Akhirnya Rachel benar-benar pergi menemani Bjorka ke rumah Nicole. Benak gadis itu tidak berhenti bertanya kenapa Nicole sebegitu istimewa bagi Bjorka. Lelaki itu bahkan ingin menjadikan Nicole sebagai bintang utama dalam manajemen mereka. Andai saja para talent yang lain tahu maka Rachel pastikan akan terjadi kecemburuan sosial di antara mereka.Tiba di rumah Nicole, ART membukakan pintu untuk mereka."Maaf, Bu, bisa bertemu dengan Nicole?" Bjorka yang bertanya."Non Nicole lagi sakit, Mas," jawab perempuan berusia kira-kira lima puluh tahunan itu."Nicole-nya sakit apa? Masih bisa ditemui kan, Bu?" Bjorka semakin cemas."Saya tanya dulu ya. Oh iya, saya bicara dengan Mas siapa?""Bilang aja Bjorka dan Rachel, Bi."ART Nicole masuk ke dalam rumah setelah menyilakan keduanya duduk di ruang tamu.Rachel memandang ke sekeliling ruangan. Sedangkan Bjorka duduk dengan gelisah. Rachel yang melihat itu mencoba menenangkan Bjorka."Santai, Ka. Aku yakin sakit Nicole nggak parah. Kalau parah
Kandas sudah harapan Rachel. Seharusnya dari awal ia menyadari dirinya dan Kaka tidak akan bisa bersama. Kaka memang baik pada semua orang tapi dia hanya mencintai satu orang. Hal itu yang luput dari pikirannya selama ini.Setelah mendengar pengakuan Bjorka mulut Rachel semakin rapat. Ia tidak tahu bagaimana caranya merespon lantaran sibuk menenangkan perasaannya yang tidak karuan."Gimana menurut kamu, Ra?" cetus Bjorka tiba-tiba meminta pendapat Rachel. Namun sayangnya sang gadis tidak mendengar pertanyaan itu karena sibuk menyatukan hatinya yang berderai."Ra ..." Rachel terkesiap ketika Bjorka menyentuh pundaknya."Eh, iya, Ka?" "Lagi ngelamun ya?" Lelaki itu tersenyum tipis."Nggak, cuma lagi meresapi cerita kamu tadi, Ka," jawab Rachel."Itu dia yang aku mau tahu. Gimana menurut pendapat kamu, Ra?"Bjorka sepertinya memang tidak tahu dan tidak peka pada perasaan Rachel."Bagus, Ka.""Bagus apanya, Ra?" Jawaban Rachel terdengar tidak nyambung dengan pertanyaan yang dilontarkan
Tidak butuh lama bagi Bjorka untuk menaikkan nama Nicole. Dalam sekejap gadis itu menjadi primadona di Lavender Manajemen. Nicole mendapat banyak job sampai kadang ia harus menolak beberapa tawaran yang masuk.Kesibukannya di dunia modeling otomatis membuat waktu kebersamaan Nicole dengan kekasihnya menjadi berkurang.Davis yang awalnya menyepelekan Bjorka merasa malu sendiri ketika tahu siapa Bjorka sebenarnya. Meski begitu lelaki itu tetap tidak menyukai Bjorka. Baginya Bjorka adalah lawan yang mesti diwaspadai."Akhirnya keinginan kamu kesampaian juga ya, Nic," kata Qeyzia, ibunya, membuka pembicaraan. Saat ini mereka sedang d dalam perjalanan dari kantor wedding organizer milik Qeyzia.Nicole yang menyetir di samping Qeyzia menoleh lalu berkata, "Keinginan yang mana, Ma?" "Dari dulu kamu pengen jadi model kan ya? Mama masih ingat waktu dulu kamu sering ikut lomba fashion show-fashion show itu."Nicole tersenyum tipis. Selaksa kenangan menyerbu pikirannya. Bagaimana antusiasnya i
