Bab 86Gadis itu terdiam. Hanya air matanya yang kembali tumpah. Meskipun tidak pernah mengenal hubungan cinta dengan lelaki manapun sebelumnya, tetapi Salwa tidak polos-polos amat. Dia cukup mengerti apa efek yang di timbulkan apabila obat itu terminum oleh seseorang. Pilihan ini terasa sangat sulit dan ia bisa membayangkan perjuangan Regan untuk menahan semuanya hingga akhirnya bisa sampai ke apartemen ini. Akal sehatnya tentu saja tidak mungkin membiarkan Regan berhubungan dengan wanita manapun, kecuali dirinya. Yang jadi masalah, status mereka yang hanya sekedar sepasang kekasih, bukan suami istri. Apapun, ia tak bisa membenarkan perbuatan ini. Regan dan dirinya tetap saja salah. "Maaf." Kata-kata itu berulangkali Regan ucapkan. Dia sadar sepenuhnya, perbuatannya telah melanggar janji yang pernah ia ucapkan kepada gadis itu. Dia seperti menjilat ludahnya sendiri, yang katanya akan sabar menunggu dua atau tiga tahun lagi sampai gadis itu benar-benar siap untuk menjadi istrinya.
Bab 87 "Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, Mom, tetapi Regan masih bisa lolos," bantah Chintya. "Itu cuma alasan kamu saja, Chintya. Nyatanya kamu memang tidak bisa menaklukan Regan!" Perempuan setengah baya itu kembali membentak putrinya. "Regan itu bukan lelaki sembarangan. Dia masih bisa mengendalikan diri meskipun berada di bawah pengaruh...." Chintya tidak melanjutkan ucapannya. Perempuan muda itu menatap sang mommy dengan hati yang terluka. Betapa tidak! Demi ambisi keluarga, yang untungnya masih sejalan dengan ambisinya, ia harus melakukan segala hal. Tak peduli benar atau salah. Di titik ini entah kenapa ia merasa hanya di jadikan alat keluarganya untuk merangkul Regan masuk ke dalam keluarganya. "Mommy tentu tahu, kan, bagaimana sepak terjangku menghadapi para lelaki? Aku ini wanita penakluk, Mom! Tetapi Regan bukan orang yang mudah ditaklukkan. Mommy mikir nggak sih, siapa Regan Itu? Meskipun berlimpah harta dan kekuasaan, ia adalah lelaki yang setia dengan pasangan.
Bab 88"Axel!" Regan seketika membeku. Kedatangan Axel di luar dugaannya. Apakah Axel sudah mengetahui apa yang sudah menimpa putrinya? Mengapa secepat ini Axel mendatanginya di apartemennya?"Mana Salwa?" tanyanya datar.Regan menatap intens lelaki itu. Wajahnya sama sekali tidak memancarkan aura persahabatan."Dia ada di kamarku," sahut Regan gugup. Di benaknya terbayang sesuatu yang mengerikan bakal menimpanya sebentar lagi.Axel menerobos masuk. Tubuhnya bersinggungan dengan tubuh Regan yang kekar. Gesekan badan yang seketika menimbulkan bara api yang sebentar lagi berkobar.Lelaki itu memasuki kamar Regan dengan tak sabar. Matanya langsung tertuju pada sesosok tubuh yang tergolek di pembaringan. Tubuh berbalut selimut yang tengah tertidur lelap.Axel memindai wajah putrinya yang terlihat sedikit pucat. Batinnya menjerit. Di rabanya kening gadis itu. Terasa panas menjalar di kulit telapak tangannya. Tampaknya ia menderita demam seusai peristiwa yang di alaminya tadi malam.Lelaki
