'Apa mereka tidak malu?' Elviana yang saat itu belum berangkat, dan masih menunggu kedatangan Nicholas. Menyaksikan bagaimana Ibu dan anak itu memaksa Bara untuk berganti mobil, agar Revina bisa ikut bersama mereka.Semakin kesini, Elviana juga semakin meragukan kewarasan Novi dan Revina. Ibu dan anak yang menurutnya sama-sama aneh dan minim rasa malu.Tin ... Tinn."Astaga," seketika Elviana memegang dadanya, setelah terperajat mendengar klakson mobil yang berhenti tepat di depannya."Maaf, apa kamu baik-baik saja?" melihat keadaan Elviana, dengan panik Nicholas segera keluar dari mobilnya, dan tidak sengaja berpapasan dengan mobil Bara yang berjalan keluar dari kediaman Adiwijaya."Tidak, saya tidak apa-apa!" sahut Elviana.Bara menghentikan mobilnya, dan membuka kaca itu tepat di samping Nicholas."Bara?" lirih Nicholas, mengira jika sahabatnya sudah kembali ke kota.Bara dan Elviara menunda keberangkatannya, memutuskan untuk turun dari mobil untuk menyapa Nicholas."Ohh, ternyata
Apa ini? kenapa begitu mudah papa menyetujui niat pria ini? Meylani tidak habis fikir dengan keputusan sang ayah."Pa, jangan bercanda!"Robbet terkekeh, "Siapa yang bercanda? Sebenarnya ini adalah hal yang papa tunggu-tunggu. Ingat Mel, usia papa juga semakin tua, apa kamu tidak ingin mengabulkan permintaan terakhir papa?"Apa-apaan ini papa? Kenapa justru membahas masalah umur? Setiap kali Robbet memintanya untuk segera menikah dan membawa-bawa masalah umur, Meylani selalu kesal. Mengingat, di dunia ini hanya Robbet yang menjadi sandarannya. Jika tuhan benar-benar mengambil papa, aku sama siapa?Robbet tau persis bagaimana watak putrinya, gadis itu tidak bisa mendapat tekanan dan perlakuan kasar. Karena, semakin memberi gadis itu tekanan agar sesuai apa yang kita inginkan, maka, putrinya itu akan semakin memberontak. Satu-satunya jalan adalah dengan membujuk halus gadis itu.Tanpa memberikan jawaban, Meylani tiba-tiba beranjak dari sofa.'Mau kemana dia?' Willyam yang melihat hal it
Willyam terdiam, mempertimbangkan apa yang harus dia lakukan sekarang. 'Jika saya mengatakan semuanya, apakah tidak masalah?'Tentunya Willyam memikirkan tentang kesehatan Robbet. Walaupun Willyam sangat percaya jika kesehatan pria di depannya ini sangat baik, tapi, Willyam yakin jika dirinya mengatakan yang sebenarnya, sudah di pastikan hal itu akan membuat Robbet terkejut. Mengingat bagaimana awal pertemuan mereka dulu.Ada apa dengan anak ini? terlihat sekali guratan di dahi Robbet, melihat Willyam terdiam membuatnya semakin penasaran."Ada apa, Will? Om lihat, sepertinya masalah kalian cukup rumit?"Willyam tersenyum, menetralkan raut wajahnya, "Oh, tidak, Om!""Kalau begitu, katakan kepada, Om! Siapa tau, Om bisa membantu!" desak Robbet.Willyam membenarkan posisi duduknya, menatap sekilas ke arah Robbet, seakan ragu untuk mengatakannya, "Ehemm, begini Om. Sebenarnya hubungan kami sedang ada masalah, mungkin ini semua juga karena kesalahan saya!""Om tau, tapi masalah seperti apa