Keduanya terkejut satu sama lain karena tidak menyangka akan bertemu di tempat yang sama."Nic, kamu kok ada di sini? Tahu rumahku dari mana?""Aku nemenin Mama. Aku nggak tahu kalau kamu anak Tante Zoia," jawab Nicole menanggapi pertanyaan Bjorka."Lho, udah saling kenal ternyata?" Zoia menatap keduanya bergantian. Begitu pun dengan Qeyzia."Bukan kenal lagi, Ma, tapi Nicole ini top model Lavender Manajemen," ucap Bjorka bangga."Oh ya? Kok nggak bilang-bilang Mama sih?""Mama mana pernah mau ikut campur pekerjaanku."Zoia tertawa. "Dunia ini ternyata sempit ya, Qey," ucapnya pada Qeyzia."Huum. Aku nggak tahu kalau Bjorka anak kamu," timpal Qeyzia."Bukan itu aja, Ma, Tante, aku dan Nicole dulu satu sekolah waktu SMU. Aku kehilangan jejak Nicole setelah tamat dan baru ketemu sekarang."Lalu cerita panjang itu pun bergulir menghadirkan keceriaan pada keempatnya. Mereka tertawa, bercengkrama bersama. Betul yang orang-orang katakan. Dunia ini hanya selebar daun kelor."Daripada sama Da
Nicole baru saja pulang ketika melihat mobil Davis sudah parkir di halaman rumahnya. Tadi saat lelaki itu menelepon Nicole tidak tahu. Ia sedang sibuk photoshoot sehingga mana sempat apalagi main ponsel. Nicole hanya mengabari via chat."Hai, Dav, udah lama?" sapa Nicole lalu ikut di kursi beranda di samping Davis."Susah banget ya nerima telfonku?" kata lelaki itu dengan wajah masam dan nada suara yang tidak enak didengar."Tadi aku lagi photoshoot, Dav. Sorry ya. Lagian aku kan udah chat kamu kalau lagi nggak bisa nerima telfon." Nicole mengatakan alasannya.Davis mendengkus keras. "Masa tiap hari ada photoshoot. Tiap aku hubungi alasannya selalu itu.""Ya iyalah, Dav, itu kan bagian inti pekerjaanku. Dan thanks God tiap hari aku ada job."David mendengkus lagi. "New comer tapi udah dapat job nonstop. Aneh banget," ketus lelaki itu sinis.Sampai di sini Nicole tidak suka mendengar kata-kata Davis seolah sedang mencurigainya."Kamu responnya kok gitu sih, Dav? Bukannya support aku ma
Sulit untuk melukiskan bagaimana ekspresi Rachel ketika mendengar dari maminya mengenai uang dua ratus juta itu.Bagaimana mungkin uang sebanyak itu habis dalam sekejap?"Jangan becanda, Mi. Aku lagi capek banget," ucap Rachel keras. Emosi yang sejak tadi ia coba tahan sudah sampai di ubun-ubun."Mami nggak bercanda, Ra. Uang itu memang sudah habis," balas Megan masih seringan tadi sambil mengoles krim malam ke wajahnya."Tapi gimana bisa habis? Mami apakan uang sebanyak itu?!"Megan mengembuskan napasnya kemudian mengganti ekspresi wajahnya dengan raut sedih. "Waktu itu Mami ketemu Tante Dela. Kamu ingat nggak Tante Dela yang mana?"Rachel menggelengkan kepalanya. Saking banyaknya teman-teman maminya dulu ia tidak tahu mana yang dimaksud."Terus, Mi?" tanya Rachel ingin tahu cerita selanjutnya."Mami diajak investasi. Katanya dalam dua bulan uang Mami bisa menghasilkan kembali 400%. Dan Mami berubah pikiran. Daripada buka butik yang kembali modalnya pasti lama dan itu pun belum jela
Rachel menerima ajakan Bjorka yang mengajaknya ke luar. Hanya saja Rachel meminta pada lelaki itu untuk tidak menjemput sampai ke unitnya. Ia menyuruh Bjorka menunggu di lobi. Rachel tidak mau ada pertanyaan dari Megan dan Rai. Rachel muak melihat Megan nantinya mencari perhatian Bjorka. Atau Rai yang nanti akan menggatal pada laki-laki itu.Rachel hanya mencuci muka untuk menghilangkan jejak-jejak air mata. Kemudian tanpa mengganti baju gadis itu keluar dari kamarnya. Rachel masih mengenakan pakaian kerja tadi pagi. "Mau ke mana kamu, Ra?" tegur Megan begitu melihat Rachel keluar dari kamar. Ibunya itu masih sibuk skinkeran. Ada Rai juga di sana sedang main handphone. Rai ikut mengalihkan perhatian dari layar handphone pada Rachel."Ke luar," jawab Rachel pelan tanpa menoleh."Nggak bisa sopan sedikit ya? Kalau ditanya tuh minimal dilihat orangnya dan jawab yang sopan. Ini Mami lho yang bicara!" ujar Rai menceramahinya.Rachel mengabaikan ocehan kakaknya lalu lanjut keluar apartemen
