Starla meletakkan ponselnya dengan lesu. Sudah tidak terhitung lagi entah sudah berapa puluh atau berapa ratus kali dirinya menghubungi Radev. Namun usahanya itu sia-sia belaka. Ponsel Radev mati.Sudah lebih satu minggu berlalu sejak insiden pengeroyokan terhadap dirinya. Sejak itu pula Starla kehilangan akses untuk menghubungi Radev. Perasaan rindu, khawatir, dan ingin bertemu berbaur menjadi satu. Sebelum perasaan itu semakin berlarut-larut, Starla mengingatkan diri akan statusnya. Meskipun ia dan Radev sudah menikah, namun dirinya tak ubahnya bagai seorang wanita simpanan. Masih terngiang dengan jelas nasihat pernikahan sebelum akad nikah dilafalkan. Bahwa sebagai seorang istri yang dinikahi secara siri Starla tidak berhak menuntut apa pun pada Radev.“La …”Suara seseorang yang sudah sangat dihapalnya membuat Starla seketika menoleh. Ia mendapati sahabatnya berdiri di sana.“Lo udah pulang?” tanya Starla retoris.Kia mengangguk lesu. “Nggak lembur?”Kia menidakkan dengan geleng
“Gue bakal jaga rahasia ini baik-baik dengan tiga syarat.”Ajeng menatap Gathan tajam tapi tatapan menusuknya itu tidak berarti apa-apa. Gathanlah yang memiliki kuasa. Pria itu memegang kendali dengan penuh.“Sebutin apa lagi mau lo?” Bibir dingin pria itu mengulas senyum. Ia menyukai ekspresi Ajeng yang penuh ketakutan seperti saat ini disaksikannya.“Gue mau tiga hal yang wajib lo penuhi.”Bibir Gathan lalu mendekati telinga Ajeng. Pria itu berbisik menuturkan keinginannya poin demi poin.“Dasar biadab! Gue nggak bisa ngelakuin itu!” Ajeng memaki lalu mendorong dada Gathan, menyatakan penolakan atas keinginan pria itu.Gathan terkekeh, geli melihat ekspresi Ajeng. “Semua tergantung lo,Jeng. Kalo lo nggak mau artinya pernikahan lo bakalan batal. Ups, nggak juga. Lo tetap menikah tapi dengan gue.”“Lo bukan manusia, lo binatang!” Ajeng menyumpah sejadinya tapi Gathan malah tertawa keras merayakan kemenangannya.***Hari yang dinanti pun tiba. Keluarga Radev dan keluarga Ajeng sudah b
Starla melepas kacamata dan rambut palsunya. Siapa pun penemu properti itu ia sangat berterima kasih karena benda tersebut berhasil menyelamatkan hidupnya. Saat ini Starla dan Kia sudah tiba di apartemen setelah petualangan yang menegangkan. Starla sebut ini sebagai petualangan karena tadi ia seperti tokoh di film-film yang sedang mengadakan penyelidikan. Dan syukurlah ia berhasil melalui petualangan tersebut dengan selamat. Starla tidak mampu membayangkan jika orang-orang terutama keluarga Radev menangkap basah dirinya. Maka dipastikan untuk kesekian kali dirinya akan dihina dan dipermalukan. Setelah seluruh atribut penyamaran lepas dari dirinya, Starla membersihkan sisa-sisa riasan di wajah dengan micellar water. Tadi untuk lebih menyempurnakan penyamarannya ia mengaplikasikan make up super tebal. Dan Radev masih mengenalinya.Kadang cinta memang seajaib itu. Sementara itu Kia yang duduk di pinggir tempat tidur memerhatikan Starla. Sejak di mobil tadi ia terus mengamati sahabatnya
