Jodi refleks membisu setelah mengetahui bahwa Rai lah yang datang.“Rai, kamu bisa ada di sini?” ucapnya beberapa saat kemudian setelah mampu menguasai keadaan.“Aku yang seharusnya bertanya, Jod, bukan kamu! Kenapa ada Tiwi di sini dan siapa anak kecil ini?” ucap Rai keras.“Daddy, who is she?” Anak kecil itu menggenggam tangan Jodi sambil menengadah menatapnya.“Apa? Daddy? Apa maksudnya dia memanggil kamu daddy?” Rai syok berat mendengar anak itu menyebut Jodi dengan panggilan tersebut. Tadi sebelumnya Rai juga mendengarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa Jodilah yang dimaksud ia tidak sanggup menahan gemuruh hebat di dadanya.“Ya iyalah dia memanggil Daddy, Jodi kan bapaknya,” sela Tiwi menjawab pertanyaan Rai.“Maksud lo apa sih, Wi? Becanda lo tuh nggak lucu.”“Nggak ada yang lagi becanda. Yang lucu tuh lo, Rai,” jawab Tiwi sambil tersenyum sinis.“Mommy, who is she?” Anak itu menggoyang-goyangkan tangan Tiwi karena tidak mendapat jawaban dari Jodi.Rai terdiam. Sementara pikiran
Axel memutuskan untuk membawa Starla ke rumah sakit. Tidak peduli Starla tidak setuju pada niat baiknya.“Kamu itu sakit, La. Saya nggak akan membiarkan kamu di sini. Sekali ini tolong jangan keras kepala.”Starla tidak lagi bisa mengelak. Ia hanya bisa pasrah saat Axel membawanya. Tubuhnya yang lemah membuat Starla tidak bisa melawan.Setibanya di rumah sakit terdekat, Axel membawa Starla turun dari mobil. Laki-laki itu menggandeng tangan Starla memasuki gedung rumah sakit.“Maaf, saya nggak bermaksud kurang ajar, saya hanya nggak mau kamu jatuh lagi,” ucapnya sebelum Starla berpikir yang macam-macam mengenai dirinya.Selama duduk menanti namanya dipanggil, Starla tidak banyak bicara. Ia merasa betul-betul lelah, padahal tidak melakukan aktivitas fisik yang berat.“Ibu Starla Sashenka!”Axel merangkul Starla masuk ke ruang dokter setelah nama Starla dipanggil.“Siang, Ibu, keluhannya apa?” tanya dokter setelah Starla dan Axel duduk di kursi pasien.“Tadi saya hampir pingsan, Dok. Pa
Setelah membaringkan Starla, Axel ikut merebahkan diri di sebelahnya. Selama beberapa saat laki-laki itu memandangi Starla dengan perasaan cinta yang semakin dalam. Ia tidak habis pikir bagaimana mungkin ada dua orang yang tidak memiliki hubungan darah tapi memiliki kemiripan fisik yang begitu identik. Matanya, hidungnya, bibirnya, bentuk dahi sampai garis wajah mereka tidak ada bedanya. Saking miripnya Axel sampai berpikir yang bukan-bukan. Bisa saja Starla dan calon istrinya dulu adalah dua saudara kembar yang terpisah seperti cerita picisan di film-film.Tangan Axel terulur untuk membelai pipi Starla. Bagaimana rasanya bersentuhan langsung dengan pipi mulus itu? Jangankan menyentuhnya langsung, dilihat dari jauh saja raut menawan itu terlihat begitu halus yang membuat siapapun ingin menyentuhnya.Jari-jari Axel semakin turun mendekat. Hanya tinggal beberapa senti lagi maka ujung jarinya akan bersentuhan dengan pipi Starla.Namun keinginan Axel untuk menyentuhnya terinterupsi ol
