Apa ini? kenapa begitu mudah papa menyetujui niat pria ini? Meylani tidak habis fikir dengan keputusan sang ayah."Pa, jangan bercanda!"Robbet terkekeh, "Siapa yang bercanda? Sebenarnya ini adalah hal yang papa tunggu-tunggu. Ingat Mel, usia papa juga semakin tua, apa kamu tidak ingin mengabulkan permintaan terakhir papa?"Apa-apaan ini papa? Kenapa justru membahas masalah umur? Setiap kali Robbet memintanya untuk segera menikah dan membawa-bawa masalah umur, Meylani selalu kesal. Mengingat, di dunia ini hanya Robbet yang menjadi sandarannya. Jika tuhan benar-benar mengambil papa, aku sama siapa?Robbet tau persis bagaimana watak putrinya, gadis itu tidak bisa mendapat tekanan dan perlakuan kasar. Karena, semakin memberi gadis itu tekanan agar sesuai apa yang kita inginkan, maka, putrinya itu akan semakin memberontak. Satu-satunya jalan adalah dengan membujuk halus gadis itu.Tanpa memberikan jawaban, Meylani tiba-tiba beranjak dari sofa.'Mau kemana dia?' Willyam yang melihat hal it
Willyam terdiam, mempertimbangkan apa yang harus dia lakukan sekarang. 'Jika saya mengatakan semuanya, apakah tidak masalah?'Tentunya Willyam memikirkan tentang kesehatan Robbet. Walaupun Willyam sangat percaya jika kesehatan pria di depannya ini sangat baik, tapi, Willyam yakin jika dirinya mengatakan yang sebenarnya, sudah di pastikan hal itu akan membuat Robbet terkejut. Mengingat bagaimana awal pertemuan mereka dulu.Ada apa dengan anak ini? terlihat sekali guratan di dahi Robbet, melihat Willyam terdiam membuatnya semakin penasaran."Ada apa, Will? Om lihat, sepertinya masalah kalian cukup rumit?"Willyam tersenyum, menetralkan raut wajahnya, "Oh, tidak, Om!""Kalau begitu, katakan kepada, Om! Siapa tau, Om bisa membantu!" desak Robbet.Willyam membenarkan posisi duduknya, menatap sekilas ke arah Robbet, seakan ragu untuk mengatakannya, "Ehemm, begini Om. Sebenarnya hubungan kami sedang ada masalah, mungkin ini semua juga karena kesalahan saya!""Om tau, tapi masalah seperti apa
Seperti biasa, walaupun tengah hamil, Elviara masih enggan untuk berdiam diri di rumah. Seperti saat ini, hampir jam delapan malam Elviara dan Bara baru pulang dari kantor. Walaupun sebenarnya di kantor, Elviara juga tidak memiliki banyak pekerjaan dan terkadang gadis itu hanya duduk bersantai atau bahkan rebahan di ruang pribadi Bara. Mungkin ini adalah awal kebahagian mereka, karena selama hamil, Elviara selalu ingin di dekat Bara, "Sayang, sepertinya anak ini nanti akan mirip dengan kamu!""Hmm, maksud kamu?" "Entahlah, mungkin karena selama masa kehamilan aku tidak bisa jauh dari kamu. Kata otang tua zaman dulu, jika seperti ini anaknya akan lebih mirip dengan ayahnya!"Bara terkekeh, "Itu hanya mitos, sayang. Tapi, jika anak kita perempuan, aku lebih berharap semoga mirip dengan kamu!""Kenapa begitu?""Agar sama menggemaskannya dengan kamu, sayang!""Ishhhhh," sahutnya seraya melangkah masuk ke dalam rumah, di ikuti oleh Bara di belakangnya.Walaupun ini seperti mimpi dan terl
Setelah menanggalkan satu persatu baju yang di kenakan oleh Elviara, Bara mengangkat tubuh sintal sang istri, dan mendudukkannya di atas sebuah meja yang berada di dalam kamar mandi itu.Bara memandang lekat wajah Elviara, dengan jemarinya yang menyusuri garis wajah cantik itu. Semakin lama, jemari itu semakin turun, berganti menyusuri lekuk tubuh Elviara yang saat ini hanya mengenakan pakaian dalam. Hingga, jemari Bara terhenti di paha Elviara."Relax, sayang!" bisik Bara.Perlahan, Bara membuka kedua paha Elviara, dan membiarkan dua paha itu berada di antara pinggangnya. Sama dengan Elviara, saat ini Bara justru sudah menanggalkan semua pakaiannya.Elviara menatap mata Bara yang penuh gairah, membuatnya spontan menyilangkan ke dua tangannya di depan dada."Kenapa harus di tutup? bahkan, saya saja sudah mencicipiya!" bisik Bara, dengan suara yang terdengar begitu berat.Sebuah senyuman tersungging di bibir Bara, melihat Elviara Enggan menuruti kalimatnya. Apa aku harus bertindak terl