Bab 89Masih dengan menggendong putrinya, Axel berlari kecil dari halaman parkir rumah sakit menuju ruang IGD. Kedatangannya di sambut oleh para medis yang langsung merebahkan gadis itu di brankar dan membawanya masuk ke dalam ruangan.Axel berdiri terpaku menatap putrinya hingga bayangan gadis itu lenyap di balik pintu. Di sandarkannya tubuhnya yang mendadak gemetar di dinding. Rasa penyesalan begitu mendalam lantaran telah gagal menjaga putrinya.Dulu ia gagal menjaga kehormatan Winnie dan Airin, karena dirinya sendiri yang tak bisa menahan hasrat lelakinya. Apalagi saat ia tinggal satu atap dengan Winnie. Lantas sekarang?"Kenapa kamu harus mengalami kejadian serupa dengan ibumu, Nak?" desah lelaki itu. Sudut matanya meluncur setitik air bening.Masih terngiang-ngiang ucapan Bunda Khadijah tempo hari. Perempuan renta itu jauh-jauh hari sudah memperingatkannya, agar Regan dan Salwa sebaiknya tidak tinggal satu atap lagi karena status mereka yang sudah berubah menjadi sepasang kekasi
Bab 90 "Pulang? Pulang kemana, Om? Daddy Regan belum datang...." Axel menatap putrinya dalam-dalam. Perasaannya campur aduk. Sebenarnya ia tak tega memisahkan kedua insan ini. Tapi membiarkan keduanya tinggal satu atap juga bukan solusi. Tidak menutup kemungkinan peristiwa seperti malam itu bakal terjadi lagi. Axel tak bisa membayangkan. Dia dan Regan sama-sama lelaki. Dan Axel tahu persis, bagaimana gairah lelaki seusia mereka. Dia harus mencegah, sebelum semuanya terlambat. Bagaimanapun sejarah yang melatarbelakangi kelahirannya, Salwa tetaplah darah dagingnya. Dan Axel berkewajiban untuk melindunginya. "Pagi ini kamu pulang ke apartemen Daddy dulu ya. Regan masih ada kegiatan. Dia tak bisa menjemput kamu...." "Tak biasanya seperti ini. Biasanya daddy Regan akan selalu menyediakan waktu untukku, sesibuk apapun," keluh Salwa. Dia menatap layar ponselnya yang masih menyala. Tak ada pesan atau panggilan dari lelaki itu. Axel hanya mengangkat bahu. "Mana Daddy tahu. Kami kan tidak
Bab 91Langkahnya perlahan mendekati jendela kamarnya. Di balik kaca ia mengintip pemandangan kota nan indah. Kota metropolitan dengan segala dinamikanya. Apartemen yang memjadi tempat tinggal Axel ini merupakan kawasan ekslusif dengan nilai investasi yang sangat fantastis. Hanya orang-orang yang memiliki kedudukan penting saja yang bisa tinggal disini.Sistem keamanannya pun sangat ketat. Tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat ini dengan mudah, kecuali penghuni apartemen itu sendiri. Meskipun begitu, Axel tetap memberikan pengawalan ekstra untuk Salwa.Salwa tersenyum miris. Sejak keluarga Gunadi Wijaya mengetahui ia adalah putri biologis Axel, saat itu pula ia merasa gerak-geriknya seperti ada yang mengawasi. Menjadi anggota keluarga konglomerat yang tak di akui, justru membuat keamanannya terancam.Seandainya ia tahu lebih awal, tidak mungkin ia sudi berurusan dengan mereka. Lebih baik ia selamanya tinggal di panti asuhan dan menemani bunda Khadijah seumur hidupnya, menjadi sese
Bab 92Sejurus kemudian, mobilnya memasuki halaman panti asuhan Kasih Ibu. Salwa memarkir mobilnya agak ke pojok, kemudian bergegas keluar.Bagi Salwa, tak ada tempat kembali yang terbaik selain tempat ini. Dia sudah terlanjur muak dengan kekacauan di dalam hidupnya. Regan dan Axel sama saja. Mereka saling berlomba untuk mendominasi, menanamkan pengaruh pada dirinya dan Salwa benci hal itu.Terkadang ia menyesali dirinya yang harus terlahir dari benih seorang Axelle Gunadi Wijaya. Seandainya ia anak orang tak di kenal, mungkin hidupnya tidak serumit ini. Bahkan seandainya saja ia tidak di pungut oleh Airin yang belakangan baru ia ketahui sebagai mantan kekasih Axel setelah Winnie, ibu kandungnya, mungkin sejarah hidupnya tak perlu terungkap. Takdir kemudian bermain. Airin menikah dengan Regan yang sebenarnya sahabat, eh lebih tepatnya rekan bisnis Axel.Apakah Airin tidak mengetahui siapa teman-teman suaminya? Apakah Regan sama sekali tidak mengetahui kalau istrinya adalah mantan keka
