Radev baru saja melangkah keluar meninggalkan gedung kantor Axel. Ia baru selesai memberikan laporan bulanan pada pria itu mengenai perkembangan pengerjaan proyek yang ditanganinya.Baru saja masuk ke mobil dan menyalakan mesin, ia mendengar ponselnya berbunyi. Ada nomor tak dikenal tertera di layar yang membuatnya mengerutkan dahi. Berpikir itu bisa saja dari salah satu karyawannya di Lampung, Radev memutuskan untuk menerima panggilan tersebut.“Halo.”“Dev, ini gue.”Radev memulihkan ingatannya mencari tahu siapa peneleponnya. Radev tidak begitu hafal suara orang-orang tanpa melihat langsung wajah mereka, kecuali orang-orang terdekatnya.“Ini siapa?” tanyanya kemudian.“Gathan.”Radev menegakkan duduk ketika tahu siapa yang meneleponnya. Pria yang tidak disukainya setelah ia tahu pria itu pernah mencoba mempermainkan Starla.“Ada apa?” tanya Radev dingin.“Bisa kita ketemu?”“Lo mau apa? Langsung bilang aja sekarang,” jawab Radev keberatan. Ia tidak ingin membuang-buang waktu untuk
Cemberut aja, Sayangku?” cetus Radev menyaksikan wajah memberengut istrinya. Mereka sudah naik ke lantai tiga lima menit setelah Megan pergi.“Mami kamu tadi marah sama aku, Dev.” “Mami bilang apa?” tanya Radev ingin tahu. Tadi saat datang Radev tidak mendengar secara utuh apa isi percakapan istri dan ibunya. Ia hanya mendengar Megan menyebut-nyebut kata baby sitter.Starla menghela napas lalu merebahkan kepala di atas pangkuan Radev. “Mami kamu menyalahkan aku karena aku hamil lagi. Dia bilang kamu lagi susah tapi aku malah nambah anak. Dia juga bilang apa aku nggak bisa melakukan hal lain selain menyulitkan kamu,” urai Starla apa adanya sesuai dengan yang dikatakan mertuanya tadi tanpa ada yang ditambah atau dikurangi. Starla tidak bermaksud mengadu domba. Ia hanya ingin terbuka pada Radev. Radev berdecal kesal. Maminya itu memang menyebalkan. Padahal mau Starla hamil berapa kali juga tidak akan ada hubungannya. Kecuali jika misalnya Radev meminta bantuan wanita itu untuk mengasuh
Hari ini Radev dan Starla membesuk Ajeng di rumah sakit jiwa. Mereka berjanji bertemu dengan Gathan langsung di sana.Gathan tampak sudah menunggu di pelataran parkir rumah sakit. Entah sejak kapan. Tapi melihat betapa pedulinya Gathan pada Ajeng melebihi kepedulian orang tuanya sendiri membuat Radev dan Starla bertanya-tanya. Apa iya ada sepupu yang sesayang itu pada sepupunya. Sedangkan ikatan persaudaraan sesama saudara kandung kadang tidak sekuat itu.“Gathan baik banget ya, Dev, aku nggak nyangka kalau dia bakal sepeduli itu sama Ajeng, padahal cuma sepupu doang kan ya?” kata Starla berkomentar ketika menyaksikan Gathan dari jauh. Saat ini dirinya dan Radev masih berada di mobil.“Mereka memang sudah dekat dari dulu,” jawab Radev mencoba menyikapinya dengan wajar.Keduanya kemudian turun dari mobil. Gathan langsung menyongsong mereka. Pria itu merasa lega karena akhirnya Radev bersedia untuk datang seperti yang diinginkannya.“Thanks, Dev, akhirnya lo datang juga,” ucap Gathan p
