Setelah menanggalkan satu persatu baju yang di kenakan oleh Elviara, Bara mengangkat tubuh sintal sang istri, dan mendudukkannya di atas sebuah meja yang berada di dalam kamar mandi itu.Bara memandang lekat wajah Elviara, dengan jemarinya yang menyusuri garis wajah cantik itu. Semakin lama, jemari itu semakin turun, berganti menyusuri lekuk tubuh Elviara yang saat ini hanya mengenakan pakaian dalam. Hingga, jemari Bara terhenti di paha Elviara."Relax, sayang!" bisik Bara.Perlahan, Bara membuka kedua paha Elviara, dan membiarkan dua paha itu berada di antara pinggangnya. Sama dengan Elviara, saat ini Bara justru sudah menanggalkan semua pakaiannya.Elviara menatap mata Bara yang penuh gairah, membuatnya spontan menyilangkan ke dua tangannya di depan dada."Kenapa harus di tutup? bahkan, saya saja sudah mencicipiya!" bisik Bara, dengan suara yang terdengar begitu berat.Sebuah senyuman tersungging di bibir Bara, melihat Elviara Enggan menuruti kalimatnya. Apa aku harus bertindak terl
Setelah percintaan itu berakhir, Bara membantu Elviara untuk mengeringkan rambutnya yang basah kuyup."Sepertinya, ini sudah kering!" ucap Bara, seraya mematikan hair dryer yang habis dia gunakan untuk mengeringkan rambut Elviara dan menyimpannya kembali di tempat semula.Elviara mengangguk, "Ya sudah. kalau begitu, mari kita tidur! Aku sangat lelah."Mengingat seharian berada di kantor, membuat Elviara sedikit lelah. Padahal seharian ini tidak ada pekerjaan untuknya, selain menemani Bara makan dan melihat pria itu berkutat seharian di depan layar komputer. Kadang hal itu membuatnya jenuh."Maafkan saya!" ucap Bara seraya mengangkat tubuh Elviara ala bridal Style, membawanya menuju ranjang."Kenapa mengangkat ku? Aku masih bisa jalan sendiri!""Stttttt, nikmati saja. Hal baik seperti ini, belum tentu bisa terulang kembali," karena, memang tidak ada yang abadi di dunia ini. Inilah alasan Bara selalu memperlakukan Elviara dengan baik, Apa lagi selama masa kehamilan gadis itu, keinginan
Novi yang baru saja mendapat kabar tentang musibah kebakaran yang hampir saja menimpa putrinya, membuat waanita itu pagi-pagi sekali nekat datang ke Apartemen yang di tinggali oleh Revina. Untung saja, ketika wanita itu datang, Aldo sudah mengondisikan semuanya dan terpaksa mengganti unit apartemen yang baru sesuai apa yang di intruksikan oleh Bara.Tanpa permisi, Novi masuk ke dalam apartemen yang di tinggali oleh putrinya begitu saja. Wanita itu terlihat sangat panik, hingga tidak menyadari keberadaan Bara, Elviara, dan Aldo disana. "Putri ku, Apa kamu baik-baik saja?" "MAMA!" Revina membalas pelukan ibunya cukup erat."Apa yang terjadi? Kenapa bisa sampai seperti ini?" tanya Novi seraya menangkup kedua pipi putrinya. Sesekali, wanita paruh baya itu juga merapikan rambut putrinya yang terlihat berantakkan."Kejadiannya begitu cepat, Ma!" Revina mulai menceritakan apa ang terjadi semalam.Novi sangat serius, mendengarkan Revina bercerita bagaimana awal mula terjadinya kebakaran itu
"Tidak, ini tidak mungkin terjadi."Tangan Meylani bergetar hebat, dirinya tidak percaya mengetahui hasil pemeriksaan menyatakan jika dirinya positif hamil."Dok, ini tidak mungkin kan? saya tidak mungkin hamil, kan?" mata Meylani tampak berkaca-kaca, tidak terima dengan kenyataan ini.Dokter yang tadi memeriksanya dan ikut bergembira setelah mengetahui kehamilan Meylani, seketika binggung. Semua orang sangat senang mendapat kabar baik ini, tapi kenapa lain dengan wanita ini?"Ibu, ibu yang tenang ya! Kasian bayi yang ada di perut anda!" dokter yang tadi menangani pemeriksaan Meylani ikut binggung, melihat bagaimana histerisnya Meylani mengetahui kehamilannya. Apa lagi, gadis itu datang untuk pemeriksaan seorang diri.'Seharusnya tidak mungkin aku hamil, karena setelah melakukannya dengan Willyam, aku selalu mengonsumpi obat kontrasepsi!'Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Meylani sangat berharap, jika dirinya mengandung anak dari Bara. Tapi, sepertinya itu adalah hal yang san
