Dav, kamu mau apa?” tanya Nicole penuh kewaspadaan setelah kaitan bra hitam yang menutupi dadanya terlepas dari punggungnya.Davis tidak menjawab namun senyum lebar terkembang di bibirnya.“Dav!” tegur Nicole sekali lagi. Sedikit lagi badannya yang besar hampir menindih gadis itu.“Sssst, santai saja, Nic, nggak usah takut. Aku cuma mau nyium kamu kok,” ujarnya lalu mengecup pipi Nicole.Dari pipi dengan cepat ciumannya berpindah menuju leher lalu ke dada Nicole. Terang saja hal itu membuatnya kaget. Dengan refleks Nicole mendorong kuat dada Davis dari hadapannya hingga Davis terjengkang ke belakang.“Nic, kamu kenapa? Kenapa mendorongku?” respon pria itu kaget campur kesal.Kesempatan itu digunakan Nicole untuk bangkit dari tempat tidur lalu menjauh dari Davis.“Ini udah nggak benar, Dav,” ujarnya dengan napas memburu lalu memasang satu persatu kancing kemeja yang terbuka sembari memandang pria yang mencoba berbuat tak senonoh padanya dengan tajam.“Aku kan cuma mau nyium kamu, masa
"Maaf, Ka." Nicole melepaskan diri dari pelukan Bjorka sambil mengusap matanya yang basah dengan perasaan malu. Bisa-bisanya ia menangis sambil memeluk Bjorka."Nggak apa-apa, nggak usah malu," jawab lelaki itu pengertian. "Ayo kita ke ruangan."Nicole berjalan di sisi Bjorka menuju ruangan lelaki itu. Tanpa keduanya sadari sejak tadi mereka berpelukan yang mengundang berpasang-pasang mata memerhatikan keduanya. Namun karena Bjorka adalah atasan Lavender Manajemen, orang-orang pura-pura tidak tahu."Udah bisa cerita sekarang?" tanya Bjorka setelah mereka duduk di sofa ruangan Bjorka.Nicole menghela napasnya. Haruskah ia bercerita pada Bjorka mengenai kejadian tadi? Lantas apa penilaian Bjorka nanti?"Nggak usah malu, Nic, aku nggak bakal bilang sama siapapun. Janji. Omonganku bisa dipegang." Bjorka mengangkat telunjuk dan jari tengah bersamaan sebagai bentuk kesungguhan.Setelah lebih dekat dengan Bjorka Nicole jadi lebih mengenal lelaki itu. Bjorka orangnya baik. Jadi tidak mungkin
Saat pulang ke rumah, Nicole mendapati tasnya yang ketinggalan di apartemen Davis sudah berada di dalam kamar. Gadis itu terburu-buru keluar dari kamar untuk mencari mamanya. Ketika menemukannya Nicole langsung bertanya. "Ma, tas aku siapa yang nganterin?" "Ya pacarmulah. Tadi katanya ketinggalan di apartemen dia," jawab Qeyzia. Nicole pikir Davis akan membiarkan tas dan barang-barangnya tetap di sana. Ternyata tidak. "Terus dia bilang apa aja?" Nicole khawatir Davis akan berkata yang macam-macam pada Qeyzia. "Dia cuma bilang tas kamu ketinggalan dan dia akan berangkat ke Surabaya dan bakal lama di sana." Nicole lega mendengarnya. Tadinya ia pikir Davis akan mengarang cerita yang menjelek-jelekkan dirinya. "Kok bisa sampai ketinggalan gitu? Memangnya tadi kalian ngapain?" Qeyzia menyelidiki putrinya. Apalagi di dalam tas tersebut berisi barang-barang pribadi seperti dompet dan handphone. "Aku buru-buru, Ma. Tadi ditelfon dari kantor dan disuruh datang. Jadinya aku lup