Bab 93Selama beberapa hari menjalani hari-harinya di panti, Salwa tak lepas dari pengawasan bunda Khadijah. Bahkan ia tidur dengan perempuan renta itu. Bunda Khadijah sadar, gadis itu bukan cuma frustasi karena sudah kehilangan mahkota kewanitaannya, tetapi juga dengan kenyataan bahwa Axel lah pelaku aborsi paksa mommy angkat kesayangannya.Selama itu pula bunda Khadijah membimbingnya untuk menjalankan kewajiban umat muslim, shalat lima waktu. Salwa sudah mulai lancar sekarang. Dia tak segan berbaur dengan adik-adiknya penghuni panti asuhan untuk shalat berjamaah.Sejak memutuskan tinggal di panti asuhan, Salwa memutuskan untuk menonaktifkan ponsel. Dia tak ingin ketenangannya terganggu, walaupun ia tahu pasti dua orang lelaki itu akan mencarinya.Panti asuhan ini bukanlah tempat yang susah untuk di temukan, apalagi bagi dua orang lelaki berkuasa seperti Axel dan Regan. Mata dan telinga mereka ada di mana-mana.Namun sampai sejauh ini, Salwa belum menemukan hal mencurigakan di sekita
Bab 123Sebidang lahan kosong yang sedianya akan digunakan untuk pembangunan gedung RVM group yang baru telah disulap menjadi sebuah tempat pesta yang megah. Tenda-tenda yang besar dipasang untuk menampung semua tamu yang datang. Tempat ini digunakan untuk tempat jamuan para tamu undangan, mengingat seluruh karyawan RVM group diundang tidak terkecuali, mulai dari jajaran direksi sampai OB dan petugas cleaning service.Sementara itu, di sebuah aula dalam gedung RVM group juga dihias dengan indah. Di salah satu bidang dinding terdapat kursi pelaminan yang juga sangat megah. Namun, orang-orang yang bisa masuk ke dalam aula ini hanya kalangan terbatas. Ini atas permintaan Regan sendiri yang tidak mau istrinya kelelahan, lantaran terlalu banyak menerima ucapan selamat dari para tamu.Hal yang paling membahagiakan bagi Salwa adalah kehadiran Bunda Khadijah, ustadzah Aisyah dan ustadz Rasyid. Pada acara siang ini, Salwa mengenakan gaun pengantin muslimah bernuansa biru muda. Perempuan muda i
Bab 122Sejak pintu pesawat terbuka dan ia mengiringi langkah sang suami menuruni tangga pesawat, dada Salwa serasa diketok-ketok. Dia terus memegangi lengan sang suami yang kondisinya justru berbanding terbalik dengannya.Lelaki yang kini berumur 38 tahun itu nampak seperti pahlawan yang baru saja memenangkan peperangan. Tubuhnya yang tegap begitu bangga menggendong putri mungilnya. Wajahnya tak henti menebarkan senyum kepada orang-orang yang menyambut kedatangannya malam ini."Selamat datang kembali di Indonesia, putriku!" Axel berlari kecil, tak sabar menghampiri putrinya. Lelaki itu memeluk putrinya sekilas kemudian mengambil alih baby Airin yang masih berada dalam gendongan Regan.Kedua lelaki itu saling menggenggam dan tersenyum, seolah tak memperdulikan apa yang tengah Salwa rasakan saat ini. "Para lelaki memang tidak peka," keluhnya pada diri sendiri. Namun ia tetap tersenyum dan larut dengan kebahagiaan orang-orang di sekelilingnya.Meskipun Salwa ingin menolak, tetapi ia t