“Kenapa membawa saya ke rumah kamu?” Pertanyaan yang diucapkan dengan kesal itu terlontar dari mulut Starla setelah dirinya dan Axel berada berdua di dalam mobil pria itu.Tadi Starla terpaksa menerima tawaran Alice untuk makan di sana karena dia sangat memaksa. Dia juga mengucapkan selamat atas kehamilan Starla. Pasti Axel sudah menceritakan banyak hal di saat Starla tidur tadi.“Tadi kamu tertidur di mobil. Saya nggak tega membangunkan kamu.” Axel menjawab menyampaikan alasannya.“Tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya membawa saya ke rumah kamu. Saya nggak masalah dibangunkan atau tidur saya diganggu.”Bukannya menjawab perkataan Starla, Axel malah mengembangkan senyum yang membuat Starla jengkel.“Kalau kamu marah-marah kayak gini kamu jadi semakin mirip Nikita. Ya mulutnya, ya ekspresinya, semua.”Starla mendengkus lalu memalingkan muka ke sisi kiri, menghindari tatapan pria di sebelahnya yang kali ini benar-benar membuat Starla marah.“Iya, namanya Nikita. Saya belum pernah bila
“Ra, besok aku mau ke Lampung.”Rachel yang sedang main dengan Bintang refleks mengalihkan atensinya pada Starla.“Ngapain, La?” tanya Rachel heran.“Pengen ngasih Radev surprise.”“Tumben? Karena lusa birthday-nya Radev ya?” Starla terdiam sesaat mendengar celetukan adik iparnya. Saking kalutnya pikiran Starla ia hampir tidak ingat lusa Radev berulang tahun kalau bukan Rachel yang mengatakannya. Momen ini akan menjadi momen yang indah. Radev pasti tidak akan melupakannya. Di pertambahan usianya kali ini ia mendapat hadiah ulang tahun yang begitu istimewa—kehamilan Starla.“Radev pasti happy banget.” Rachel tersenyum membayangkan kejutan ulang tahun yang diberi Starla.Starla terpaksa melengkungkan bibir walau galau. Untung saja tadi ia belum jadi mem-booking tiket karena ingin menanyakan pendapat Rachel dulu bagusnya berangkat jam berapa. Kalau Radev ulang tahun lusa berarti Starla akan mengundur penerbangannya. Ia akan berangkat lusa, tepat pada hari H. “Terus Bintang gimana? Mau
Ini adalah pertama kali Starla melakukan penerbangan membawa anak kecil yang sedang berada dalam masa aktif pertumbuhan dengan kondisi berbadan dua.Nyaris di sepanjang penerbangan Starla mual lalu bolak-balik ke toilet untuk muntah. Starla menjadi lebih repot karena Bintang tidak mau ditinggal. Yang lebih parahnya Bintang juga tidak mau turun dari gendongan Starla. Andai saja Starla membawa Rachel pasti tidak begitu kejadiannya. Starla sudah menawarkan Rachel untuk ikut, tapi adik iparnya itu menolak dengan alasan tidak mau mengganggu keromantisan Starla dan Radev.Starla tidak langsung menyambung perjalanannya. Kondisinya yang lemah membuat Starla butuh waktu untuk beristirahat. Starla mencari hotel lalu tidur siang di sana. Setelah sore barulah Starla melanjutkan dengan perjalanan darat. Itu pun berangkatnya menjelang malam karena travel yang dinaikinya harus menjemput penumpang ke alamat masing-masing.Kali ini Starla benar-benar menyerah. Sepanjang perjalanan Starla mabuk darat y
Dengan Bintang yang berada di dalam gendongannya Radev mengeratkan dekapan di tubuh Starla.“Kenapa nggak kasih kabar kalau mau ke sini?” bisiknya pelan.“Gimana mau kasih kabar, Pak Radev kan lagi marah sama saya. Lagian saya juga mau kasih kejutan, tapi malah saya-nya yang dikasih kejutan,” jawab Starla sembari matanya tertuju pada Mita.Jawaban istrinya sukses membungkam mulut Radev selama hitungan detik sampai ia kembali mendapat kata-kata.“Apa yang kamu lihat tadi nggak seperti keliatannya, La, aku punya penjelasan untuk itu, nanti aku akan ceritakan semuanya,” janji Radev lalu melepaskan Starla dari pelukannya begitu sadar bahwa saat ini mereka diawasi berpasang-pasang mata.Kemudian Radev merangkul Starla untuk dikenalkan pada para karyawannya. Dan terutama Mita.“Mungkin ada yang belum kenal sama istri saya. Jadi saya perkenalkan sekarang. Wanita cantik ini adalah istri saya, namanya Starla. Dia istri saya satu-satunya. One and only. Saya sangat mencintai dia bahkan melebihi