Hari ini Starla dan Radev bersiap-siap untuk menghadiri acara wisuda Rachel. Sementara Rachel-nya sudah pergi sejak tadi.“Kaka beneran jadi PW-nya Rachel nggak ya?” Starla menggumam sambil mengaplikasikan maskara di matanya.“PW apa?” Radev yang menggendong Bintang menoleh pada sang istri.“Pendamping wisuda, Dev. Jadi Rachel kan ada challenge sama temen-temennya. Masing-masing dari mereka harus bawa pasangan. Siapa yang nggak bawa akan kena hukuman. Jadi aku saranin minta tolong sama Kaka. Perasaan dulu aku udah cerita deh. Masa kamu lupa?” Starla melirik suaminya melalui kaca meja rias.“Masa?” Radev berkerut.Starla mengangguk.“Oh, mungkin aku lupa,” jawab Radev.“Memangnya Pak Radev mikirin apa sih, kenapa sampai lupa begitu?” goda Starla.“Mikirin kamulah, mikirin apa lagi memangnya? Iya kan, Nak? Yang ada di pikiran Papa kan hanya Mama.” Radev meminta dukungan pada Bintang yang berada di dalam gendongannya tapi tentu saja anak itu tidak akan tahu apa-apa.Starla mendelik melal
Rachel menatap ke sekelilingnya seperti orang bingung. Para wisudawan lain tampak begitu berbahagia. Ada yang berfoto bersama dengan keluarganya, wefie bareng kekasih, reuni dadakan karena bertemu teman lama yang ternyata saudara dari teman mereka, dan ada juga yang berbincang dengan sesamanya merancang masa depan.Rachel tidak tahu harus melakukan apa. Orang-orang sibuk dengan diri masing-masing. Semua pergi meninggalkannya. Mulai dari kakaknya, orang tuanya, dan sekarang lelaki yang disukainya.‘Pulang aja deh. Mau ngapain aku di sin? Mau jadi badut?’Rachel memutuskan untuk pergi dan menghibur dirinya sendiri. Orang-orang pastilah memiliki kesibukan masing-masing. Yang penting mereka sudah menunaikan janji untuk datang ke acaranya. Lalu apa lagi yang Rachel harap?“Ra!”Langkah kaki Rachel terhenti saat suara seseorang menahannya. Ketika Rachel menoleh ia mendapati Radev berdiri di dekatnya.“Lo ke mana aja sih, Dev? Gue pikir lo udah pulang.”“Sorry, tadi gue nemenin Starla ke toi
“Aaaa … sakit, Dev …” Rintihan menyedihkan itu meluncur dari mulut Starla. Bulir-bulir keringat sebesar jagung menyembul di pelipisnya.Di sebelah Starla Radev duduk mendampingi. Tangannya menggenggam hangat jemari istrinya itu. Radev mencoba tenang, tapi ia tidak bisa membohongi diri, bahwa jauh di dalam hatinya ia juga merasa sangat panik. Masalahnya, ini adalah pengalaman pertamanya mendampingi wanita melahirkan.Waktu begitu cepat berlalu dan begitu banyak yang terjadi. Tanpa terasa saat ini Starla sudah berada pada masa-masa pra persalinan. Selama kehamilannya yang kedua Radev tidak sekalipun meninggalkan Starla. Pria itu setia mendampingi istrinya dan memperlakukannya dengan begitu istimewa. Radev menebus segala yang telah hilang saat dulu Starla mengandung Bintang.Sejak kemarin malam Starla mengeluh kesakitan sehingga Radev memutuskan untuk membawa ke rumah sakit. Setibanya di sana dokter yang memeriksa Starla mengatakan bahwa mulut rahim baru membuka satu senti sehingga Sta
Starla masih berada di rumah sakit. Hari ini satu demi satu orang-orang terdekat Starla dan Radev berdatangan membesuknya. Para tamu yang datang didominasi oleh kenalan Radev. Aneka bingkisan yang terdiri dari buah-buahan, makanan, buket bunga, sampai perlengkapan bayi berjejer mengisi ruangan Starla. Radev terlihat begitu bahagia atas kelahiran bidadari kecilnya. Sedangkan Bintang merasa cemburu pada adiknya. Bintang yang biasanya tidak banyak tingkah mulai tantrum. Setiap kali Radev ataupun Starla memegang baby Bianca maka Bintang akan bertingkah. Anak itu menggunakan berbagai cara, mulai dari minta digendong sambil menarik-narik baju Radev, sampai berguling-guling di lantai jika Radev tidak mau mengikuti keinginannya. Tidak peduli walaupun banyak orang di sekelilingnya. Contohnya saat ini. Bintang menangis sambil bergulingan di lantai saat melihat Radev menggendong Bianca sambil berbincang dengan kolega bisnisnya. “Bintang, ayo bangun, Nak, kalau tiduran di sini nanti bajunya bi
