya Jihan berbasa-basi. "Dua puluh tahun, Oma." jawab Salwa menunduk. "Bagus! Berarti kamu sekarang sudah dewasa ya?" Jihan mengamati sosok gadis di sampingnya itu. "Benar, Oma." "Salwa, Oma rasa kamu sudah bisa mengurus dirimu sendiri..." "Apa maksud Oma?" potong Salwa. Perasaannya mulai tidak enak "Kamu tidak akan terlantar di jalanan seandainya meninggalkan rumah ini, Salwa." Ucapan Jihan bagaikan petir di siang bolong. "Maksud Oma...?" Mendadak Sepasang mata itu berkabut. "Iya, Salwa. Seharusnya kamu sadar, mommy kamu sudah meninggal dan kamu disini cuma anak angkat. Antara kamu dan Regan tidak ada hubungan apapun. Kamu itu sebenarnya bukan siapa-siapa," ucapnya berapi-api. Perempuan tua itu menatap Salwa dengan tatapan dingin. "Tapi daddy Regan itu adalah Daddyku, O
Bab 25 Pantai ini agak sepi. Mungkin karena hari ini bukan hari libur. Hanya ada beberapa pengunjung yang tengah berjalan-jalan menikmati deburan ombak. Salwa menatap kosong laut yang biru seakan tanpa batas. Dia merasakan dirinya seperti nelayan yang mendayung perahu tanpa tahu kemana arah yang dituju. Sekarang ia hidup sebatang kara. Dia sudah kehilangan mommynya dan sekarang dia dipisahkan paksa dengan daddy angkat yang selama ini begitu menyayanginya. "Aku tidak takut kehilangan tempat tinggal, tapi aku tidak mau kehilangan Daddy," ratap gadis itu setelah dia puas berteriak. "Sekarang aku sama siapa? Hanya Daddy yang mau menyayangiku. Hanya Daddy yang sayang padaku dari sejak aku kecil sampai dewasa." Salwa memejamkan mata, mengusir segala rasa sakit di dalam hatinya. Kepalanya mendadak pening. Semua terasa begitu mendadak. Namun, ia tidak mun
Bab 26 Saat kemacetan mulai terurai, Salwa pun memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Rendy yang duduk di sampingnya berkali-kali mengingatkan, tetapi gadis itu seolah tidak mendengar, Salwa tidak mau mobil ini dikenali oleh daddynya. Dia ingin bertemu dengan daddynya, paling tidak untuk saat ini. Gadis itu tidak siap menghadapi amarah Regan saat mengetahui dirinya pergi dari rumah. Dia menyadari keberadaan sang daddy di dekatnya saat melihat dari kaca spion, mobil daddynya hanya terhalang beberapa buah mobil yang lain. "Kamu ini kenapa, Salwa? Kenapa kamu ngebut? Kamu tidak sayang dengan nyawa kamu sendiri?" omel Rendy. Gadis itu menghela nafas lega saat ia mengecek dari kaca spion mobilnya, mobil Regan sudah tidak ada lagi terlihat. Mereka sudah jauh meninggalkan lokasi kemacetan yang sempat membuat Salw
Bab 27 "Regan, Salwa itu sudah besar. Dia sudah dewasa. Berilah kebebasan untuknya. Kenapa sih, kamu selama ini selalu memperlakukan Salwa itu seperti anak kecil?" sergah Jihan. Dia tetap tenang meskipun putranya menatap dengan pandangan horor. "Bukan seperti itu, Mom. Aku tahu Salwa itu sudah dewasa, tetapi dia masih berada di dalam tanggung jawabku. Kalau ada apa-apa dengan Salwa, aku yang bertanggungjawab, Mom, bukan orang lain!" sentak Regan. Dia memegang tas kerjanya erat-erat. "Mommy tahu, tapi bukan begitu caranya, Nak!" "Terus, apakah aku harus membiarkan Salwa bebas pergi kemana saja sesuka hatinya tanpa seizinku? Begitu yang di maksud oleh Mommy?" ucap Regan dengan nada tinggi. Dia agak sedikit kecewa dengan mommynya yang membiarkan Salwa pergi begitu saja, tanpa sepengetahuannya.