Radev ingin menolak tawaran Hendra, tapi begitu ingat ucapan pria itu ada benarnya, maka dengan berat hati Radev memutuskan untuk membawa istri dan anaknya menginap di rumah Hendra yang artinya mereka akan tinggal satu atap dengan Mita.“Dibagi-bagi aja kuenya, Ji,” suruh Radev pada Aji setelah dirinya mengambil bagiannya.“Siap, Pak Radev,” jawab Aji cepat.Radev kemudian meninggalkan mess dengan membawa istri dan anaknya. Pria itu juga mengambil alih backpack Starla lantas menyandang di punggungnya.Mita berjalan mengikuti di belakang pasangan tersebut dengan langkah lunglai. Mati-matian menahan rasa cemburu yang menggigit hatinya menyaksikan kemesraan Radev dan istri cantiknya.“Mita, tolong bersihkan kamar tengah, ganti lagi sprei dan gordennya,” titah Hendra pada sang putri setibanya mereka di rumah. Istri Hendra sudah meninggal sejak lama sehingga ia hidup hanya berdua dengan anak tunggalnya.“Baik, Pa,” jawab Mita patuh.Hendra baru menyadari bahwa ada yang berbeda dengan putri
"Pokoknya kalian wajib datang. Gue nggak mau ya nerima alasan apa pun.""Apa pun?""Ya, apa pun!" tegas suara di seberang sana penuh penekanan.“Ya udah, gue tanya Kaka dulu ya, dia mau apa nggak.”"Ya pasti mau lah. Kalau nggak mau gue pecat dia jadi adek ipar."Rachel tertawa lalu memutus panggilan."Siapa, Ra?" tanya Bjorka yang baru keluar dari kamar mandi."Rai.""Raihana?"Rachel mengiakan dengan anggukan kepala.Bjorka tidak bertanya lagi. Masih dengan mengenakan handuk dia membuka lemari mencari bajunya di sana. Biasanya Rachel yang menyediakan. Tapi karena tadi asyik teleponan dengan Rai, Rachel jadi lupa."Ka, Rai minta kita hadir di acara nikahannya." Rachel menyampaikan isi pembicaraan dengan Rai tadi.Setelah bertualang dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain, akhirnya Rai memantapkan hati untuk menikah. Bukan pernikahan yang pertama memang. Dan mirisnya lagi adalah calon suami Rai berumur hampir dua kali lipat dari usianya. Saat Rachel protes, "Lo yakin mau nikah s
Prosesi pernikahan Rachel dan Bjorka akhirnya berjalan dengan lancar dan baru saja berakhir.Rachel tidak merasa lelah sedikit pun meski rangkaian acara tersebut berlangsung hampir lima belas jam lamanya. Yang ada hanya perasaan bahagia.Perlahan pikirannya mulai mereka ulang lagi adegan demi adegan yang terselenggara tadi. Mulai dari prosesi akad nikah yang mengharukan sampai acara resepsi yang mewahnya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Zoia yang mulai saat ini ia panggil dengan sebutan Mama mengusahakan semuanya agar sempurna. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk pernikahan kliennya, dan tentu saja saat pernikahan anak sendiri harus luar biasa.Seperti yang Rachel sepakati dengan Bjorka, Bjorka akan menunggunya di ballroom. Setelah mendengar komando dari MC, Rachel kemudian masuk diiringi oleh para bridesmaid. Yang menjadi bridesmaid adalah Starla, model-model Lavender Manajemen serta para sepupu Bjorka.Setelah menapakkan kaki di ballroom, wajah Rachel tertimpa lampu flas