Seperti biasa, walaupun tengah hamil, Elviara masih enggan untuk berdiam diri di rumah. Seperti saat ini, hampir jam delapan malam Elviara dan Bara baru pulang dari kantor. Walaupun sebenarnya di kantor, Elviara juga tidak memiliki banyak pekerjaan dan terkadang gadis itu hanya duduk bersantai atau bahkan rebahan di ruang pribadi Bara. Mungkin ini adalah awal kebahagian mereka, karena selama hamil, Elviara selalu ingin di dekat Bara, "Sayang, sepertinya anak ini nanti akan mirip dengan kamu!""Hmm, maksud kamu?" "Entahlah, mungkin karena selama masa kehamilan aku tidak bisa jauh dari kamu. Kata otang tua zaman dulu, jika seperti ini anaknya akan lebih mirip dengan ayahnya!"Bara terkekeh, "Itu hanya mitos, sayang. Tapi, jika anak kita perempuan, aku lebih berharap semoga mirip dengan kamu!""Kenapa begitu?""Agar sama menggemaskannya dengan kamu, sayang!""Ishhhhh," sahutnya seraya melangkah masuk ke dalam rumah, di ikuti oleh Bara di belakangnya.Walaupun ini seperti mimpi dan terl
Setelah menanggalkan satu persatu baju yang di kenakan oleh Elviara, Bara mengangkat tubuh sintal sang istri, dan mendudukkannya di atas sebuah meja yang berada di dalam kamar mandi itu.Bara memandang lekat wajah Elviara, dengan jemarinya yang menyusuri garis wajah cantik itu. Semakin lama, jemari itu semakin turun, berganti menyusuri lekuk tubuh Elviara yang saat ini hanya mengenakan pakaian dalam. Hingga, jemari Bara terhenti di paha Elviara."Relax, sayang!" bisik Bara.Perlahan, Bara membuka kedua paha Elviara, dan membiarkan dua paha itu berada di antara pinggangnya. Sama dengan Elviara, saat ini Bara justru sudah menanggalkan semua pakaiannya.Elviara menatap mata Bara yang penuh gairah, membuatnya spontan menyilangkan ke dua tangannya di depan dada."Kenapa harus di tutup? bahkan, saya saja sudah mencicipiya!" bisik Bara, dengan suara yang terdengar begitu berat.Sebuah senyuman tersungging di bibir Bara, melihat Elviara Enggan menuruti kalimatnya. Apa aku harus bertindak terl
Setelah percintaan itu berakhir, Bara membantu Elviara untuk mengeringkan rambutnya yang basah kuyup."Sepertinya, ini sudah kering!" ucap Bara, seraya mematikan hair dryer yang habis dia gunakan untuk mengeringkan rambut Elviara dan menyimpannya kembali di tempat semula.Elviara mengangguk, "Ya sudah. kalau begitu, mari kita tidur! Aku sangat lelah."Mengingat seharian berada di kantor, membuat Elviara sedikit lelah. Padahal seharian ini tidak ada pekerjaan untuknya, selain menemani Bara makan dan melihat pria itu berkutat seharian di depan layar komputer. Kadang hal itu membuatnya jenuh."Maafkan saya!" ucap Bara seraya mengangkat tubuh Elviara ala bridal Style, membawanya menuju ranjang."Kenapa mengangkat ku? Aku masih bisa jalan sendiri!""Stttttt, nikmati saja. Hal baik seperti ini, belum tentu bisa terulang kembali," karena, memang tidak ada yang abadi di dunia ini. Inilah alasan Bara selalu memperlakukan Elviara dengan baik, Apa lagi selama masa kehamilan gadis itu, keinginan
Novi yang baru saja mendapat kabar tentang musibah kebakaran yang hampir saja menimpa putrinya, membuat waanita itu pagi-pagi sekali nekat datang ke Apartemen yang di tinggali oleh Revina. Untung saja, ketika wanita itu datang, Aldo sudah mengondisikan semuanya dan terpaksa mengganti unit apartemen yang baru sesuai apa yang di intruksikan oleh Bara.Tanpa permisi, Novi masuk ke dalam apartemen yang di tinggali oleh putrinya begitu saja. Wanita itu terlihat sangat panik, hingga tidak menyadari keberadaan Bara, Elviara, dan Aldo disana. "Putri ku, Apa kamu baik-baik saja?" "MAMA!" Revina membalas pelukan ibunya cukup erat."Apa yang terjadi? Kenapa bisa sampai seperti ini?" tanya Novi seraya menangkup kedua pipi putrinya. Sesekali, wanita paruh baya itu juga merapikan rambut putrinya yang terlihat berantakkan."Kejadiannya begitu cepat, Ma!" Revina mulai menceritakan apa ang terjadi semalam.Novi sangat serius, mendengarkan Revina bercerita bagaimana awal mula terjadinya kebakaran itu
