Hari ini Starla bekerja sampai malam. Berdua dengan Raya dirinya bekerja merangkai bunga untuk pesanan acara empat bulanan kehamilan Ajeng.Toko bunga itu memang masih baru, tapi Raya mendapat limpahan orderan dari temannya yang memiliki usaha sejenis.Pinggang Starla mulai terasa pegal akibat duduk berjam-jam. Punggungnya pun terasa menusuk. Keadaan itu diperparah oleh matanya yang mulai redup. Pada jam segini biasanya Starla sudah meringkuk di tempat tidur. “La, suami kamu kerja di mana? Tadi kamu udah info ke dia kalau bakal pulang telat?”Celetukan Raya yang tidak disangka-sangka membuat Starla memandang pada perempuan itu.“Suamiku kerja di luar kota, Mbak.” Tentu Starla berbohong. Ia tidak mungkin sejujur itu mengatakannya kan? Walau Raya terlihat baik, tapi rahasianya terlalu riskan untuk diumbar.“Terus kapan ketemuannya dong? Dia tega ninggalin kamu lagi hamil gede kayak gini?”Starla tersenyum pahit. “Dia pulang sekali sebulan kok, Mbak. Kalau dipikir tega apa nggak tega pa
Kia masih tertegun. Ia sibuk berpikir bagaimana caranya membawa Radev dari sana. Gadis itu ikut memindai situasi di sekitar.Semua orang terlihat asyik dengan aktivitas masing-masing hingga tidak memedulikan keadaan di sekeliling mereka.“Ayo, Kia, tunggu apa lagi? Nanti acaranya keburu dimulai.”Kia belum memutuskan apa-apa ketika tiba-tiba Megan mendekat menegur mereka.“Dev, kenapa malah berdiri di sini? Tempat kamu di sana.” Perempuan itu menunjuk tempat duduk di mana seharusnya anaknya berada.Radev berdecak pelan sembari memandang Kia dengan sorot ‘Kamu sih kelamaan’.“Nanti aku ke sana, Mi. Mau ngobrol sebentar.”“Ngobrolnya kan bisa nanti. Acaranya sudah mau dimulai. Ayo!"Radev tidak bisa lagi mengelak. Ia membiarkan tangannya digandeng. Dengan agak terpincang pria itu mengikuti langkah ibunya.Sementara Kia hanya bisa menghela napas panjang. Beruntung mereka belum sempat meninggalkan rumah. Atau akan terjadi masalah besar.***Hari ini hari minggu, namun Starla tetap bekerja
Starla terperanjat saat menyadari keberadaan Gathan di dekatnya. Tapi sudah terlambat untuk mengelak. Pertemuan dengan lelaki itu tidak pernah ada di dalam prediksinya walau tempat tersebut sangat berpotensi untuk mempertemukan mereka.Cepat Starla berdiri dari duduknya. Lalu setelahnya dengan begitu leluasa Gathan melihat perutnya yang membola.Pemandangan ini begitu nyata di depan matanya. Starla benar-benar hamil!Gathan yang terkejut setengah mati dengan cepat mengganti ekspresi wajahnya.“La, kamu di sini juga?” Pertanyaan retoris itu yang berhasil meluncur dari bibirnya.Starla yang terlihat gugup menganggukkan kepalanya dengan perlahan. Ia tidak mungkin menidakkan, kan?“Kamu sudah menikah?” Itu pertanyaan kedua Gathan yang telinga Starla dengar.Untuk kedua kalinya Starla membentuk anggukan kepala. Namun ia harap Gathan tidak bertanya siapa suaminya.Namun tentu saja harapan Starla tidak akan terwujud. Pria itu tergelitik rasa penasaran yang dalam. Keberadaan Starla di tempat