Berkat Bjorka Radev berhasil keluar dari ballroom. Sahabatnya itu mengantar Radev sampai ke kamar yang disediakan sebelumnya. Setelah pintu terbuka Radev melihat Starla sudah berada di sana. Istrinya itu tidak sendiri. Ada sahabat baiknya di sana. Sama seperti Radev yang juga ditemani sahabatnya.“La, ini Radev. Dev, ini Starla.” Bjorka mempertemukan keduanya lalu menyerah terimakan mereka. “Udah bisa ditinggal kan ya?”Starla melempar senyum pada Bjorka yang meliriknya.“Udah, sana, kebanyakan basa-basi lo,” timpal Radev tertawa.Bjorka kemudian mengajak Kia keluar dari kamar meninggalkan pasangan suami istri itu berdua.Starla masih terpaku di tempatnya memandang pada Radev dengan perasaan rindu membuncah di dadanya.Setelah berpisah sekian lama akhirnya mereka memiliki kesempatan untuk berdua.“La ...,” panggil laki-laki itu sambil menggerakkan kursi rodanya mendekati Starla. Begitu mereka tidak lagi berjarak Radev dengan cepat menggenggam tangan Starla.“Kamu terlalu nekat, Dev. G
Selagi Radev dan Starla asyik masyuk di kamar, Bjorka mengajak Kia ke ballroom. Mereka duduk di salah satu sudut ruangan itu sembari mengobrol ringan.“Kamu udah lama temenan sama Starla?” tanya Bjorka setelah menyesap minumannya.“Lumayan. Aku udah temenan sama Starla sejak pertama kerja sama Pak Radev.”“Jadi dulu kamu anak magang juga?”Kia mengangguk mengiakan. “Aku dulu sama-sama magang dengan Starla. Lalu kami berdua direkrut buat jadi pegawai di sana. Cuma ya ... beda posisi. Aku di keuangan, Starla jadi asistennya Pak Boss.” Bjorka manggut-manggut tanda mengerti. Lalu setelahnya untuk sesaat mereka terdiam. Bjorka mengedarkan mata menyapu setiap titik ballroom. Dari tempatnya saat ini ia bisa melihat Ajeng sedang cekikikan bersama para teman-temannya. Perempuan itu begitu berbahagia. Tapi sayangnya dia tidak tahu bahwa semua ini hanyalah kebahagiaan semu. Ajeng boleh saja merasa menang sekarang setelah mendapatkan Radev. Diam-diam Kia mencuri pandang ke arah Bjorka. Pria m
“Setidaknya kalau kamu memang tidak mencintai dia, kamu harus bisa jaga sikapmu, Dev.”Gerakan Radev mengaduk kopi melalui sendok kecil perlahan melambat saat kata-kata ibunya meresap masuk ke gendang telinganya.Tidak perlu bertanya. Radev yakin Ajeng sudah melaporkan tentang kejadian malam pertama mereka pada mertuanya. Betapa saat itu Radev menolak untuk melayani. Radev juga yakin Ajeng menceritakan dengan detail bahkan menambah cerita yang tidak terjadi.Dasar perempuan tidak tahu malu.Ini adalah hari pertama setelah mereka menikah tapi Radev sudah ingin muntah.“Mami bener, Dev, harusnya lo jaga sikap, tahu diri sedikit. Kurang apa sih dia? Kenapa lo jadi nggak tahu diuntung begini?” Sama seperti sebelum-sebelumnya Rai akan selalu menimpali meski tidak diminta. Dan lebih seringnya pendapat perempuan itu hanya akan memperkeruh suasana.“Aku sudah menikah dengan dia seperti keinginan kalian. Jadi jangan minta lebih dari itu, aku nggak bisa," jawab Radev meminta pengertian dari or
Sepanjang perjalanan di dalam taksi yang membawanya pulang Starla duduk di belakang seperti orang linglung. Di balik keterdiamannya kepala perempuan itu dipenuhi oleh berbagai pikiran.Tentang hidupnya nanti. Tentang hidup anaknya kelak. Tentang ancaman yang dilontarkan calon mertuanya. Starla tahu ancaman keluarga Radev tidak main-main. Dan jujur saja membuat nyali Starla menciut. Ambil apa pun darinya, tapi jangan anaknya.Lalu Starla memutuskan ia akan menyimpan sendiri apa yang terjadi di dalam hatinya rapat-rapat. Radev tidak perlu tahu akan hal itu. Cukup pria itu tahu bahwa Starla baik-baik saja dengan kehidupannya saat ini tanpa kehadiran lelaki itu.***Hari-hari berlalu secepat membalikkan telapak tangan. Tanpa terasa sudah bulan ketujuh kehamilan Starla. Sejauh ini perempuan itu masih bertahan hidup dengan uang yang pas-pasan. Starla menjual seluruh perhiasannya kecuali cincin pernikahannya dengan Radev yang tidak akan pernah dilepasnya sampai titik darah penghabisan.Lalu