Bab 28"Gio, aku punya tugas untukmu!""Apa yang bisa saya bantu, Tuan?""Putriku pergi dari rumah sejak tadi pagi dan aku tidak tahu dia pergi ke mana. Kamu bisa, kan melacak keberadaannya?""Oh..." Terdengar helaan napas lega dari ujung telepon. "Tentu saja, Tuan. Itu soal mudah.""Bagus. Aku mengandalkan dan percaya padamu, Gio.""Kalau boleh saya tahu, berapa nomor ponsel dan alamat email putri tuan?" tanya lelaki yang berprofesi sebagai hacker itu.Lelaki itu menyebut sederet angka dan alamat email Salwa."Ingat Gio. Semua data tentang putriku bersifat rahasia. Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan?" Reg
Bab 29 "Little Girl!" seru Regan. Pintu telah terbuka dan lelaki itu sangat terkejut, mendapati sosok yang tengah dicarinya tengah duduk santai di sofa. "Daddy!" Salwa juga tak kalah terkejut. Dia tak menyangka sang daddy ke butik dan muncul di hadapannya. "Daddy kemari?" "Seperti yang kamu lihat, Little Girl. Daddy kemari mencari Natalia," ujarnya. Lelaki itu mendekat, lantas menjatuhkan tubuhnya di sisi gadis kesayangannya. "Tante Natalia belum datang, Daddy. Aku sendirian disini," ucapnya terbata-bata. Salwa memandang wajah daddynya dengan perasaan yang berkecamuk, tetapi hanya sesaat. Gadis itu kembali menunduk. Berada di dekat lelaki itu membuat indera penciumannya menangkap aroma maskulin dari tubuh atletis itu. Tangan Regan terulur, menyentu
Bab 30 Saat Regan dan Salwa baru saja turun dari mobil, Dewi sudah menyambut kedatangan mereka dengan berdiri di teras rumah. Gadis manis berumur dua puluh tahun itu merentangkan tangan melihat Salwa yang tengah bergandengan dengan lelaki dewasa yang sangat di kenalnya. "Salwa!" pekik Dewi. Dia memeluk sahabatnya dengan hati bahagia. "Wah, pantas saja seharian kamu tidak pulang! Kamu menghabiskan hari ini besama Daddy ya?" Salwa tertawa. Dia mengacungkan jari telunjuk, kemudian meletakkannya di bibir gadis itu. "Bukannya bersenang-senang, Dewi. Daddy membantuku untuk mencarikan apartemen yang cocok buatku." "Oh, ya? Berarti kamu serius dong, mau tinggal sendiri di apartemen?" Matanya melotot seakan tak percaya. "Emang iya," jawabnya santai.
Bab 123Sebidang lahan kosong yang sedianya akan digunakan untuk pembangunan gedung RVM group yang baru telah disulap menjadi sebuah tempat pesta yang megah. Tenda-tenda yang besar dipasang untuk menampung semua tamu yang datang. Tempat ini digunakan untuk tempat jamuan para tamu undangan, mengingat seluruh karyawan RVM group diundang tidak terkecuali, mulai dari jajaran direksi sampai OB dan petugas cleaning service.Sementara itu, di sebuah aula dalam gedung RVM group juga dihias dengan indah. Di salah satu bidang dinding terdapat kursi pelaminan yang juga sangat megah. Namun, orang-orang yang bisa masuk ke dalam aula ini hanya kalangan terbatas. Ini atas permintaan Regan sendiri yang tidak mau istrinya kelelahan, lantaran terlalu banyak menerima ucapan selamat dari para tamu.Hal yang paling membahagiakan bagi Salwa adalah kehadiran Bunda Khadijah, ustadzah Aisyah dan ustadz Rasyid. Pada acara siang ini, Salwa mengenakan gaun pengantin muslimah bernuansa biru muda. Perempuan muda i
Bab 122Sejak pintu pesawat terbuka dan ia mengiringi langkah sang suami menuruni tangga pesawat, dada Salwa serasa diketok-ketok. Dia terus memegangi lengan sang suami yang kondisinya justru berbanding terbalik dengannya.Lelaki yang kini berumur 38 tahun itu nampak seperti pahlawan yang baru saja memenangkan peperangan. Tubuhnya yang tegap begitu bangga menggendong putri mungilnya. Wajahnya tak henti menebarkan senyum kepada orang-orang yang menyambut kedatangannya malam ini."Selamat datang kembali di Indonesia, putriku!" Axel berlari kecil, tak sabar menghampiri putrinya. Lelaki itu memeluk putrinya sekilas kemudian mengambil alih baby Airin yang masih berada dalam gendongan Regan.Kedua lelaki itu saling menggenggam dan tersenyum, seolah tak memperdulikan apa yang tengah Salwa rasakan saat ini. "Para lelaki memang tidak peka," keluhnya pada diri sendiri. Namun ia tetap tersenyum dan larut dengan kebahagiaan orang-orang di sekelilingnya.Meskipun Salwa ingin menolak, tetapi ia t