Bagi orang-orang mungkin keputusan Bjorka untuk menikahi Rachel hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah status mereka berpacaran adalah keputusan yang paling gila. Mungkin mereka juga menganggap Bjorka tidak berpikir panjang. Tapi demi apa pun Bjorka sudah memikirkan semua ini.Setelah jadian malam itu Bjorka mulai memikirkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Rachel. Bjorka sudah mengenalnya bertahun-tahun. Ia tahu persis bagaimana sifat dan karakter Rachel. Dalam waktu satu bulan itu juga ia mulai merasakan chemistry demi chemistry di antara mereka yang tidak pernah ia temukan saat dulu bersama Nicole. Perlahan Bjorka menyadari bahwa ia lebih cocok dengan Rachel. Maka saat menyampaikan pada mamanya bahwa ia sudah punya pacar dan juga mengatakan ingin menikahi pacarnya itu mamanya terkejut oleh kenekatan Bjorka. Mungkin Bjorka memang nekat. Tapi nekat yang ini bukan tanpa alasan. Nekat yang ini juga akan ia pertanggungjawabkan.Setelah meyakinkan kedua orang tuany
Starla menatap Rachel sambil senyum-senyum sendiri menyaksikan tingkah adik iparnya itu.Saat ini Rachel sedang mematut diri di cermin sambil memindai diri dari puncak kepala hingga bawah kaki. Rachel mengenakan dress berwarna peach dan masih merasa ada yang kurang. Ini entah dress ke berapa yang ia coba sejak tadi.Malam ini Bjorka akan mengajak ke rumahnya. Dan status sebagai kekasihnya yang Rachel sandang saat ini membuatnya merasa harus memberikan yang terbaik. Rachel memang sudah ribuan kali mondar-mandir ke rumah Bjorka, namun itu sebagai sahabat. Malam ini adalah untuk pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki di sana sebagai pacar Bjorka. Dan rasanya gugup bukan main."Gimana, Ra? Masih belum juga?" tanya Starla melihat Rachel yang masih bimbang akan mengenakan baju yang mana."Ini sih bagus, tapi agak ketat di bagian dada," jawab Rachel."Atau coba yang ini."Rachel menerima midi dress floral berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru yang Starla sodorkan la
"Please, Ka, jangan sekarang." Rachel menolak ketika Bjorka mengatakan akan membawa ke rumahnya dan mengenalkan pada orang tuanya bahwa saat ini Rachel adalah kekasihnya.Sudah satu bulan mereka berpacaran namun tidak seorang pun tahu perubahan status tersebut karena sejak awal mereka mengetahui keduanya bersahabat. Semua berjalan sebagaimana biasa."Kenapa nggak boleh?" Bjorka menatap Rachel lekat, ingin tahu apa alasannya.Tentu saja Rachel tidak siap dengan semua ini adalah karena ia khawatir respon yang akan diterimanya dari orang tua Bjorka. Selama ini mereka bisa menerima Rachel sebagai teman anak mereka. Namun hal yang sama belum tentu akan terjadi jika mereka tahu bahwa Rachel adalah kekasih putra mereka. Rachel tidak akan pernah lupa ucapan mamanya Bjorka yang pernah ia dengar dengan tidak sengaja. Dari sana sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan sikap mereka pada Rachel."Bukan nggak boleh tapi aku rasa belum saatnya," jawab Rachel mengatakan alasannya."Jadi kapan saatnya
Satu tahun kemudian.365 hari telah berlalu. Bjorka kehilangan jejak Nicole. Sejak Nicole resign Bjorka tidak tahu lagi bagaimana kabarnya. Bjorka tidak pernah mencari tahu atau menghubunginya. Karena jika keep in touch dengannya semua akan semakin sulit.Hari-hari terasa begitu berat, hampa dan sunyi. Ternyata begini rasanya patah hati. Sampai detik ini Bjorka masih memikirkan perkataan Nicole waktu itu.Pintu kamar Bjorka diketuk. Lalu kepala Papanya menyembul. Javas tampak sudah rapi dengan Polo shirt hitam dan jeans biru pudar. Walau sudah bapak-bapak tapi papanya masih muda. Papanya bahkan jarang mengenakan celana kain selain ke kantor."Nggak malmingan, Ka?""Mau malmingan sama siapa, Pa?"Javas mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur tempat Bjorka berbaring."Masa udah mau kepala tiga masih jomblo aja," ledek Javas padanya."Ya mau gimana, nggak ada yang mau sama aku.""Yaelah, Ka, Ka ... Baru kehilangan cewek satu kali letoynya sampai satu tahun." Papa menoyor kepala Bjorka