"Kok baru pulang sekarang? Sibuk banget ya, Ka?" Hal itu yang pertama Bjorka dengar ketika Zoia membukakan pintu rumah untuknya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam saat itu."Tadi jalan dulu, Ma, makan dimsum sama Rachel." Bjorka menjawab sambil melangkahkan kakinya masuk ke rumah. Zoia menutup pintu kemudian mengikuti langkah Bjorka.Bjorka yang akan masuk ke kamar menahan langkahnya ketika mendengar suara Zoia."Ka, kamu sama Rachel makin akrab ya?""Ya iyalah, Ma. Rachel kan PA aku, adeknya Radev juga. Aku udah lama temenan sama mereka. Kenapa memangnya, Ma?""Nggak, Mama cuma nanya." Zoia tersenyum."Oo." Bjorka ikut menimpali dengan senyumnya."Eh, Ka, tadi Mama dan Tante Qeyzia ketemuan.""Terus, Ma?""Jadi setelah ngobrol banyak Mama dan Tante Qeyzia sepakat buat kerjasama. Nah, kami butuh foto untuk iklan dan katalog. Rencananya sih kamu sama Nicole.""Aku sama Nicole, Ma?" suara Bjorka berubah antusias yang dijawab anggukan oleh Zoia. "Nggak free charge k
"Pokoknya kalian wajib datang. Gue nggak mau ya nerima alasan apa pun.""Apa pun?""Ya, apa pun!" tegas suara di seberang sana penuh penekanan.“Ya udah, gue tanya Kaka dulu ya, dia mau apa nggak.”"Ya pasti mau lah. Kalau nggak mau gue pecat dia jadi adek ipar."Rachel tertawa lalu memutus panggilan."Siapa, Ra?" tanya Bjorka yang baru keluar dari kamar mandi."Rai.""Raihana?"Rachel mengiakan dengan anggukan kepala.Bjorka tidak bertanya lagi. Masih dengan mengenakan handuk dia membuka lemari mencari bajunya di sana. Biasanya Rachel yang menyediakan. Tapi karena tadi asyik teleponan dengan Rai, Rachel jadi lupa."Ka, Rai minta kita hadir di acara nikahannya." Rachel menyampaikan isi pembicaraan dengan Rai tadi.Setelah bertualang dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain, akhirnya Rai memantapkan hati untuk menikah. Bukan pernikahan yang pertama memang. Dan mirisnya lagi adalah calon suami Rai berumur hampir dua kali lipat dari usianya. Saat Rachel protes, "Lo yakin mau nikah s
Prosesi pernikahan Rachel dan Bjorka akhirnya berjalan dengan lancar dan baru saja berakhir.Rachel tidak merasa lelah sedikit pun meski rangkaian acara tersebut berlangsung hampir lima belas jam lamanya. Yang ada hanya perasaan bahagia.Perlahan pikirannya mulai mereka ulang lagi adegan demi adegan yang terselenggara tadi. Mulai dari prosesi akad nikah yang mengharukan sampai acara resepsi yang mewahnya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Zoia yang mulai saat ini ia panggil dengan sebutan Mama mengusahakan semuanya agar sempurna. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk pernikahan kliennya, dan tentu saja saat pernikahan anak sendiri harus luar biasa.Seperti yang Rachel sepakati dengan Bjorka, Bjorka akan menunggunya di ballroom. Setelah mendengar komando dari MC, Rachel kemudian masuk diiringi oleh para bridesmaid. Yang menjadi bridesmaid adalah Starla, model-model Lavender Manajemen serta para sepupu Bjorka.Setelah menapakkan kaki di ballroom, wajah Rachel tertimpa lampu flas