Bab 121"Hmmm... Menurutmu?" sahut Jihan tenang. Dia tahu persis putranya sangat cerdas dalam membaca situasi."Selalu ada timbal balik di setiap apa yang kita lakukan," jawab Jihan diplomatis."Tuh, akhirnya Mommy sudah mengakui, kan?" Lelaki itu tersenyum kecut. "Apa yang Mommy inginkan dari kami?""Pulanglah ke Indonesia, bawa Istri dan anakmu dan tinggallah bersama Mommy. Itu yang Mommy inginkan. Sangat sederhana, kan?" pinta Jihan tenang."Apa yang sedang Mommy rencanakan?" Regan berusaha mengikis jarak diantara mereka dengan menatap lekat wajah tua itu."Tidak ada. Aku hanya ingin menimbang cucuku. Kamu tahu, kan? Itu impian terbesar Mommy sejak dulu.""Aku tahu, tapi Salwa bukanlah istri yang Mommy inginkan." Regan menghela nafas."Kamu mencurigai Mommy?" Spontan Jihan membentak."Regan, dengarlah. Mommy tidak pernah mempersoalkan dari rahim siapa anakmu lahir. Bahkan bukankah Mommy dulu pernah mengusulkan agar kamu menitipkan benihmu di rahim ibu pengganti?" Perempuan tua itu
Bab 120Sebuah tepukan akhirnya yang menyadarkan Axel dari keseriusannya berbicara dengan sang menantu."Daddy? Kok Daddy ada disini?" Lelaki itu seketika berdiri melihat sosok tubuh tua yang menatapnya penuh kehangatan. Axel memeluk tubuh itu dan tuan Gunadi pun menggenggam erat tangannya.Regan pun tak kalah terkejut saat mendapati sesosok perempuan tua yang berdiri di samping tuan Gunadi."Mana cucu Mommy? Pasti cantik, kan?" Perempuan tua itu tersenyum hangat, senyum yang tak pernah Jihan perlihatkan kepada Regan selama belasan tahun."Cucu Mommy perempuan dan sangat cantik. Dia sangat mirip denganku," ucap Regan terbata-bata. Dadanya seketika berdesir."Benarkah? Bolehkah Mommy melihatnya?" tanya Jihan.Meskipun di benak keduanya masih penuh dengan berbagai pertanyaan, akhirnya Regan mengizinkan tuan Gunadi dan mommy Jihan masuk ke dalam ruangan tempat Salwa dan bayinya dirawat.Salwa sangat terkejut. Dia tak menyangka kedua orang itu akan sampai ke sini. Dia hanya bisa diam dan
Bab 119Ini adalah kali pertama Regan menghadapi persalinan seorang wanita. Tak terbayangkan, betapa risaunya ia melihat Salwa yang merintih kesakitan. Sembari tetap menggenggam tangan perempuan itu demi untuk menenangkannya, Regan terus berdoa dalam hati.Beberapa orang berpakaian putih di sekelilingnya mulai melakukan tugasnya masing-masing. Dokter Emily yang spesialis kandungan mulai mengecek kondisi Salwa."Nyonya Salwa sudah pembukaan empat, Tuan. Kami akan segera memberikan suntik epidural untuk menawar rasa sakitnya," ujar seorang dokter perempuan yang bertugas melakukan anestesi.Regan mengangguk. Dia membantu istrinya untuk duduk. Lagi-lagi Salwa meringis.Sembari dokter perempuan itu melaksanakan tugasnya, Regan menatap istri kecilnya prihatin. Sebenarnya dia tidak rela Salwa harus melahirkan semuda ini, di saat perempuan itu belum siap menerima rasa sakit di dalam proses persalinan. Secanggih apapun metodenya, tetap saja yang namanya melahirkan itu rasanya sakit.Setelah me
Bab 118Salwa bermaksud membantah, tapi jemari lelaki itu begitu ketat menempel di bibirnya. "Jangan memikirkan apapun. Semua perubahan yang terjadi pada keluarga kita, nyatanya tak akan bisa merubah apapun. Kita akan tetap bersama seperti ini." Lelaki itu melepaskan tangannya lalu mengecup bibir ranum itu berkali-kali. "Daddy sengaja membawa kamu ke Amerika, bukan karena takut dengan gangguan mereka, tetapi agar kamu merasa lebih rileks dan merasakan suasana baru. Lagi pula sudah lama sekali Daddy tidak mengunjungi keluarga di sana dan juga makam daddy Richard. Nanti kita ziarah ya. Daddy ingin mengenalkan istri dan calon anak daddy, meskipun yang kita datangi hanya sekedar makamnya saja." Salwa melihat lelaki di sampingnya seperti menahan sebuah kesedihan. Seperti ada luka lama yang disembunyikan oleh suaminya. Salwa tak tahu seperti apa luka itu. Salwa merasa ada rahasia yang ia sendiri tidak tahu meskipun belasan tahun mereka bersama. "Aku akan senang sekali bisa berkenalan den