Starla menyesap juice alpukatnya dalam-dalam. Aliran dingin dari sari buah itu menyegarkan tenggorokannya yang berlanjut menuju lambungnya.Tepat di depannya Gathan duduk dengan tubuh tegak dan tampak menatapnya dengan lurus.Mereka berada di cafe ini setelah pengakuan mengejutkan Starla. Hal sekrusial itu tidak bisa dibicarakan hanya dengan sambil lalu. Maka Gathan memutuskan untuk berhenti dulu agar bisa berbicara serius dengan Starla.Starla tidak tahu apa kelanjutan episode hidupnya setelah pengakuan yang begitu frontal. Tapi saat melihat respon Gathan tadi memberianya keyakinan bahwa Gathan tidak akan mengumbar rahasia terbesarnya walau keyakinan itu lemah.“Jadi dia berjanji akan menceraikan Ajeng kalau terbukti anak itu bukan anaknya?” Starla memberi anggukan. “Kalau ternyata anak itu terbukti sebagai anak kandungnya, gimana? Kamu yakin dia tetap akan menceraikan Ajeng?”Pengandaian Gathan membuat Starla kehilangan kata. Ia tidak mampu menjawab karena memang tidak tahu apa ja
Sudah sejak tadi Starla duduk gelisah menunggu Radev. Meski pertemuan dengan lelaki itu tidak dikehendakinya, tapi dirinya juga tidak bisa mengelak. Lalu selagi menanti kedatangan Radev, pikiran Starla mulai memetakan begitu banyak hal. Saat tengah larut dalam lamunannya, suara bel terdengar nyaring, membuat Starla harus beranjak dari duduk. Pintu Starla buka, memperlihatkan sosok yang dirindukannya selama ini. Suaminya.Tanpa berkata apa-apa lelaki itu membawa Starla ke pelukannya. Membuang segala kerinduan yang tak terbendung. Meski memeluk Starla tidak lagi seleluasa dulu karena terhalang perutnya yang besar.Suara deheman Kia mengurai dekapan mereka sehingga keduanya saling melepas pagutan lalu masuk ke dalam apartemen.“Pak Radev, saya tinggal sebentar ya,” ucap Kia tahu diri.“Lo di sini aja, Ki,” jawab Starla melarang sahabatnya itu pergi. Sedangkan Radev mengirim tatapan agar Kia beranjak dari mereka.Kia menggaruk lehernya, bingung harus menuruti perintah siapa.“Tolong be
“Aku nggak bisa, Mi, aku kan lagi kerja.”“Gimana? Kerja? Istri lagi kritis dan kamu lebih memilih pekerjaan kamu? Ajeng itu lagi pendarahan, Dev. Bisa saja nanti kamu kehilangan anak. Jangan sampai kamu menyesal!” Suara di seberang sana terdengar meraung di telinga Radev.“Ya udahlah, Mi, nggak usah pake marah-marah. Mami kan udah di sana. Mami atau aku akan sama artinya.”“Mami nggak mau tahu ya, Dev. Mami tunggu secepatnya!”Panggilan diputus sepihak sebelum Radev sempat menjawab. Lelaki itu hanya bisa menghela napas lalu menyimpan ponselnya.Melihat raut kusut Radev dan sekilas yang tadi didengar, Starla tahu lelaki itu akan pergi meninggalkannya.“La, kata Mami Ajeng mengalami pendarahan berat,” beritahu Radev pada istrinya.Starla kaget lalu duduk dengan cepat. “Gimana bisa?”“Entahlah, aku juga nggak tahu. Mami nggak cerita detailnya. Tapi dia minta aku untuk datang ke rumah sakit sekarang. Jadi ... aku harus ninggalin kamu dulu.”“Pergilah, Dev,” jawab Starla pengertian. Walau
Selagi menanti, Radev memainkan ponselnya. Tiba-tiba saja lelaki itu kepikiran untuk membuka aplikasi market place. Satu bulan lagi anaknya akan lahir. Jadi Radev bermaksud untuk membelikan sesuatu untuknya.Radev melihat-lihat perlengkapan bayi. Hatinya langsung terpikat melihat selimut bayi berwarna biru. Menurut keterangan yang dipajang, selimut itu sangat lembut dan nyaman untuk bayi baru lahir. Dan yang lebih istimewa lagi di selimut tersebut bisa request untuk nama si bayi.Tanpa pikir panjang Radev langsung memesannya lalu mengisi form singkat. Ia menuliskan nama anaknya, ‘Bintang Casanova’. Seulas senyum tipis membingkai bibir lelaki itu setelah berhasil check out dan membayar. Ia tinggal menunggu paketnya datang ke rumah.“Dev ...”Radev mengangkat muka sambil buru-buru menutup aplikasi saat mendengar Megan memanggil. Ibunya itu sudah berada di dekatnya.“Iya, Mi?”“Kayaknya bakalan lama. Kamu pulang aja dulu, lanjutin pekerjaan kamu.”“Nggak apa-apa aku pulang? Nanti Mami n