Bab 121"Hmmm... Menurutmu?" sahut Jihan tenang. Dia tahu persis putranya sangat cerdas dalam membaca situasi."Selalu ada timbal balik di setiap apa yang kita lakukan," jawab Jihan diplomatis."Tuh, akhirnya Mommy sudah mengakui, kan?" Lelaki itu tersenyum kecut. "Apa yang Mommy inginkan dari kami?""Pulanglah ke Indonesia, bawa Istri dan anakmu dan tinggallah bersama Mommy. Itu yang Mommy inginkan. Sangat sederhana, kan?" pinta Jihan tenang."Apa yang sedang Mommy rencanakan?" Regan berusaha mengikis jarak diantara mereka dengan menatap lekat wajah tua itu."Tidak ada. Aku hanya ingin menimbang cucuku. Kamu tahu, kan? Itu impian terbesar Mommy sejak dulu.""Aku tahu, tapi Salwa bukanlah istri yang Mommy inginkan." Regan menghela nafas."Kamu mencurigai Mommy?" Spontan Jihan membentak."Regan, dengarlah. Mommy tidak pernah mempersoalkan dari rahim siapa anakmu lahir. Bahkan bukankah Mommy dulu pernah mengusulkan agar kamu menitipkan benihmu di rahim ibu pengganti?" Perempuan tua itu
Bab 120Sebuah tepukan akhirnya yang menyadarkan Axel dari keseriusannya berbicara dengan sang menantu."Daddy? Kok Daddy ada disini?" Lelaki itu seketika berdiri melihat sosok tubuh tua yang menatapnya penuh kehangatan. Axel memeluk tubuh itu dan tuan Gunadi pun menggenggam erat tangannya.Regan pun tak kalah terkejut saat mendapati sesosok perempuan tua yang berdiri di samping tuan Gunadi."Mana cucu Mommy? Pasti cantik, kan?" Perempuan tua itu tersenyum hangat, senyum yang tak pernah Jihan perlihatkan kepada Regan selama belasan tahun."Cucu Mommy perempuan dan sangat cantik. Dia sangat mirip denganku," ucap Regan terbata-bata. Dadanya seketika berdesir."Benarkah? Bolehkah Mommy melihatnya?" tanya Jihan.Meskipun di benak keduanya masih penuh dengan berbagai pertanyaan, akhirnya Regan mengizinkan tuan Gunadi dan mommy Jihan masuk ke dalam ruangan tempat Salwa dan bayinya dirawat.Salwa sangat terkejut. Dia tak menyangka kedua orang itu akan sampai ke sini. Dia hanya bisa diam dan
Bab 119Ini adalah kali pertama Regan menghadapi persalinan seorang wanita. Tak terbayangkan, betapa risaunya ia melihat Salwa yang merintih kesakitan. Sembari tetap menggenggam tangan perempuan itu demi untuk menenangkannya, Regan terus berdoa dalam hati.Beberapa orang berpakaian putih di sekelilingnya mulai melakukan tugasnya masing-masing. Dokter Emily yang spesialis kandungan mulai mengecek kondisi Salwa."Nyonya Salwa sudah pembukaan empat, Tuan. Kami akan segera memberikan suntik epidural untuk menawar rasa sakitnya," ujar seorang dokter perempuan yang bertugas melakukan anestesi.Regan mengangguk. Dia membantu istrinya untuk duduk. Lagi-lagi Salwa meringis.Sembari dokter perempuan itu melaksanakan tugasnya, Regan menatap istri kecilnya prihatin. Sebenarnya dia tidak rela Salwa harus melahirkan semuda ini, di saat perempuan itu belum siap menerima rasa sakit di dalam proses persalinan. Secanggih apapun metodenya, tetap saja yang namanya melahirkan itu rasanya sakit.Setelah me