Bab 117"Aku pasti akan selalu merindukanmu, Pa," sahut Salwa sendu. Baru saja ia merasa mendapatkan kasih sayang seorang ayah, kini tiba-tiba dia harus terpisah lagi. Namun Salwa percaya semua ini demi kebaikannya. Salwa percaya penuh kepada suami dewasanya itu.Axel kian erat memeluk tubuh Salwa. Rasanya dia tak ingin terpisah dari putri kesayangannya. Namun dia sudah menitipkan Salwa kepada Regan dan ia percaya lelaki itu pasti mampu membimbing putrinya untuk menjadi perempuan yang lebih baik lagi.Salwa menyusut air matanya dengan ujung jilbab. Sementara Axel beralih memeluk Regan, menepuk bahu lelaki itu. Keduanya berpegangan tangan erat, seolah saling menguatkan satu sama lain."Sebelum kalian meninggalkan negara ini, ada seseorang yang ingin bertemu dengan kalian." Axel memutar tubuhnya, lantas melambaikan tangan kepada seorang lelaki tua yang sejak tadi berdiri agak jauh dari tempat itu. Namun mata elangnya tak lepas mengamati semua keharuan yang terjadi."Tuan Gunadi?" Salwa
Bab 116"Lihatlah, ini akibat dari kecerobohanmu!" Tuan Gunadi melemparkan sebuah map berwarna coklat tua kepada istrinya."Daddy!" teriak Chintya. Dia melihat tatapan daddynya yang sangat menyeramkan. Tidak pernah tuan Gunadi sampai semarah ini kepada mereka berdua."Apa ini, Dad?" tanya nyonya Elina sembari membuka map yang diberikan oleh suaminya."Kamu lihat dan baca isi map itu," tunjuk tuan Gunadi kepada map yang berada di pangkuan istrinya.Lelaki itu mendaratkan tubuhnya duduk di hadapan sang istri sementara Nyonya Elina mulai membuka dan membaca isi map tersebut."Tidak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi. Ini pasti hanya prank, kan?" Nyonya Elina histeris setelah beberapa menit kemudian. Dia melempar map itu ke sembarang arah."Prank, katamu?? Kau pikir ini sebuah lelucon?! RVM group membatalkan kerjasama dan kita mengalami kerugian besar!" Mata itu berkilat-kilat di terpa cahaya lampu yang tergantung di langit ruangan."Tetapi kenapa mereka sampai melakukan hal tidak profesi
Bab 115"Bagaimana bisa? Kenapa sampai gagal? Gimana sih kerja kalian?" teriak nyonya Elina kepada seseorang di seberang telepon. Perempuan tua itu bahkan menghentakkan kakinya ke lantai. Dia sangat kesal, karena rencananya untuk menyingkirkan Salwa dan juga janin di dalam kandungannya gagal total. Ini adalah kegagalan yang pertama kali setelah sebelumnya 20 tahun yang lalu, setelah itu 3 tahun kemudian, dia berhasil menyingkirkan Winnie dan Airin dari kehidupan Axel, putranya. "Gagal?" sembur Chintya. Perempuan itu seketika mendongakkan wajah. Perhatiannya teralih kepada sang mommy setelah sebelumnya ia sibuk memainkan ponsel. "Mereka gagal, Chintya. Kakakmu sendiri yang langsung turun tangan menyelamatkan anak haramnya itu!" Akhirnya nyonya Elina kembali duduk di sisi putrinya. Wajahnya memerah dalam amarah. Nyonya Elina memijat pelipisnya. Dia tidak habis pikir, kenapa kali ini dia gagal? Orang-orangnya adalah orang yang terlatih dalam urusan culik menculik. Mereka bergerak sang