Setelah percintaan itu berakhir, Bara membantu Elviara untuk mengeringkan rambutnya yang basah kuyup."Sepertinya, ini sudah kering!" ucap Bara, seraya mematikan hair dryer yang habis dia gunakan untuk mengeringkan rambut Elviara dan menyimpannya kembali di tempat semula.Elviara mengangguk, "Ya sudah. kalau begitu, mari kita tidur! Aku sangat lelah."Mengingat seharian berada di kantor, membuat Elviara sedikit lelah. Padahal seharian ini tidak ada pekerjaan untuknya, selain menemani Bara makan dan melihat pria itu berkutat seharian di depan layar komputer. Kadang hal itu membuatnya jenuh."Maafkan saya!" ucap Bara seraya mengangkat tubuh Elviara ala bridal Style, membawanya menuju ranjang."Kenapa mengangkat ku? Aku masih bisa jalan sendiri!""Stttttt, nikmati saja. Hal baik seperti ini, belum tentu bisa terulang kembali," karena, memang tidak ada yang abadi di dunia ini. Inilah alasan Bara selalu memperlakukan Elviara dengan baik, Apa lagi selama masa kehamilan gadis itu, keinginan
Novi yang baru saja mendapat kabar tentang musibah kebakaran yang hampir saja menimpa putrinya, membuat waanita itu pagi-pagi sekali nekat datang ke Apartemen yang di tinggali oleh Revina. Untung saja, ketika wanita itu datang, Aldo sudah mengondisikan semuanya dan terpaksa mengganti unit apartemen yang baru sesuai apa yang di intruksikan oleh Bara.Tanpa permisi, Novi masuk ke dalam apartemen yang di tinggali oleh putrinya begitu saja. Wanita itu terlihat sangat panik, hingga tidak menyadari keberadaan Bara, Elviara, dan Aldo disana. "Putri ku, Apa kamu baik-baik saja?" "MAMA!" Revina membalas pelukan ibunya cukup erat."Apa yang terjadi? Kenapa bisa sampai seperti ini?" tanya Novi seraya menangkup kedua pipi putrinya. Sesekali, wanita paruh baya itu juga merapikan rambut putrinya yang terlihat berantakkan."Kejadiannya begitu cepat, Ma!" Revina mulai menceritakan apa ang terjadi semalam.Novi sangat serius, mendengarkan Revina bercerita bagaimana awal mula terjadinya kebakaran itu
"Tidak, ini tidak mungkin terjadi."Tangan Meylani bergetar hebat, dirinya tidak percaya mengetahui hasil pemeriksaan menyatakan jika dirinya positif hamil."Dok, ini tidak mungkin kan? saya tidak mungkin hamil, kan?" mata Meylani tampak berkaca-kaca, tidak terima dengan kenyataan ini.Dokter yang tadi memeriksanya dan ikut bergembira setelah mengetahui kehamilan Meylani, seketika binggung. Semua orang sangat senang mendapat kabar baik ini, tapi kenapa lain dengan wanita ini?"Ibu, ibu yang tenang ya! Kasian bayi yang ada di perut anda!" dokter yang tadi menangani pemeriksaan Meylani ikut binggung, melihat bagaimana histerisnya Meylani mengetahui kehamilannya. Apa lagi, gadis itu datang untuk pemeriksaan seorang diri.'Seharusnya tidak mungkin aku hamil, karena setelah melakukannya dengan Willyam, aku selalu mengonsumpi obat kontrasepsi!'Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Meylani sangat berharap, jika dirinya mengandung anak dari Bara. Tapi, sepertinya itu adalah hal yang san
Hampir satu jam, Meylani menunggu di ruang tunggu rumah sakit itu. Meylani memainkan ponselnya untuk menghilangkan penat, gadis itu menggulir layar ponselnya kesana kemari membaca berita yang tengah hangat di perbincangkan oleh netizen."Perempuan aneh. Lagi pula, apa yang kurang dengan suaminya? Bukannya memberikan semangat kepada suaminya di pertandingan justru asik dengan pria lain?" lirih Meylani, mengomentari berita yang baru saja di bacanya.Seperti rumah sakit pada umumnya, suasana di sana cukup tenang. Namun, beberapa menit kemudian suasana di rumah sakit itu berubah ketika sebuah helikopter mendarat di atap gedung yang berada tepat di sebelah rumah sakit."Wahhh, tampan sekali. Siapa pria itu?" ucap salah satu wanita yang melihat seseorang pria keluar dari dalam helikopter.Tidak hanya satu, dua orang saja yang memuji pria itu. Karena banyaknya orang yang penasaran, akhirnya pria itu menjadi pusat perhatian, terutama kaum hawa. Bagaimana tidak, badannya yang tinggi tegap sang