Bjorka sudah menanti di luar saat langkah Rachel tiba di dekatnya. Rachel baru saja selesai mengunjungi Marvel. Meskipun belum merasa puas tapi ia terpaksa menyerah pada peraturan karena waktu kunjungan sudah habis.Bjorka yang tampak berbicara dengan seseorang langsung mengakhiri obrolannya saat melihat Rachel muncul lalu melangkah mendekati gadis itu.“Udah?” tanyanya.“Udah.” Rachel menyahut singkat.“Kenapa cuma sebentar?”“Waktu kunjungannya udah habis.”Saat itu mereka memang datang di beberapa menit terakhir sehingga tidak bisa terlalu lama.Bjorka melirik arloji di pergelangannya. “Lain kali kalau ke sini kayaknya jangan di saat-saat genting deh, Ra.”Rachel mengangguk. Mereka berjalan bersama menuju mobil Bjorka. Setelah menekan tombol unlock, Bjorka tidak langsung masuk. Ia membukakan pintu untuk Rachel dan menunggu sampai gadis itu masuk dan duduk di tempatnya.Setiap gerak-gerik Bjorka tidak satu kali pun lolos dari pantauan Rachel. Cara Bjorka bersikap, caranya berbicara
"Pokoknya kalian wajib datang. Gue nggak mau ya nerima alasan apa pun.""Apa pun?""Ya, apa pun!" tegas suara di seberang sana penuh penekanan.“Ya udah, gue tanya Kaka dulu ya, dia mau apa nggak.”"Ya pasti mau lah. Kalau nggak mau gue pecat dia jadi adek ipar."Rachel tertawa lalu memutus panggilan."Siapa, Ra?" tanya Bjorka yang baru keluar dari kamar mandi."Rai.""Raihana?"Rachel mengiakan dengan anggukan kepala.Bjorka tidak bertanya lagi. Masih dengan mengenakan handuk dia membuka lemari mencari bajunya di sana. Biasanya Rachel yang menyediakan. Tapi karena tadi asyik teleponan dengan Rai, Rachel jadi lupa."Ka, Rai minta kita hadir di acara nikahannya." Rachel menyampaikan isi pembicaraan dengan Rai tadi.Setelah bertualang dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain, akhirnya Rai memantapkan hati untuk menikah. Bukan pernikahan yang pertama memang. Dan mirisnya lagi adalah calon suami Rai berumur hampir dua kali lipat dari usianya. Saat Rachel protes, "Lo yakin mau nikah s
Prosesi pernikahan Rachel dan Bjorka akhirnya berjalan dengan lancar dan baru saja berakhir.Rachel tidak merasa lelah sedikit pun meski rangkaian acara tersebut berlangsung hampir lima belas jam lamanya. Yang ada hanya perasaan bahagia.Perlahan pikirannya mulai mereka ulang lagi adegan demi adegan yang terselenggara tadi. Mulai dari prosesi akad nikah yang mengharukan sampai acara resepsi yang mewahnya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Zoia yang mulai saat ini ia panggil dengan sebutan Mama mengusahakan semuanya agar sempurna. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk pernikahan kliennya, dan tentu saja saat pernikahan anak sendiri harus luar biasa.Seperti yang Rachel sepakati dengan Bjorka, Bjorka akan menunggunya di ballroom. Setelah mendengar komando dari MC, Rachel kemudian masuk diiringi oleh para bridesmaid. Yang menjadi bridesmaid adalah Starla, model-model Lavender Manajemen serta para sepupu Bjorka.Setelah menapakkan kaki di ballroom, wajah Rachel tertimpa lampu flas