Radev tidak menjawab pertanyaan Rachel. Aura dingin yang menguar dari ekspresinya membuat Rachel jadi ketakutan. Dulu Radev sudah menasihatinya agar jangan terpengaruh oleh Megan. Tapi yang terjadi Megan berhasil memanfaatkan Rachel. Megan tahu Rachel adalah anak yang patuh dan penurut. Kelemahannya itu digunakan Megan untuk menekan Rachel."Dev, lo tahu dari mana?" tanya Rachel sekali lagi masih dengan ekspresi yang sama. Takut-takut seperti tadi."Nggak penting gue tahu dari mana. Yang penting adalah gue tahu.""Lo tahu dari Kaka?""Sahabat gue bukan orang munafik. Dia pandai menjaga rahasia. Dia nggak bakal koar-koar ke mana-mana sekalipun sama gue."Rachel menggigit pipi bagian dalam. Kalau memang bukan dari Bjorka lantas dari mana Radev tahu? Apa selama ini Radev mengawasi pergerakan Rachel dari jauh? "Udah berkali-kali gue kasih nasihat. Lo mesti hati-hati sama Mami. Tapi nyatanya dia berhasil menjebak lo.""Sorry, Dev, gue emang salah. Abisnya gue kasihan sama Mami. Lagian wak
Hujan gerimis mengiringi pemakaman Marvel. Langit seakan berduka dan turut menangis. Satu demi satu para pelayat sudah mulai pulang. Takut kena gerimis yang akan menjelma menjadi hujan deras.Rachel masih terpaku memandangi gundukan tanah di hadapannya. Jasad Marvel sudah terkubur jauh di dalam tanah sana namun Rachel masih belum bisa menghentikan air matanya.Saat ini hanya tinggal Rachel, Radev, Starla dan Bjorka di pemakaman tersebut. Teman-teman dari Lavender Manajemen serta rekan kerja Radev sudah pulang. Sedangkan Megan dan Rai tidak mau datang sama sekali meskipun ini adalah untuk terakhir kalinya."Ra, sudah. Kita sama-sama ikhlasin Papi biar beliau tenang di alam sana," bujuk Radev mengusap punggung Rachel."Gue masih nggak percaya kalau Papi bunuh diri, Dev. Seharusnya nggak begini. Papi mengambil jalan pintas karena ngerasa nggak ada yang mendukungnya, dia ngerasa sendiri," ratap Rachel dengan perasaan sedih yang tidak kunjung habis. Mata gadis itu merah dan bengkak akibat
Sidang akan dimulai ketika Bjorka, Nicole dan Rachel masuk ke dalam ruangan.Rachel melihat Marvel mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan ceking. Membuat Rachel ingin menangis melihat kondisi sang ayah. Di saat-saat begini seharusnya pria itu mendapatkan support dari orang-orang terdekatnya. Terutama istrinya. Yang terjadi, istrinya malah meninggalkannya dan meminta cerai darinya. Lalu pacaran dengan pria lain yang kaya-raya.Rachel tidak sempat berbicara dengan Marvel. Tapi mereka sempat saling mengirim tatapan. Marvel bersyukur. Semua orang meninggalkannya. Hanya putri bungsunya yang selalu setia mengunjungi dan memberi support.Sidang atas kasus penyuapan itu dimulai. Diawali oleh pembacaan susunan acara oleh panitera. Selama itu pula detak jantung Rachel tidak karuan. Semoga saja hukuman untuk papinya tidak terlalu berat.Jika diibaratkan dengan kata-kata, mungkin Rachel sudah begah oleh sidang demi sidang yang disaksikannya. Hari ini sua