Hari ini Starla bekerja sampai malam. Berdua dengan Raya dirinya bekerja merangkai bunga untuk pesanan acara empat bulanan kehamilan Ajeng.Toko bunga itu memang masih baru, tapi Raya mendapat limpahan orderan dari temannya yang memiliki usaha sejenis.Pinggang Starla mulai terasa pegal akibat duduk berjam-jam. Punggungnya pun terasa menusuk. Keadaan itu diperparah oleh matanya yang mulai redup. Pada jam segini biasanya Starla sudah meringkuk di tempat tidur. “La, suami kamu kerja di mana? Tadi kamu udah info ke dia kalau bakal pulang telat?”Celetukan Raya yang tidak disangka-sangka membuat Starla memandang pada perempuan itu.“Suamiku kerja di luar kota, Mbak.” Tentu Starla berbohong. Ia tidak mungkin sejujur itu mengatakannya kan? Walau Raya terlihat baik, tapi rahasianya terlalu riskan untuk diumbar.“Terus kapan ketemuannya dong? Dia tega ninggalin kamu lagi hamil gede kayak gini?”Starla tersenyum pahit. “Dia pulang sekali sebulan kok, Mbak. Kalau dipikir tega apa nggak tega pa
"Pokoknya kalian wajib datang. Gue nggak mau ya nerima alasan apa pun.""Apa pun?""Ya, apa pun!" tegas suara di seberang sana penuh penekanan.“Ya udah, gue tanya Kaka dulu ya, dia mau apa nggak.”"Ya pasti mau lah. Kalau nggak mau gue pecat dia jadi adek ipar."Rachel tertawa lalu memutus panggilan."Siapa, Ra?" tanya Bjorka yang baru keluar dari kamar mandi."Rai.""Raihana?"Rachel mengiakan dengan anggukan kepala.Bjorka tidak bertanya lagi. Masih dengan mengenakan handuk dia membuka lemari mencari bajunya di sana. Biasanya Rachel yang menyediakan. Tapi karena tadi asyik teleponan dengan Rai, Rachel jadi lupa."Ka, Rai minta kita hadir di acara nikahannya." Rachel menyampaikan isi pembicaraan dengan Rai tadi.Setelah bertualang dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain, akhirnya Rai memantapkan hati untuk menikah. Bukan pernikahan yang pertama memang. Dan mirisnya lagi adalah calon suami Rai berumur hampir dua kali lipat dari usianya. Saat Rachel protes, "Lo yakin mau nikah s
Prosesi pernikahan Rachel dan Bjorka akhirnya berjalan dengan lancar dan baru saja berakhir.Rachel tidak merasa lelah sedikit pun meski rangkaian acara tersebut berlangsung hampir lima belas jam lamanya. Yang ada hanya perasaan bahagia.Perlahan pikirannya mulai mereka ulang lagi adegan demi adegan yang terselenggara tadi. Mulai dari prosesi akad nikah yang mengharukan sampai acara resepsi yang mewahnya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Zoia yang mulai saat ini ia panggil dengan sebutan Mama mengusahakan semuanya agar sempurna. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk pernikahan kliennya, dan tentu saja saat pernikahan anak sendiri harus luar biasa.Seperti yang Rachel sepakati dengan Bjorka, Bjorka akan menunggunya di ballroom. Setelah mendengar komando dari MC, Rachel kemudian masuk diiringi oleh para bridesmaid. Yang menjadi bridesmaid adalah Starla, model-model Lavender Manajemen serta para sepupu Bjorka.Setelah menapakkan kaki di ballroom, wajah Rachel tertimpa lampu flas