“Ng ... Ng ...”Gumaman samar itu memecah bisunya ruangan.Lalu dengan perlahan kelopak matanya terbuka. Sorotnya yang awalnya redup lamat-lamat dipenuhi tanda tanya.‘Aku di mana? Apa yang terjadi?’ Perempuan itu—Starla mencoba mengumpulkan kepingan ingatannya saat menemukan diri terbaring di ranjang di sebuah ruangan bernuansa putih kusam.Samar-samar Starla mendapatkannya. Tadi ia bermaksud ke toko tempatnya bekerja. Tapi tiba-tiba saat di perjalanan dirinya tertabrak sepeda motor lalu ada mobil berhenti. Pengendaranya berbaik hati menolong Starla untuk membantu mengantar ke rumah sakit.Starla tersentak. Segera saja tangannya turun ke perut. Ia terkejut mendapati perutnya sudah kempes.‘Jadi Bintang sudah lahir?’ batinnya dengan napas menderu. Tapi di mana anak itu sekarang? Kenapa tidak ada di sebelahnya? Starla menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba mencari tahu sesuatu tapi ia tidak menemukan apa-apa. Ruangan kecil itu kosong. Hanya ada dirinya sebagai satu-satunya makhluk ber
"Pokoknya kalian wajib datang. Gue nggak mau ya nerima alasan apa pun.""Apa pun?""Ya, apa pun!" tegas suara di seberang sana penuh penekanan.“Ya udah, gue tanya Kaka dulu ya, dia mau apa nggak.”"Ya pasti mau lah. Kalau nggak mau gue pecat dia jadi adek ipar."Rachel tertawa lalu memutus panggilan."Siapa, Ra?" tanya Bjorka yang baru keluar dari kamar mandi."Rai.""Raihana?"Rachel mengiakan dengan anggukan kepala.Bjorka tidak bertanya lagi. Masih dengan mengenakan handuk dia membuka lemari mencari bajunya di sana. Biasanya Rachel yang menyediakan. Tapi karena tadi asyik teleponan dengan Rai, Rachel jadi lupa."Ka, Rai minta kita hadir di acara nikahannya." Rachel menyampaikan isi pembicaraan dengan Rai tadi.Setelah bertualang dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain, akhirnya Rai memantapkan hati untuk menikah. Bukan pernikahan yang pertama memang. Dan mirisnya lagi adalah calon suami Rai berumur hampir dua kali lipat dari usianya. Saat Rachel protes, "Lo yakin mau nikah s
Prosesi pernikahan Rachel dan Bjorka akhirnya berjalan dengan lancar dan baru saja berakhir.Rachel tidak merasa lelah sedikit pun meski rangkaian acara tersebut berlangsung hampir lima belas jam lamanya. Yang ada hanya perasaan bahagia.Perlahan pikirannya mulai mereka ulang lagi adegan demi adegan yang terselenggara tadi. Mulai dari prosesi akad nikah yang mengharukan sampai acara resepsi yang mewahnya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Zoia yang mulai saat ini ia panggil dengan sebutan Mama mengusahakan semuanya agar sempurna. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk pernikahan kliennya, dan tentu saja saat pernikahan anak sendiri harus luar biasa.Seperti yang Rachel sepakati dengan Bjorka, Bjorka akan menunggunya di ballroom. Setelah mendengar komando dari MC, Rachel kemudian masuk diiringi oleh para bridesmaid. Yang menjadi bridesmaid adalah Starla, model-model Lavender Manajemen serta para sepupu Bjorka.Setelah menapakkan kaki di ballroom, wajah Rachel tertimpa lampu flas