"Tidak, ini tidak mungkin terjadi."Tangan Meylani bergetar hebat, dirinya tidak percaya mengetahui hasil pemeriksaan menyatakan jika dirinya positif hamil."Dok, ini tidak mungkin kan? saya tidak mungkin hamil, kan?" mata Meylani tampak berkaca-kaca, tidak terima dengan kenyataan ini.Dokter yang tadi memeriksanya dan ikut bergembira setelah mengetahui kehamilan Meylani, seketika binggung. Semua orang sangat senang mendapat kabar baik ini, tapi kenapa lain dengan wanita ini?"Ibu, ibu yang tenang ya! Kasian bayi yang ada di perut anda!" dokter yang tadi menangani pemeriksaan Meylani ikut binggung, melihat bagaimana histerisnya Meylani mengetahui kehamilannya. Apa lagi, gadis itu datang untuk pemeriksaan seorang diri.'Seharusnya tidak mungkin aku hamil, karena setelah melakukannya dengan Willyam, aku selalu mengonsumpi obat kontrasepsi!'Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Meylani sangat berharap, jika dirinya mengandung anak dari Bara. Tapi, sepertinya itu adalah hal yang san
Bara benar-benar terkejut, melihat istrinya berdiri di ambang pintu. Menatap ke arahnya dengan mata terbelalak dan berair, seolah benar-benar terpukul melihat kesalah pahaman ini. 'Akhirnya, yang di tunggu-tunggu datang juga!' melihat kekacauan ini, tentu saja Revina sangat senang. Berharap, setelah ini kakak tirinya itu akan benar-benar berpisah dengan Bara. Entah apa yang Revina rencanakan, tiba-tiba saja gadis itu mendorong tubuh Bara, seolah tengah berusaha untuk melarikan diri dari Bara, "Kakak, untung kakak datang kemari tepat waktu!" Dengan penampilan yang sengaja ia buat berantakkan, Revina menghampiri Elviara dengan wajah ketakutan. Bahkan matanya memerah seperti menahan tangis, mencoba untuk menipu semua orang jika Bara melakukan hal yang tidak-tidak dengannya. "Ini tidak seperti yang kalian lihat!" ucap Bara. melihat dari sorot mata Elviara, terlihat gadis itu meragukan apa yang baru saja di ucapkan oleh Bara. "Sayang, apa kamu tidak mempercayai ku?" "Stop!" Elviara
Akhirnya, Elviara benar-benar menghadiri acara reuni tanpa suaminya, untung saja masih ada saudari kembarnya yang menemani. Tidak hanya Elviana, bahkan Nicholas juga ikut datang ke acara itu sebagai pasangan Elviana."Emmm, serasi sekali!" Ledek Elviara, melihat saudarinya yang malu-malu karena kehadiran Nicholas di sana."Apa sih, kak. Kakak sendiri kalau datang dengan kak Bara pasti juga seperti ini, kan?" sahut Elviana."Pfffffttttt, wajar saja, Na. Kami ini pasangan!" ucap Elviara."Iya-iya, yang paling pasangan," sahut Elviana dengan raut wajah yang sengaja cemberut, untuk menutupi kegugupannya."Pffftttttt." Elviara tidak lagi menggoda saudarinya dan memutuskan untuk masuk ke dalam gedung, di mana tempat mereka untuk melakukan janji temu."Kak Ara, mau kemana?" tanya Elviana melihat Elviara melangkahkan kakinya dan sengaja memberikan waktu untuk Elviana dan Nicholas menghabiskan waktu bersama.Elviara menoleh, dan tersenyum ke arah saudarinya, "Bersenang-senanglah, aku tidak aka