Bagi orang-orang mungkin keputusan Bjorka untuk menikahi Rachel hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah status mereka berpacaran adalah keputusan yang paling gila. Mungkin mereka juga menganggap Bjorka tidak berpikir panjang. Tapi demi apa pun Bjorka sudah memikirkan semua ini.Setelah jadian malam itu Bjorka mulai memikirkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Rachel. Bjorka sudah mengenalnya bertahun-tahun. Ia tahu persis bagaimana sifat dan karakter Rachel. Dalam waktu satu bulan itu juga ia mulai merasakan chemistry demi chemistry di antara mereka yang tidak pernah ia temukan saat dulu bersama Nicole. Perlahan Bjorka menyadari bahwa ia lebih cocok dengan Rachel. Maka saat menyampaikan pada mamanya bahwa ia sudah punya pacar dan juga mengatakan ingin menikahi pacarnya itu mamanya terkejut oleh kenekatan Bjorka. Mungkin Bjorka memang nekat. Tapi nekat yang ini bukan tanpa alasan. Nekat yang ini juga akan ia pertanggungjawabkan.Setelah meyakinkan kedua orang tuany
Starla menatap Rachel sambil senyum-senyum sendiri menyaksikan tingkah adik iparnya itu.Saat ini Rachel sedang mematut diri di cermin sambil memindai diri dari puncak kepala hingga bawah kaki. Rachel mengenakan dress berwarna peach dan masih merasa ada yang kurang. Ini entah dress ke berapa yang ia coba sejak tadi.Malam ini Bjorka akan mengajak ke rumahnya. Dan status sebagai kekasihnya yang Rachel sandang saat ini membuatnya merasa harus memberikan yang terbaik. Rachel memang sudah ribuan kali mondar-mandir ke rumah Bjorka, namun itu sebagai sahabat. Malam ini adalah untuk pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki di sana sebagai pacar Bjorka. Dan rasanya gugup bukan main."Gimana, Ra? Masih belum juga?" tanya Starla melihat Rachel yang masih bimbang akan mengenakan baju yang mana."Ini sih bagus, tapi agak ketat di bagian dada," jawab Rachel."Atau coba yang ini."Rachel menerima midi dress floral berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru yang Starla sodorkan la
"Please, Ka, jangan sekarang." Rachel menolak ketika Bjorka mengatakan akan membawa ke rumahnya dan mengenalkan pada orang tuanya bahwa saat ini Rachel adalah kekasihnya.Sudah satu bulan mereka berpacaran namun tidak seorang pun tahu perubahan status tersebut karena sejak awal mereka mengetahui keduanya bersahabat. Semua berjalan sebagaimana biasa."Kenapa nggak boleh?" Bjorka menatap Rachel lekat, ingin tahu apa alasannya.Tentu saja Rachel tidak siap dengan semua ini adalah karena ia khawatir respon yang akan diterimanya dari orang tua Bjorka. Selama ini mereka bisa menerima Rachel sebagai teman anak mereka. Namun hal yang sama belum tentu akan terjadi jika mereka tahu bahwa Rachel adalah kekasih putra mereka. Rachel tidak akan pernah lupa ucapan mamanya Bjorka yang pernah ia dengar dengan tidak sengaja. Dari sana sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan sikap mereka pada Rachel."Bukan nggak boleh tapi aku rasa belum saatnya," jawab Rachel mengatakan alasannya."Jadi kapan saatnya
Satu tahun kemudian.365 hari telah berlalu. Bjorka kehilangan jejak Nicole. Sejak Nicole resign Bjorka tidak tahu lagi bagaimana kabarnya. Bjorka tidak pernah mencari tahu atau menghubunginya. Karena jika keep in touch dengannya semua akan semakin sulit.Hari-hari terasa begitu berat, hampa dan sunyi. Ternyata begini rasanya patah hati. Sampai detik ini Bjorka masih memikirkan perkataan Nicole waktu itu.Pintu kamar Bjorka diketuk. Lalu kepala Papanya menyembul. Javas tampak sudah rapi dengan Polo shirt hitam dan jeans biru pudar. Walau sudah bapak-bapak tapi papanya masih muda. Papanya bahkan jarang mengenakan celana kain selain ke kantor."Nggak malmingan, Ka?""Mau malmingan sama siapa, Pa?"Javas mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur tempat Bjorka berbaring."Masa udah mau kepala tiga masih jomblo aja," ledek Javas padanya."Ya mau gimana, nggak ada yang mau sama aku.""Yaelah, Ka, Ka ... Baru kehilangan cewek satu kali letoynya sampai satu tahun." Papa menoyor kepala Bjorka