"Iya, Om. Eh ada Rachel juga?" Nicole terheran-heran melihat Rachel bersama Andi dan perempuan yang tidak ia kenal.Hari itu Bjorka mengajak Nicole menghadiri pesta yang pengantinnya merupakan klien Shannon Wedding Organizer."Kalian saling kenal?" tanya Andi sembari memandang Nicole dan Rachel bergantian."Kenal, Om. Rachel ini PA bos aku di kantor. Dan ini bos aku." Masih Nicole yang menjawab sembari mengenalkan Bjorka sebagai atasannya. Bjorka memberi senyum sopan.Andi manggut-manggut tanda mengerti. "Davis mana?" tanyanya kemudian."Davis ke Surabaya, Om. Meninjau kantor cabang di sana."Rachel yang berdiri di sebelah Megan hanya diam mendengarkan sembari menganalisa situasi.Lalu Andi menjelaskan pada Megan dan Rachel bahwa Davis adalah keponakannya, yang membuat Rachel semakin paham. Ternyata dunia memang sempit itu.Megan menyapa Bjorka lalu berbasa-basi sedikit dengan Zoia. Setelahnya mereka berpisah. Megan berdua dengan Andi, sedangkan Bjorka dengan Nicole. Zoia pergi berk
Gedoran pintu yang cukup keras di depan kamarnya membuat Rachel tersentak. Lalu terdengar suara yang memanggil-manggil namanya tak kalah keras."Rachel! Buka pintunya!"Rachel menghela napas. Ternyata maminya sudah pulang setelah tadi ditinggalkannya tanpa pemberitahuan."Iya, Mi?" balas Rachel dengan nada tanya."Buka pintunya dulu!"Dengan malas Rachel terpaksa bangkit dari tempat tidur. Langkahnya begitu berat menuju pintu."Mami cari ke mana-mana ternyata kamu ada di sini!" sembur Megan begitu mereka bertemu muka."Aku tadi pulang duluan, Mi, kepalaku pusing." Rachel membuat alasan."Kamu pikir cuma kamu yang pusing? Mami juga pusing nyariin kamu. Mana handphone kamu mati!""Maaf, Mi," ucap Rachel yang tidak ingin berdebat. Bukan dusta. Ia benar-benar pusing saat ini. Satu-satunya yang ia inginkan adalah beristirahat."Gampang banget minta maaf. Kalau cuma bilang maaf semua orang juga bisa. Selain bikin pusing apa lagi yang kamu bisa?" Megan menumpahkan kemarahannya ketika terbay
Rachel sampai di rumah Bjorka dan mendapati mobilnya terparkir rapi di depan rumah. Itu artinya Bjorka juga sudah pulang dari pesta. Sejenak keraguan menghampiri Rachel.Apa yang harus dikatakannya jika nanti Bjorka bertanya? Bjorka tidak akan percaya jika Rachel mengatakan tidak ada masalah apa-apa.Rachel mengambil napas dalam-dalam. Mencari alasan yang pas sebelum turun dari mobil lalu bertemu dengan Bjorka.'Aku bilang aja takut sendirian di apartemen karena Mami sama Rai lagi pergi.' Itu opsi pertama yang muncul di benaknya. 'Itu mustahil. Kaka nggak akan percaya.' Rachel menepis sendiri alasan yang sempat muncul di kepalanya.'Oke. Aku bakal bilang kalau Pertamax mobilku hampir habis terus SPBU udah tutup dan kebetulan aku lewat di sini.'Rachel terdiam sejenak sembari menganalisa opsi kedua. Alasannya terdengar masuk akal tapi tidak cukup kuat.Tanpa terasa sudah lima belas menit ia berada di mobil sambil terus memikirkan alasannya. Sampai akhirnya ia menemukan ide cemerlang.