"Elviana, pak Nicholas. Silahkan masuk!" Elviara segera mempersilahkan Elviana dan Nicholas untuk ."Sayang, siapa yang datang?" sebenarnya tadi Bara sudah mengikuti lengkah Elviara. Namun, dering ponselnya membuat dirinyanya harus menghentikan langkah untuk mengangkat panggilan itu.Elviara menoleh, menatap ke arah Bara yang tengah melangkah ke arahnya, "Ini, sayang. Ada Elviana dan pak Nicholas datang!"Sayang? Apa mereka benar-benar sudah saling mencintai? Nicholas bertanya-tanya melihat keharmonisan rumah tangga Elviara dan Bara, karena setau dia dulu, Bara menerima perjodohan ini hanya untuk memenuhi persyaratan agar bisa mewarisi Alexander Corporation.'Huhhh, apa yang saya pikirkan? Jelas saja mereka saling mencintai,' batin Nicholas melihat perut Elviara yang semakin membesar."Nic, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Bara seraya menepuk pelan bahu Nicholas, setelah sahhabatnya itu tidak segera memberikan respon ketika di ajaknya berbicara."Ehemmm, tidak ada!" sahut Nichola
Malam itu, Elviara mengurungkan niatnya dan memilih untuk beristirahat, setelah merasakan nyeri di perutnya. Mungkin karena Elviara terlalu banyak beban fikiran.***"Selamat pagi, sayang!" sapa Bara yang baru saja keluar dari kamar mandi.Mendengar suara suaminya, Elviara pun menoleh ke arah Bara yang masih berada di ambang pintu kamar mandi, pria itu terlihat segar dengan buliran air yang terlihat masih menetes dari rambutnya."Selamat pagi!" sahut Elviara dengan senyuman yang mengembang.Cup.Bara melangkahkan kakinya, dan mengecup kening Elviara. Sedangkan Elviara memeluk erat pinggang suaminya, merasakan aroma sabun yang cukup melekat di tubuh suaminya."Hmmm, segar sekali!" ucap Elviara membuat Bara terkekeh."Sayang, sepertinya nanti akan ada pertemuan dengan petinggi perusahaan. Bagaimana jika saya telat atau bahkan tidak bisa menemani kamu menghadiri acara reoni?" Tidak maksud berbohong, Memang awalanya Bara takut tidak bisa mengantarkan Elviara kerena ulah Revina. Tapi, apa
Beberapa hari ini, Elviara memperhatikan sikap Bara yang sedikit aneh, 'Sebenarnya, ada apa dengannya?'Elviara yang tidak tahan lagi akhirnya menghampiri Bara, "Sayang, apa ada masalah?"Bara menoleh, dan tersenyum melihat Elviara tengah berdiri di sampingnya, "Tidak ada apa-apa!"Apa yang sebenarnya dia sembunyikan? Elviara merasa ada yang aneh dengan sikap Bara, seperti ada yang tengah pria itu tutupi darinya.Melihat Elviara termenung, Bara menarik pelan tubuh Elviara, membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya, "Ada yang ingin saya sampaikan, sayang!"Elviara menoleh, dengan wajah penasaran gadis itu menatap ke arah Bara, menunggu apa yang akan di sampaikan oleh Bara. Namun, yang di tunggu-tunggu justru tidak kunjung bersuara dan membuat Elviara semakin bertaya-tanya."Sayang!""Hmmm, apa?" sahut Elviara antusias."Bagaimana kalau besok saya tidak bisa menemani kamu di acara reuni? Apa kamu akan marah?" tanya Bara. Sebenarnya ini bukan acara mendadak, bahkan Elviara sudah mengatak
Melihat Meylani yang terus-terusan mendesaknya, akhirnya Willyam bercerita sedikit agar Meylani tidak lagi menuduhnya yang macam-macam, 'Kalau saja tidak sedang mengandung, mungkin saya tidak akan memberitahunya tentang ini.'Anggap saja semua ini memang sudah takdir Meylani dan Willyam. Pertemuan yang awalnya hanya sebatas kerjasama untuk balas dendam, kini, justru mereka terlibat dalam hubungan yang rumit. Bahkan seorang Willyam, mavia kelas kakap yang terkenal kejam dan sadis, perlahan tunduk di depan Meylani.Willyam menghela nafas, melihat wajah cemberut Meylani seolah merajuk dengannya. Tapi, kali ini gadis itu tidak bersikap sebrutal biasanya, seperti saat-saat mereka tengah bertengkar. "Hahhhh, baiklah. Ikut saya, saya akan menceritakan semuanya kepada kamu!" ucap Willyam.Apa tuan benar-benar akan menceritakan semuanya? Apa nona Meylani benar-benar bisa di percaya? Justru, yang terlihat khawatir adalah Rouhan. Takut jika nanti Willyam benar-benar memberi tahu semuanya, terma