Bagi orang-orang mungkin keputusan Bjorka untuk menikahi Rachel hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah status mereka berpacaran adalah keputusan yang paling gila. Mungkin mereka juga menganggap Bjorka tidak berpikir panjang. Tapi demi apa pun Bjorka sudah memikirkan semua ini.Setelah jadian malam itu Bjorka mulai memikirkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Rachel. Bjorka sudah mengenalnya bertahun-tahun. Ia tahu persis bagaimana sifat dan karakter Rachel. Dalam waktu satu bulan itu juga ia mulai merasakan chemistry demi chemistry di antara mereka yang tidak pernah ia temukan saat dulu bersama Nicole. Perlahan Bjorka menyadari bahwa ia lebih cocok dengan Rachel. Maka saat menyampaikan pada mamanya bahwa ia sudah punya pacar dan juga mengatakan ingin menikahi pacarnya itu mamanya terkejut oleh kenekatan Bjorka. Mungkin Bjorka memang nekat. Tapi nekat yang ini bukan tanpa alasan. Nekat yang ini juga akan ia pertanggungjawabkan.Setelah meyakinkan kedua orang tuany
Starla menatap Rachel sambil senyum-senyum sendiri menyaksikan tingkah adik iparnya itu.Saat ini Rachel sedang mematut diri di cermin sambil memindai diri dari puncak kepala hingga bawah kaki. Rachel mengenakan dress berwarna peach dan masih merasa ada yang kurang. Ini entah dress ke berapa yang ia coba sejak tadi.Malam ini Bjorka akan mengajak ke rumahnya. Dan status sebagai kekasihnya yang Rachel sandang saat ini membuatnya merasa harus memberikan yang terbaik. Rachel memang sudah ribuan kali mondar-mandir ke rumah Bjorka, namun itu sebagai sahabat. Malam ini adalah untuk pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki di sana sebagai pacar Bjorka. Dan rasanya gugup bukan main."Gimana, Ra? Masih belum juga?" tanya Starla melihat Rachel yang masih bimbang akan mengenakan baju yang mana."Ini sih bagus, tapi agak ketat di bagian dada," jawab Rachel."Atau coba yang ini."Rachel menerima midi dress floral berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru yang Starla sodorkan la
"Please, Ka, jangan sekarang." Rachel menolak ketika Bjorka mengatakan akan membawa ke rumahnya dan mengenalkan pada orang tuanya bahwa saat ini Rachel adalah kekasihnya.Sudah satu bulan mereka berpacaran namun tidak seorang pun tahu perubahan status tersebut karena sejak awal mereka mengetahui keduanya bersahabat. Semua berjalan sebagaimana biasa."Kenapa nggak boleh?" Bjorka menatap Rachel lekat, ingin tahu apa alasannya.Tentu saja Rachel tidak siap dengan semua ini adalah karena ia khawatir respon yang akan diterimanya dari orang tua Bjorka. Selama ini mereka bisa menerima Rachel sebagai teman anak mereka. Namun hal yang sama belum tentu akan terjadi jika mereka tahu bahwa Rachel adalah kekasih putra mereka. Rachel tidak akan pernah lupa ucapan mamanya Bjorka yang pernah ia dengar dengan tidak sengaja. Dari sana sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan sikap mereka pada Rachel."Bukan nggak boleh tapi aku rasa belum saatnya," jawab Rachel mengatakan alasannya."Jadi kapan saatnya
Satu tahun kemudian.365 hari telah berlalu. Bjorka kehilangan jejak Nicole. Sejak Nicole resign Bjorka tidak tahu lagi bagaimana kabarnya. Bjorka tidak pernah mencari tahu atau menghubunginya. Karena jika keep in touch dengannya semua akan semakin sulit.Hari-hari terasa begitu berat, hampa dan sunyi. Ternyata begini rasanya patah hati. Sampai detik ini Bjorka masih memikirkan perkataan Nicole waktu itu.Pintu kamar Bjorka diketuk. Lalu kepala Papanya menyembul. Javas tampak sudah rapi dengan Polo shirt hitam dan jeans biru pudar. Walau sudah bapak-bapak tapi papanya masih muda. Papanya bahkan jarang mengenakan celana kain selain ke kantor."Nggak malmingan, Ka?""Mau malmingan sama siapa, Pa?"Javas mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur tempat Bjorka berbaring."Masa udah mau kepala tiga masih jomblo aja," ledek Javas padanya."Ya mau gimana, nggak ada yang mau sama aku.""Yaelah, Ka, Ka ... Baru kehilangan cewek satu kali letoynya sampai satu tahun." Papa menoyor kepala Bjorka