Saat ini sedang berlangsung pemotretan Bjorka dan Nicole dalam rangka kerjasama wedding organizer milik kedua orang tua mereka. Shannon Wedding Organizer milik Zoia dan Heaven Wedding Organizer kepunyaan Qeyzia.Dalam sesi pemotretan itu keduanya mengenakan pakaian pengantin. Bjorka tampak gagah dalam setelan tuxedonya. Begitu pun dengan Nicole yang memiliki kecantikan bidadari semakin terlihat memesona.Semua semakin klop dengan pose-pose mesra yang mereka lakukan sesuai arahan fotografer.Ada pose Bjorka memeluk Nicole dari belakang, Nicole menyandarkan kepalanya di pundak Bjorka, serta pose keduanya saling beradu pipi dan bertatapan dengan mesra.Rachel juga ada di sana. Menyaksikan semua dengan perasaan tidak menentu. Jangan lupakan bahwa Rachel adalah personal assistant Bjorka. "Mereka kayak couple beneran ya, Zoi," ucap Qeyzia pada Zoia.Zoia tersenyum. "Aku mikirnya juga begitu. Gimana kalau kita jodohkan mereka?" Ide itu terlintas di benak Zoia sudah sejak lama. Raut Qeyzia
Davis dan selingkuhannya terbelalak menyaksikan pemandangan di hadapan mereka. Keduanya begitu syok melihat Nicole berciuman dengan Bjorka.“Nic, ap—apa yang kamu lakukan?” tanya Davis tergagap setelah Nicole melepaskan pagutan bibir dari Bjorka.“Ciuman sama cowok baruku. Masa kamu nggak tahu? Nggak bego kan kamu?” jawab Nicole santai.Davis terdiam. Pandangannya berpindah-pindah menatap Nicole bergantian dengan Bjorka seakan sedang uji kelayakan apa mereka cocok untuk menjadi sepasang kekasih.“Well, Dav, aku rasa semua sudah sangat jelas. Kita sama-sama selingkuh. Jadi mulai saat ini kita putus dan nggak ada hubungan apa-apa lagi. Jangan pernah temui aku atau datang ke rumahku. Ayo, Yang!” Nicole menarik tangan Bjorka lalu memasukkan tangannya ke dalam lengan lelaki itu.“Duluan ya, Bro,” pamit Bjorka pada Davis dengan senyum lebar. Bahkan rasanya baru kali ini Nicole melihat senyumnya selebar ini.Davis dan selingkuhannya hanya melongo menyaksikan kepergian mereka. Biar tahu rasa
"Pokoknya kalian wajib datang. Gue nggak mau ya nerima alasan apa pun.""Apa pun?""Ya, apa pun!" tegas suara di seberang sana penuh penekanan.“Ya udah, gue tanya Kaka dulu ya, dia mau apa nggak.”"Ya pasti mau lah. Kalau nggak mau gue pecat dia jadi adek ipar."Rachel tertawa lalu memutus panggilan."Siapa, Ra?" tanya Bjorka yang baru keluar dari kamar mandi."Rai.""Raihana?"Rachel mengiakan dengan anggukan kepala.Bjorka tidak bertanya lagi. Masih dengan mengenakan handuk dia membuka lemari mencari bajunya di sana. Biasanya Rachel yang menyediakan. Tapi karena tadi asyik teleponan dengan Rai, Rachel jadi lupa."Ka, Rai minta kita hadir di acara nikahannya." Rachel menyampaikan isi pembicaraan dengan Rai tadi.Setelah bertualang dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain, akhirnya Rai memantapkan hati untuk menikah. Bukan pernikahan yang pertama memang. Dan mirisnya lagi adalah calon suami Rai berumur hampir dua kali lipat dari usianya. Saat Rachel protes, "Lo yakin mau nikah s
Prosesi pernikahan Rachel dan Bjorka akhirnya berjalan dengan lancar dan baru saja berakhir.Rachel tidak merasa lelah sedikit pun meski rangkaian acara tersebut berlangsung hampir lima belas jam lamanya. Yang ada hanya perasaan bahagia.Perlahan pikirannya mulai mereka ulang lagi adegan demi adegan yang terselenggara tadi. Mulai dari prosesi akad nikah yang mengharukan sampai acara resepsi yang mewahnya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Zoia yang mulai saat ini ia panggil dengan sebutan Mama mengusahakan semuanya agar sempurna. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk pernikahan kliennya, dan tentu saja saat pernikahan anak sendiri harus luar biasa.Seperti yang Rachel sepakati dengan Bjorka, Bjorka akan menunggunya di ballroom. Setelah mendengar komando dari MC, Rachel kemudian masuk diiringi oleh para bridesmaid. Yang menjadi bridesmaid adalah Starla, model-model Lavender Manajemen serta para sepupu Bjorka.Setelah menapakkan kaki di ballroom, wajah Rachel tertimpa lampu flas