Bagi orang-orang mungkin keputusan Bjorka untuk menikahi Rachel hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah status mereka berpacaran adalah keputusan yang paling gila. Mungkin mereka juga menganggap Bjorka tidak berpikir panjang. Tapi demi apa pun Bjorka sudah memikirkan semua ini.Setelah jadian malam itu Bjorka mulai memikirkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Rachel. Bjorka sudah mengenalnya bertahun-tahun. Ia tahu persis bagaimana sifat dan karakter Rachel. Dalam waktu satu bulan itu juga ia mulai merasakan chemistry demi chemistry di antara mereka yang tidak pernah ia temukan saat dulu bersama Nicole. Perlahan Bjorka menyadari bahwa ia lebih cocok dengan Rachel. Maka saat menyampaikan pada mamanya bahwa ia sudah punya pacar dan juga mengatakan ingin menikahi pacarnya itu mamanya terkejut oleh kenekatan Bjorka. Mungkin Bjorka memang nekat. Tapi nekat yang ini bukan tanpa alasan. Nekat yang ini juga akan ia pertanggungjawabkan.Setelah meyakinkan kedua orang tuany
Starla menatap Rachel sambil senyum-senyum sendiri menyaksikan tingkah adik iparnya itu.Saat ini Rachel sedang mematut diri di cermin sambil memindai diri dari puncak kepala hingga bawah kaki. Rachel mengenakan dress berwarna peach dan masih merasa ada yang kurang. Ini entah dress ke berapa yang ia coba sejak tadi.Malam ini Bjorka akan mengajak ke rumahnya. Dan status sebagai kekasihnya yang Rachel sandang saat ini membuatnya merasa harus memberikan yang terbaik. Rachel memang sudah ribuan kali mondar-mandir ke rumah Bjorka, namun itu sebagai sahabat. Malam ini adalah untuk pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki di sana sebagai pacar Bjorka. Dan rasanya gugup bukan main."Gimana, Ra? Masih belum juga?" tanya Starla melihat Rachel yang masih bimbang akan mengenakan baju yang mana."Ini sih bagus, tapi agak ketat di bagian dada," jawab Rachel."Atau coba yang ini."Rachel menerima midi dress floral berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru yang Starla sodorkan la
"Please, Ka, jangan sekarang." Rachel menolak ketika Bjorka mengatakan akan membawa ke rumahnya dan mengenalkan pada orang tuanya bahwa saat ini Rachel adalah kekasihnya.Sudah satu bulan mereka berpacaran namun tidak seorang pun tahu perubahan status tersebut karena sejak awal mereka mengetahui keduanya bersahabat. Semua berjalan sebagaimana biasa."Kenapa nggak boleh?" Bjorka menatap Rachel lekat, ingin tahu apa alasannya.Tentu saja Rachel tidak siap dengan semua ini adalah karena ia khawatir respon yang akan diterimanya dari orang tua Bjorka. Selama ini mereka bisa menerima Rachel sebagai teman anak mereka. Namun hal yang sama belum tentu akan terjadi jika mereka tahu bahwa Rachel adalah kekasih putra mereka. Rachel tidak akan pernah lupa ucapan mamanya Bjorka yang pernah ia dengar dengan tidak sengaja. Dari sana sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan sikap mereka pada Rachel."Bukan nggak boleh tapi aku rasa belum saatnya," jawab Rachel mengatakan alasannya."Jadi kapan saatnya
Satu tahun kemudian.365 hari telah berlalu. Bjorka kehilangan jejak Nicole. Sejak Nicole resign Bjorka tidak tahu lagi bagaimana kabarnya. Bjorka tidak pernah mencari tahu atau menghubunginya. Karena jika keep in touch dengannya semua akan semakin sulit.Hari-hari terasa begitu berat, hampa dan sunyi. Ternyata begini rasanya patah hati. Sampai detik ini Bjorka masih memikirkan perkataan Nicole waktu itu.Pintu kamar Bjorka diketuk. Lalu kepala Papanya menyembul. Javas tampak sudah rapi dengan Polo shirt hitam dan jeans biru pudar. Walau sudah bapak-bapak tapi papanya masih muda. Papanya bahkan jarang mengenakan celana kain selain ke kantor."Nggak malmingan, Ka?""Mau malmingan sama siapa, Pa?"Javas mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur tempat Bjorka berbaring."Masa udah mau kepala tiga masih jomblo aja," ledek Javas padanya."Ya mau gimana, nggak ada yang mau sama aku.""Yaelah, Ka, Ka ... Baru kehilangan cewek satu kali letoynya sampai satu tahun." Papa menoyor kepala Bjorka