Radev tidak menjawab pertanyaan Rachel. Aura dingin yang menguar dari ekspresinya membuat Rachel jadi ketakutan. Dulu Radev sudah menasihatinya agar jangan terpengaruh oleh Megan. Tapi yang terjadi Megan berhasil memanfaatkan Rachel. Megan tahu Rachel adalah anak yang patuh dan penurut. Kelemahannya itu digunakan Megan untuk menekan Rachel."Dev, lo tahu dari mana?" tanya Rachel sekali lagi masih dengan ekspresi yang sama. Takut-takut seperti tadi."Nggak penting gue tahu dari mana. Yang penting adalah gue tahu.""Lo tahu dari Kaka?""Sahabat gue bukan orang munafik. Dia pandai menjaga rahasia. Dia nggak bakal koar-koar ke mana-mana sekalipun sama gue."Rachel menggigit pipi bagian dalam. Kalau memang bukan dari Bjorka lantas dari mana Radev tahu? Apa selama ini Radev mengawasi pergerakan Rachel dari jauh? "Udah berkali-kali gue kasih nasihat. Lo mesti hati-hati sama Mami. Tapi nyatanya dia berhasil menjebak lo.""Sorry, Dev, gue emang salah. Abisnya gue kasihan sama Mami. Lagian wak
Hujan gerimis mengiringi pemakaman Marvel. Langit seakan berduka dan turut menangis. Satu demi satu para pelayat sudah mulai pulang. Takut kena gerimis yang akan menjelma menjadi hujan deras.Rachel masih terpaku memandangi gundukan tanah di hadapannya. Jasad Marvel sudah terkubur jauh di dalam tanah sana namun Rachel masih belum bisa menghentikan air matanya.Saat ini hanya tinggal Rachel, Radev, Starla dan Bjorka di pemakaman tersebut. Teman-teman dari Lavender Manajemen serta rekan kerja Radev sudah pulang. Sedangkan Megan dan Rai tidak mau datang sama sekali meskipun ini adalah untuk terakhir kalinya."Ra, sudah. Kita sama-sama ikhlasin Papi biar beliau tenang di alam sana," bujuk Radev mengusap punggung Rachel."Gue masih nggak percaya kalau Papi bunuh diri, Dev. Seharusnya nggak begini. Papi mengambil jalan pintas karena ngerasa nggak ada yang mendukungnya, dia ngerasa sendiri," ratap Rachel dengan perasaan sedih yang tidak kunjung habis. Mata gadis itu merah dan bengkak akibat
Sidang akan dimulai ketika Bjorka, Nicole dan Rachel masuk ke dalam ruangan.Rachel melihat Marvel mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan ceking. Membuat Rachel ingin menangis melihat kondisi sang ayah. Di saat-saat begini seharusnya pria itu mendapatkan support dari orang-orang terdekatnya. Terutama istrinya. Yang terjadi, istrinya malah meninggalkannya dan meminta cerai darinya. Lalu pacaran dengan pria lain yang kaya-raya.Rachel tidak sempat berbicara dengan Marvel. Tapi mereka sempat saling mengirim tatapan. Marvel bersyukur. Semua orang meninggalkannya. Hanya putri bungsunya yang selalu setia mengunjungi dan memberi support.Sidang atas kasus penyuapan itu dimulai. Diawali oleh pembacaan susunan acara oleh panitera. Selama itu pula detak jantung Rachel tidak karuan. Semoga saja hukuman untuk papinya tidak terlalu berat.Jika diibaratkan dengan kata-kata, mungkin Rachel sudah begah oleh sidang demi sidang yang disaksikannya. Hari ini sua