Radev tidak menjawab pertanyaan Rachel. Aura dingin yang menguar dari ekspresinya membuat Rachel jadi ketakutan. Dulu Radev sudah menasihatinya agar jangan terpengaruh oleh Megan. Tapi yang terjadi Megan berhasil memanfaatkan Rachel. Megan tahu Rachel adalah anak yang patuh dan penurut. Kelemahannya itu digunakan Megan untuk menekan Rachel."Dev, lo tahu dari mana?" tanya Rachel sekali lagi masih dengan ekspresi yang sama. Takut-takut seperti tadi."Nggak penting gue tahu dari mana. Yang penting adalah gue tahu.""Lo tahu dari Kaka?""Sahabat gue bukan orang munafik. Dia pandai menjaga rahasia. Dia nggak bakal koar-koar ke mana-mana sekalipun sama gue."Rachel menggigit pipi bagian dalam. Kalau memang bukan dari Bjorka lantas dari mana Radev tahu? Apa selama ini Radev mengawasi pergerakan Rachel dari jauh? "Udah berkali-kali gue kasih nasihat. Lo mesti hati-hati sama Mami. Tapi nyatanya dia berhasil menjebak lo.""Sorry, Dev, gue emang salah. Abisnya gue kasihan sama Mami. Lagian wak
Hujan gerimis mengiringi pemakaman Marvel. Langit seakan berduka dan turut menangis. Satu demi satu para pelayat sudah mulai pulang. Takut kena gerimis yang akan menjelma menjadi hujan deras.Rachel masih terpaku memandangi gundukan tanah di hadapannya. Jasad Marvel sudah terkubur jauh di dalam tanah sana namun Rachel masih belum bisa menghentikan air matanya.Saat ini hanya tinggal Rachel, Radev, Starla dan Bjorka di pemakaman tersebut. Teman-teman dari Lavender Manajemen serta rekan kerja Radev sudah pulang. Sedangkan Megan dan Rai tidak mau datang sama sekali meskipun ini adalah untuk terakhir kalinya."Ra, sudah. Kita sama-sama ikhlasin Papi biar beliau tenang di alam sana," bujuk Radev mengusap punggung Rachel."Gue masih nggak percaya kalau Papi bunuh diri, Dev. Seharusnya nggak begini. Papi mengambil jalan pintas karena ngerasa nggak ada yang mendukungnya, dia ngerasa sendiri," ratap Rachel dengan perasaan sedih yang tidak kunjung habis. Mata gadis itu merah dan bengkak akibat
Sidang akan dimulai ketika Bjorka, Nicole dan Rachel masuk ke dalam ruangan.Rachel melihat Marvel mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan ceking. Membuat Rachel ingin menangis melihat kondisi sang ayah. Di saat-saat begini seharusnya pria itu mendapatkan support dari orang-orang terdekatnya. Terutama istrinya. Yang terjadi, istrinya malah meninggalkannya dan meminta cerai darinya. Lalu pacaran dengan pria lain yang kaya-raya.Rachel tidak sempat berbicara dengan Marvel. Tapi mereka sempat saling mengirim tatapan. Marvel bersyukur. Semua orang meninggalkannya. Hanya putri bungsunya yang selalu setia mengunjungi dan memberi support.Sidang atas kasus penyuapan itu dimulai. Diawali oleh pembacaan susunan acara oleh panitera. Selama itu pula detak jantung Rachel tidak karuan. Semoga saja hukuman untuk papinya tidak terlalu berat.Jika diibaratkan dengan kata-kata, mungkin Rachel sudah begah oleh sidang demi sidang yang disaksikannya. Hari ini sua