Radev tidak menjawab pertanyaan Rachel. Aura dingin yang menguar dari ekspresinya membuat Rachel jadi ketakutan. Dulu Radev sudah menasihatinya agar jangan terpengaruh oleh Megan. Tapi yang terjadi Megan berhasil memanfaatkan Rachel. Megan tahu Rachel adalah anak yang patuh dan penurut. Kelemahannya itu digunakan Megan untuk menekan Rachel."Dev, lo tahu dari mana?" tanya Rachel sekali lagi masih dengan ekspresi yang sama. Takut-takut seperti tadi."Nggak penting gue tahu dari mana. Yang penting adalah gue tahu.""Lo tahu dari Kaka?""Sahabat gue bukan orang munafik. Dia pandai menjaga rahasia. Dia nggak bakal koar-koar ke mana-mana sekalipun sama gue."Rachel menggigit pipi bagian dalam. Kalau memang bukan dari Bjorka lantas dari mana Radev tahu? Apa selama ini Radev mengawasi pergerakan Rachel dari jauh? "Udah berkali-kali gue kasih nasihat. Lo mesti hati-hati sama Mami. Tapi nyatanya dia berhasil menjebak lo.""Sorry, Dev, gue emang salah. Abisnya gue kasihan sama Mami. Lagian wak
Hujan gerimis mengiringi pemakaman Marvel. Langit seakan berduka dan turut menangis. Satu demi satu para pelayat sudah mulai pulang. Takut kena gerimis yang akan menjelma menjadi hujan deras.Rachel masih terpaku memandangi gundukan tanah di hadapannya. Jasad Marvel sudah terkubur jauh di dalam tanah sana namun Rachel masih belum bisa menghentikan air matanya.Saat ini hanya tinggal Rachel, Radev, Starla dan Bjorka di pemakaman tersebut. Teman-teman dari Lavender Manajemen serta rekan kerja Radev sudah pulang. Sedangkan Megan dan Rai tidak mau datang sama sekali meskipun ini adalah untuk terakhir kalinya."Ra, sudah. Kita sama-sama ikhlasin Papi biar beliau tenang di alam sana," bujuk Radev mengusap punggung Rachel."Gue masih nggak percaya kalau Papi bunuh diri, Dev. Seharusnya nggak begini. Papi mengambil jalan pintas karena ngerasa nggak ada yang mendukungnya, dia ngerasa sendiri," ratap Rachel dengan perasaan sedih yang tidak kunjung habis. Mata gadis itu merah dan bengkak akibat
Sidang akan dimulai ketika Bjorka, Nicole dan Rachel masuk ke dalam ruangan.Rachel melihat Marvel mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan ceking. Membuat Rachel ingin menangis melihat kondisi sang ayah. Di saat-saat begini seharusnya pria itu mendapatkan support dari orang-orang terdekatnya. Terutama istrinya. Yang terjadi, istrinya malah meninggalkannya dan meminta cerai darinya. Lalu pacaran dengan pria lain yang kaya-raya.Rachel tidak sempat berbicara dengan Marvel. Tapi mereka sempat saling mengirim tatapan. Marvel bersyukur. Semua orang meninggalkannya. Hanya putri bungsunya yang selalu setia mengunjungi dan memberi support.Sidang atas kasus penyuapan itu dimulai. Diawali oleh pembacaan susunan acara oleh panitera. Selama itu pula detak jantung Rachel tidak karuan. Semoga saja hukuman untuk papinya tidak terlalu berat.Jika diibaratkan dengan kata-kata, mungkin Rachel sudah begah oleh sidang demi sidang yang disaksikannya. Hari ini sua