Bagi orang-orang mungkin keputusan Bjorka untuk menikahi Rachel hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah status mereka berpacaran adalah keputusan yang paling gila. Mungkin mereka juga menganggap Bjorka tidak berpikir panjang. Tapi demi apa pun Bjorka sudah memikirkan semua ini.Setelah jadian malam itu Bjorka mulai memikirkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Rachel. Bjorka sudah mengenalnya bertahun-tahun. Ia tahu persis bagaimana sifat dan karakter Rachel. Dalam waktu satu bulan itu juga ia mulai merasakan chemistry demi chemistry di antara mereka yang tidak pernah ia temukan saat dulu bersama Nicole. Perlahan Bjorka menyadari bahwa ia lebih cocok dengan Rachel. Maka saat menyampaikan pada mamanya bahwa ia sudah punya pacar dan juga mengatakan ingin menikahi pacarnya itu mamanya terkejut oleh kenekatan Bjorka. Mungkin Bjorka memang nekat. Tapi nekat yang ini bukan tanpa alasan. Nekat yang ini juga akan ia pertanggungjawabkan.Setelah meyakinkan kedua orang tuany
Starla menatap Rachel sambil senyum-senyum sendiri menyaksikan tingkah adik iparnya itu.Saat ini Rachel sedang mematut diri di cermin sambil memindai diri dari puncak kepala hingga bawah kaki. Rachel mengenakan dress berwarna peach dan masih merasa ada yang kurang. Ini entah dress ke berapa yang ia coba sejak tadi.Malam ini Bjorka akan mengajak ke rumahnya. Dan status sebagai kekasihnya yang Rachel sandang saat ini membuatnya merasa harus memberikan yang terbaik. Rachel memang sudah ribuan kali mondar-mandir ke rumah Bjorka, namun itu sebagai sahabat. Malam ini adalah untuk pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki di sana sebagai pacar Bjorka. Dan rasanya gugup bukan main."Gimana, Ra? Masih belum juga?" tanya Starla melihat Rachel yang masih bimbang akan mengenakan baju yang mana."Ini sih bagus, tapi agak ketat di bagian dada," jawab Rachel."Atau coba yang ini."Rachel menerima midi dress floral berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru yang Starla sodorkan la
"Please, Ka, jangan sekarang." Rachel menolak ketika Bjorka mengatakan akan membawa ke rumahnya dan mengenalkan pada orang tuanya bahwa saat ini Rachel adalah kekasihnya.Sudah satu bulan mereka berpacaran namun tidak seorang pun tahu perubahan status tersebut karena sejak awal mereka mengetahui keduanya bersahabat. Semua berjalan sebagaimana biasa."Kenapa nggak boleh?" Bjorka menatap Rachel lekat, ingin tahu apa alasannya.Tentu saja Rachel tidak siap dengan semua ini adalah karena ia khawatir respon yang akan diterimanya dari orang tua Bjorka. Selama ini mereka bisa menerima Rachel sebagai teman anak mereka. Namun hal yang sama belum tentu akan terjadi jika mereka tahu bahwa Rachel adalah kekasih putra mereka. Rachel tidak akan pernah lupa ucapan mamanya Bjorka yang pernah ia dengar dengan tidak sengaja. Dari sana sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan sikap mereka pada Rachel."Bukan nggak boleh tapi aku rasa belum saatnya," jawab Rachel mengatakan alasannya."Jadi kapan saatnya