Akhirnya, Bara tetap harus kembali ke kantor. Sebenarnya, setelah menemani Elviara memperiksakan kandungan, Bara berniat untuk segera pulang dan menemani istrinya. Karena akhir-akhir ini, Bara selalu sibuk dengan pekerjaan kantor. "Sore, pak!" sapa Sania saat berpapasan dengan Bara. "Sore." "Bagaimana hasilnya pak, apakah nyonya dan bayinya baik-baik saja!" Bara mengangguk, "Semua sehat dan baik-baik saja!" "Syukurlah. Oh, iya, Pak. Ada nona Revina di dalam menunggu anda!" ucap Sania yang hampir saja lupa untuk menyampaikan hal itu. "Revina?" sahut Bara penuh tanya, untuk apa gadis itu berada di kantornya? "Iya, Pak. Sepertinya, nona Revina ingin menanyakan soal pengajuan magang di kantor ini, Pak!" Bara mengangguk, "Baiklah!" Dengan santainya Sania menyampaikan pesan Revina kepada Bara, bahkan mengizinkan gadis itu untuk menunggu Bara di ruang kerja pria itu. Mungkin, jika Sania tau niat buruk Revina, pasti Sania akan mencegah Revina untuk masuk ke dalam ruang kerja
"Nyonya Elviara Anastasya!"Padahal, saat ini Elviara sudah membalik foto itu dan sedikit lagi mengetahui siapa yang ada di dalam foto. Tapi, saat bersamaan, Elviara mendengar seorang perawat memanggil namanya, membuatnya menoleh. Dengan cepat, Willyam merebut foto itu dari tangan Elviara, "Ini milik saya!"Setelah menganmbil foto tadi, Willyam segera beranjak pergi. Sebelum Elviara menyadari siapa dirinya."Oh, Maaf!" sahut Elviara.Elviara menatap ke arah Willyam sekilas, 'Siapa pria ini? Apa aku pernah bertemu dengannya?' Walaupun Willyam berpenampilan tertutup, tapi, melihat sorot matanya membuat Elviara merasa tidak asing dengannya."Ayo kita masuk!" Ajak Bara, melihat mereka telah di tunggu oleh dokter di ruang pemeriksaan.Dan foto tadi? Sebenarnya Elviara masih penasaran dengan foto itu. Bagaimana tidak, Elviara sempat melihat ada suaminya di dalam foto tadi, 'Apa aku salah lihat?' "Ada apa?" tanya Bara melihat Elviara terdiam."Ahh, tidak. Ayo kita masuk sekarang!" Akhirn
"APA?"Untung saja, saat Meylani mengatakan kelimat itu, Elviara tidak berada di sana. Ternyata, lima menit sebelum kedatangan Meylani, Elviara berpamitan ingin ke kamar mandi. Awalnya Bara berniat untuk mengantar Elviara, namun gadis itu justru menolaknya dan menyuruh Bara untuk tetap menunggu di sana. Karena, kebetulan nomor antrian mereka sudah dekat."Kamu ingat ini?" Elviara mengangkat tangannya, memperlihatkan beberapa foto kebersamaan mereka saat malam itu. Mengangkatnya tepat di depan wajah Bara.'Ternyata, benar, dia dalang di balik kejadian itu,' Bara tidak habis fikir, kenapa Meylani bisa senekat ini. Padahal, gadis itu pastinya sudah mengetahui tentang statusnya sekarang.Bara tersenyum, menatap aneh ke arah Meylani. Seakan telah muak dengan tingkah gadis itu, "Benarkah? Apa ... kamu mengandung anak saya, dan bukan anak orang lain?"Willyam yang tadinya ingin mengejar Meylani, akhirnya mengurungkan niatnya setelah mendengar Bara meragukan dan tidak mempercayai jika yang di