Bagi orang-orang mungkin keputusan Bjorka untuk menikahi Rachel hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah status mereka berpacaran adalah keputusan yang paling gila. Mungkin mereka juga menganggap Bjorka tidak berpikir panjang. Tapi demi apa pun Bjorka sudah memikirkan semua ini.Setelah jadian malam itu Bjorka mulai memikirkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Rachel. Bjorka sudah mengenalnya bertahun-tahun. Ia tahu persis bagaimana sifat dan karakter Rachel. Dalam waktu satu bulan itu juga ia mulai merasakan chemistry demi chemistry di antara mereka yang tidak pernah ia temukan saat dulu bersama Nicole. Perlahan Bjorka menyadari bahwa ia lebih cocok dengan Rachel. Maka saat menyampaikan pada mamanya bahwa ia sudah punya pacar dan juga mengatakan ingin menikahi pacarnya itu mamanya terkejut oleh kenekatan Bjorka. Mungkin Bjorka memang nekat. Tapi nekat yang ini bukan tanpa alasan. Nekat yang ini juga akan ia pertanggungjawabkan.Setelah meyakinkan kedua orang tuany
Starla menatap Rachel sambil senyum-senyum sendiri menyaksikan tingkah adik iparnya itu.Saat ini Rachel sedang mematut diri di cermin sambil memindai diri dari puncak kepala hingga bawah kaki. Rachel mengenakan dress berwarna peach dan masih merasa ada yang kurang. Ini entah dress ke berapa yang ia coba sejak tadi.Malam ini Bjorka akan mengajak ke rumahnya. Dan status sebagai kekasihnya yang Rachel sandang saat ini membuatnya merasa harus memberikan yang terbaik. Rachel memang sudah ribuan kali mondar-mandir ke rumah Bjorka, namun itu sebagai sahabat. Malam ini adalah untuk pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki di sana sebagai pacar Bjorka. Dan rasanya gugup bukan main."Gimana, Ra? Masih belum juga?" tanya Starla melihat Rachel yang masih bimbang akan mengenakan baju yang mana."Ini sih bagus, tapi agak ketat di bagian dada," jawab Rachel."Atau coba yang ini."Rachel menerima midi dress floral berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru yang Starla sodorkan la
"Please, Ka, jangan sekarang." Rachel menolak ketika Bjorka mengatakan akan membawa ke rumahnya dan mengenalkan pada orang tuanya bahwa saat ini Rachel adalah kekasihnya.Sudah satu bulan mereka berpacaran namun tidak seorang pun tahu perubahan status tersebut karena sejak awal mereka mengetahui keduanya bersahabat. Semua berjalan sebagaimana biasa."Kenapa nggak boleh?" Bjorka menatap Rachel lekat, ingin tahu apa alasannya.Tentu saja Rachel tidak siap dengan semua ini adalah karena ia khawatir respon yang akan diterimanya dari orang tua Bjorka. Selama ini mereka bisa menerima Rachel sebagai teman anak mereka. Namun hal yang sama belum tentu akan terjadi jika mereka tahu bahwa Rachel adalah kekasih putra mereka. Rachel tidak akan pernah lupa ucapan mamanya Bjorka yang pernah ia dengar dengan tidak sengaja. Dari sana sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan sikap mereka pada Rachel."Bukan nggak boleh tapi aku rasa belum saatnya," jawab Rachel mengatakan alasannya."Jadi kapan saatnya
Satu tahun kemudian.365 hari telah berlalu. Bjorka kehilangan jejak Nicole. Sejak Nicole resign Bjorka tidak tahu lagi bagaimana kabarnya. Bjorka tidak pernah mencari tahu atau menghubunginya. Karena jika keep in touch dengannya semua akan semakin sulit.Hari-hari terasa begitu berat, hampa dan sunyi. Ternyata begini rasanya patah hati. Sampai detik ini Bjorka masih memikirkan perkataan Nicole waktu itu.Pintu kamar Bjorka diketuk. Lalu kepala Papanya menyembul. Javas tampak sudah rapi dengan Polo shirt hitam dan jeans biru pudar. Walau sudah bapak-bapak tapi papanya masih muda. Papanya bahkan jarang mengenakan celana kain selain ke kantor."Nggak malmingan, Ka?""Mau malmingan sama siapa, Pa?"Javas mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur tempat Bjorka berbaring."Masa udah mau kepala tiga masih jomblo aja," ledek Javas padanya."Ya mau gimana, nggak ada yang mau sama aku.""Yaelah, Ka, Ka ... Baru kehilangan cewek satu kali letoynya sampai satu tahun." Papa menoyor kepala Bjorka