Bab 118Salwa bermaksud membantah, tapi jemari lelaki itu begitu ketat menempel di bibirnya. "Jangan memikirkan apapun. Semua perubahan yang terjadi pada keluarga kita, nyatanya tak akan bisa merubah apapun. Kita akan tetap bersama seperti ini." Lelaki itu melepaskan tangannya lalu mengecup bibir ranum itu berkali-kali. "Daddy sengaja membawa kamu ke Amerika, bukan karena takut dengan gangguan mereka, tetapi agar kamu merasa lebih rileks dan merasakan suasana baru. Lagi pula sudah lama sekali Daddy tidak mengunjungi keluarga di sana dan juga makam daddy Richard. Nanti kita ziarah ya. Daddy ingin mengenalkan istri dan calon anak daddy, meskipun yang kita datangi hanya sekedar makamnya saja." Salwa melihat lelaki di sampingnya seperti menahan sebuah kesedihan. Seperti ada luka lama yang disembunyikan oleh suaminya. Salwa tak tahu seperti apa luka itu. Salwa merasa ada rahasia yang ia sendiri tidak tahu meskipun belasan tahun mereka bersama. "Aku akan senang sekali bisa berkenalan den
Bab 117"Aku pasti akan selalu merindukanmu, Pa," sahut Salwa sendu. Baru saja ia merasa mendapatkan kasih sayang seorang ayah, kini tiba-tiba dia harus terpisah lagi. Namun Salwa percaya semua ini demi kebaikannya. Salwa percaya penuh kepada suami dewasanya itu.Axel kian erat memeluk tubuh Salwa. Rasanya dia tak ingin terpisah dari putri kesayangannya. Namun dia sudah menitipkan Salwa kepada Regan dan ia percaya lelaki itu pasti mampu membimbing putrinya untuk menjadi perempuan yang lebih baik lagi.Salwa menyusut air matanya dengan ujung jilbab. Sementara Axel beralih memeluk Regan, menepuk bahu lelaki itu. Keduanya berpegangan tangan erat, seolah saling menguatkan satu sama lain."Sebelum kalian meninggalkan negara ini, ada seseorang yang ingin bertemu dengan kalian." Axel memutar tubuhnya, lantas melambaikan tangan kepada seorang lelaki tua yang sejak tadi berdiri agak jauh dari tempat itu. Namun mata elangnya tak lepas mengamati semua keharuan yang terjadi."Tuan Gunadi?" Salwa
Bab 116"Lihatlah, ini akibat dari kecerobohanmu!" Tuan Gunadi melemparkan sebuah map berwarna coklat tua kepada istrinya."Daddy!" teriak Chintya. Dia melihat tatapan daddynya yang sangat menyeramkan. Tidak pernah tuan Gunadi sampai semarah ini kepada mereka berdua."Apa ini, Dad?" tanya nyonya Elina sembari membuka map yang diberikan oleh suaminya."Kamu lihat dan baca isi map itu," tunjuk tuan Gunadi kepada map yang berada di pangkuan istrinya.Lelaki itu mendaratkan tubuhnya duduk di hadapan sang istri sementara Nyonya Elina mulai membuka dan membaca isi map tersebut."Tidak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi. Ini pasti hanya prank, kan?" Nyonya Elina histeris setelah beberapa menit kemudian. Dia melempar map itu ke sembarang arah."Prank, katamu?? Kau pikir ini sebuah lelucon?! RVM group membatalkan kerjasama dan kita mengalami kerugian besar!" Mata itu berkilat-kilat di terpa cahaya lampu yang tergantung di langit ruangan."Tetapi kenapa mereka sampai melakukan hal tidak profesi
Bab 115"Bagaimana bisa? Kenapa sampai gagal? Gimana sih kerja kalian?" teriak nyonya Elina kepada seseorang di seberang telepon. Perempuan tua itu bahkan menghentakkan kakinya ke lantai. Dia sangat kesal, karena rencananya untuk menyingkirkan Salwa dan juga janin di dalam kandungannya gagal total. Ini adalah kegagalan yang pertama kali setelah sebelumnya 20 tahun yang lalu, setelah itu 3 tahun kemudian, dia berhasil menyingkirkan Winnie dan Airin dari kehidupan Axel, putranya. "Gagal?" sembur Chintya. Perempuan itu seketika mendongakkan wajah. Perhatiannya teralih kepada sang mommy setelah sebelumnya ia sibuk memainkan ponsel. "Mereka gagal, Chintya. Kakakmu sendiri yang langsung turun tangan menyelamatkan anak haramnya itu!" Akhirnya nyonya Elina kembali duduk di sisi putrinya. Wajahnya memerah dalam amarah. Nyonya Elina memijat pelipisnya. Dia tidak habis pikir, kenapa kali ini dia gagal? Orang-orangnya adalah orang yang terlatih dalam urusan culik menculik. Mereka bergerak sang