Satu tahun kemudian.365 hari telah berlalu. Bjorka kehilangan jejak Nicole. Sejak Nicole resign Bjorka tidak tahu lagi bagaimana kabarnya. Bjorka tidak pernah mencari tahu atau menghubunginya. Karena jika keep in touch dengannya semua akan semakin sulit.Hari-hari terasa begitu berat, hampa dan sunyi. Ternyata begini rasanya patah hati. Sampai detik ini Bjorka masih memikirkan perkataan Nicole waktu itu.Pintu kamar Bjorka diketuk. Lalu kepala Papanya menyembul. Javas tampak sudah rapi dengan Polo shirt hitam dan jeans biru pudar. Walau sudah bapak-bapak tapi papanya masih muda. Papanya bahkan jarang mengenakan celana kain selain ke kantor."Nggak malmingan, Ka?""Mau malmingan sama siapa, Pa?"Javas mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur tempat Bjorka berbaring."Masa udah mau kepala tiga masih jomblo aja," ledek Javas padanya."Ya mau gimana, nggak ada yang mau sama aku.""Yaelah, Ka, Ka ... Baru kehilangan cewek satu kali letoynya sampai satu tahun." Papa menoyor kepala Bjorka
Radev tidak menjawab pertanyaan Rachel. Aura dingin yang menguar dari ekspresinya membuat Rachel jadi ketakutan. Dulu Radev sudah menasihatinya agar jangan terpengaruh oleh Megan. Tapi yang terjadi Megan berhasil memanfaatkan Rachel. Megan tahu Rachel adalah anak yang patuh dan penurut. Kelemahannya itu digunakan Megan untuk menekan Rachel."Dev, lo tahu dari mana?" tanya Rachel sekali lagi masih dengan ekspresi yang sama. Takut-takut seperti tadi."Nggak penting gue tahu dari mana. Yang penting adalah gue tahu.""Lo tahu dari Kaka?""Sahabat gue bukan orang munafik. Dia pandai menjaga rahasia. Dia nggak bakal koar-koar ke mana-mana sekalipun sama gue."Rachel menggigit pipi bagian dalam. Kalau memang bukan dari Bjorka lantas dari mana Radev tahu? Apa selama ini Radev mengawasi pergerakan Rachel dari jauh? "Udah berkali-kali gue kasih nasihat. Lo mesti hati-hati sama Mami. Tapi nyatanya dia berhasil menjebak lo.""Sorry, Dev, gue emang salah. Abisnya gue kasihan sama Mami. Lagian wak
Hujan gerimis mengiringi pemakaman Marvel. Langit seakan berduka dan turut menangis. Satu demi satu para pelayat sudah mulai pulang. Takut kena gerimis yang akan menjelma menjadi hujan deras.Rachel masih terpaku memandangi gundukan tanah di hadapannya. Jasad Marvel sudah terkubur jauh di dalam tanah sana namun Rachel masih belum bisa menghentikan air matanya.Saat ini hanya tinggal Rachel, Radev, Starla dan Bjorka di pemakaman tersebut. Teman-teman dari Lavender Manajemen serta rekan kerja Radev sudah pulang. Sedangkan Megan dan Rai tidak mau datang sama sekali meskipun ini adalah untuk terakhir kalinya."Ra, sudah. Kita sama-sama ikhlasin Papi biar beliau tenang di alam sana," bujuk Radev mengusap punggung Rachel."Gue masih nggak percaya kalau Papi bunuh diri, Dev. Seharusnya nggak begini. Papi mengambil jalan pintas karena ngerasa nggak ada yang mendukungnya, dia ngerasa sendiri," ratap Rachel dengan perasaan sedih yang tidak kunjung habis. Mata gadis itu merah dan bengkak akibat
Sidang akan dimulai ketika Bjorka, Nicole dan Rachel masuk ke dalam ruangan.Rachel melihat Marvel mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan ceking. Membuat Rachel ingin menangis melihat kondisi sang ayah. Di saat-saat begini seharusnya pria itu mendapatkan support dari orang-orang terdekatnya. Terutama istrinya. Yang terjadi, istrinya malah meninggalkannya dan meminta cerai darinya. Lalu pacaran dengan pria lain yang kaya-raya.Rachel tidak sempat berbicara dengan Marvel. Tapi mereka sempat saling mengirim tatapan. Marvel bersyukur. Semua orang meninggalkannya. Hanya putri bungsunya yang selalu setia mengunjungi dan memberi support.Sidang atas kasus penyuapan itu dimulai. Diawali oleh pembacaan susunan acara oleh panitera. Selama itu pula detak jantung Rachel tidak karuan. Semoga saja hukuman untuk papinya tidak terlalu berat.Jika diibaratkan dengan kata-kata, mungkin Rachel sudah begah oleh sidang demi sidang yang disaksikannya. Hari ini sua