Hampir satu jam, Meylani menunggu di ruang tunggu rumah sakit itu. Meylani memainkan ponselnya untuk menghilangkan penat, gadis itu menggulir layar ponselnya kesana kemari membaca berita yang tengah hangat di perbincangkan oleh netizen."Perempuan aneh. Lagi pula, apa yang kurang dengan suaminya? Bukannya memberikan semangat kepada suaminya di pertandingan justru asik dengan pria lain?" lirih Meylani, mengomentari berita yang baru saja di bacanya.Seperti rumah sakit pada umumnya, suasana di sana cukup tenang. Namun, beberapa menit kemudian suasana di rumah sakit itu berubah ketika sebuah helikopter mendarat di atap gedung yang berada tepat di sebelah rumah sakit."Wahhh, tampan sekali. Siapa pria itu?" ucap salah satu wanita yang melihat seseorang pria keluar dari dalam helikopter.Tidak hanya satu, dua orang saja yang memuji pria itu. Karena banyaknya orang yang penasaran, akhirnya pria itu menjadi pusat perhatian, terutama kaum hawa. Bagaimana tidak, badannya yang tinggi tegap sang
"APA?"Untung saja, saat Meylani mengatakan kelimat itu, Elviara tidak berada di sana. Ternyata, lima menit sebelum kedatangan Meylani, Elviara berpamitan ingin ke kamar mandi. Awalnya Bara berniat untuk mengantar Elviara, namun gadis itu justru menolaknya dan menyuruh Bara untuk tetap menunggu di sana. Karena, kebetulan nomor antrian mereka sudah dekat."Kamu ingat ini?" Elviara mengangkat tangannya, memperlihatkan beberapa foto kebersamaan mereka saat malam itu. Mengangkatnya tepat di depan wajah Bara.'Ternyata, benar, dia dalang di balik kejadian itu,' Bara tidak habis fikir, kenapa Meylani bisa senekat ini. Padahal, gadis itu pastinya sudah mengetahui tentang statusnya sekarang.Bara tersenyum, menatap aneh ke arah Meylani. Seakan telah muak dengan tingkah gadis itu, "Benarkah? Apa ... kamu mengandung anak saya, dan bukan anak orang lain?"Willyam yang tadinya ingin mengejar Meylani, akhirnya mengurungkan niatnya setelah mendengar Bara meragukan dan tidak mempercayai jika yang di
"Nyonya Elviara Anastasya!"Padahal, saat ini Elviara sudah membalik foto itu dan sedikit lagi mengetahui siapa yang ada di dalam foto. Tapi, saat bersamaan, Elviara mendengar seorang perawat memanggil namanya, membuatnya menoleh. Dengan cepat, Willyam merebut foto itu dari tangan Elviara, "Ini milik saya!"Setelah menganmbil foto tadi, Willyam segera beranjak pergi. Sebelum Elviara menyadari siapa dirinya."Oh, Maaf!" sahut Elviara.Elviara menatap ke arah Willyam sekilas, 'Siapa pria ini? Apa aku pernah bertemu dengannya?' Walaupun Willyam berpenampilan tertutup, tapi, melihat sorot matanya membuat Elviara merasa tidak asing dengannya."Ayo kita masuk!" Ajak Bara, melihat mereka telah di tunggu oleh dokter di ruang pemeriksaan.Dan foto tadi? Sebenarnya Elviara masih penasaran dengan foto itu. Bagaimana tidak, Elviara sempat melihat ada suaminya di dalam foto tadi, 'Apa aku salah lihat?' "Ada apa?" tanya Bara melihat Elviara terdiam."Ahh, tidak. Ayo kita masuk sekarang!" Akhirn
Akhirnya, Bara tetap harus kembali ke kantor. Sebenarnya, setelah menemani Elviara memperiksakan kandungan, Bara berniat untuk segera pulang dan menemani istrinya. Karena akhir-akhir ini, Bara selalu sibuk dengan pekerjaan kantor. "Sore, pak!" sapa Sania saat berpapasan dengan Bara. "Sore." "Bagaimana hasilnya pak, apakah nyonya dan bayinya baik-baik saja!" Bara mengangguk, "Semua sehat dan baik-baik saja!" "Syukurlah. Oh, iya, Pak. Ada nona Revina di dalam menunggu anda!" ucap Sania yang hampir saja lupa untuk menyampaikan hal itu. "Revina?" sahut Bara penuh tanya, untuk apa gadis itu berada di kantornya? "Iya, Pak. Sepertinya, nona Revina ingin menanyakan soal pengajuan magang di kantor ini, Pak!" Bara mengangguk, "Baiklah!" Dengan santainya Sania menyampaikan pesan Revina kepada Bara, bahkan mengizinkan gadis itu untuk menunggu Bara di ruang kerja pria itu. Mungkin, jika Sania tau niat buruk Revina, pasti Sania akan mencegah Revina untuk masuk ke dalam ruang kerja