Radev tidak menjawab pertanyaan Rachel. Aura dingin yang menguar dari ekspresinya membuat Rachel jadi ketakutan. Dulu Radev sudah menasihatinya agar jangan terpengaruh oleh Megan. Tapi yang terjadi Megan berhasil memanfaatkan Rachel. Megan tahu Rachel adalah anak yang patuh dan penurut. Kelemahannya itu digunakan Megan untuk menekan Rachel."Dev, lo tahu dari mana?" tanya Rachel sekali lagi masih dengan ekspresi yang sama. Takut-takut seperti tadi."Nggak penting gue tahu dari mana. Yang penting adalah gue tahu.""Lo tahu dari Kaka?""Sahabat gue bukan orang munafik. Dia pandai menjaga rahasia. Dia nggak bakal koar-koar ke mana-mana sekalipun sama gue."Rachel menggigit pipi bagian dalam. Kalau memang bukan dari Bjorka lantas dari mana Radev tahu? Apa selama ini Radev mengawasi pergerakan Rachel dari jauh? "Udah berkali-kali gue kasih nasihat. Lo mesti hati-hati sama Mami. Tapi nyatanya dia berhasil menjebak lo.""Sorry, Dev, gue emang salah. Abisnya gue kasihan sama Mami. Lagian wak
Hujan gerimis mengiringi pemakaman Marvel. Langit seakan berduka dan turut menangis. Satu demi satu para pelayat sudah mulai pulang. Takut kena gerimis yang akan menjelma menjadi hujan deras.Rachel masih terpaku memandangi gundukan tanah di hadapannya. Jasad Marvel sudah terkubur jauh di dalam tanah sana namun Rachel masih belum bisa menghentikan air matanya.Saat ini hanya tinggal Rachel, Radev, Starla dan Bjorka di pemakaman tersebut. Teman-teman dari Lavender Manajemen serta rekan kerja Radev sudah pulang. Sedangkan Megan dan Rai tidak mau datang sama sekali meskipun ini adalah untuk terakhir kalinya."Ra, sudah. Kita sama-sama ikhlasin Papi biar beliau tenang di alam sana," bujuk Radev mengusap punggung Rachel."Gue masih nggak percaya kalau Papi bunuh diri, Dev. Seharusnya nggak begini. Papi mengambil jalan pintas karena ngerasa nggak ada yang mendukungnya, dia ngerasa sendiri," ratap Rachel dengan perasaan sedih yang tidak kunjung habis. Mata gadis itu merah dan bengkak akibat
Sidang akan dimulai ketika Bjorka, Nicole dan Rachel masuk ke dalam ruangan.Rachel melihat Marvel mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan ceking. Membuat Rachel ingin menangis melihat kondisi sang ayah. Di saat-saat begini seharusnya pria itu mendapatkan support dari orang-orang terdekatnya. Terutama istrinya. Yang terjadi, istrinya malah meninggalkannya dan meminta cerai darinya. Lalu pacaran dengan pria lain yang kaya-raya.Rachel tidak sempat berbicara dengan Marvel. Tapi mereka sempat saling mengirim tatapan. Marvel bersyukur. Semua orang meninggalkannya. Hanya putri bungsunya yang selalu setia mengunjungi dan memberi support.Sidang atas kasus penyuapan itu dimulai. Diawali oleh pembacaan susunan acara oleh panitera. Selama itu pula detak jantung Rachel tidak karuan. Semoga saja hukuman untuk papinya tidak terlalu berat.Jika diibaratkan dengan kata-kata, mungkin Rachel sudah begah oleh sidang demi sidang yang disaksikannya. Hari ini sua