"Peter...," kata Miriam Wong lagi."Iya, Nyonya Besar?" tanya Peter."Bagaimana dengan pacarnya Tuan Muda mu? apa dia ada disana saat peristiwa yang menimpa Tuan Muda mu terjadi?""Tidak Nyonya Besar. saat kejadian terjadi, Tuan Muda tidak sedang bersama pacarnya. bahkan, aku baru saja akan menelpon pacar Tuan Muda itu.""Jangan menelpon nya.""Tapi, Tuan Muda terluka Nyonya Besar, aku harus memberi tahu pacar nya---""Dengar kata-kata ku baik-baik. JANGAN MENELPONNYA!!! biarkan dia merasakan kesedihan kehilangan seseorang yang dia cintai. karena dialah anakku harus mengalami nasib seperti itu, karena itu, kalau dia memang mencintai anakku, dia pasti akan bersedih dan biarkan dia bersedih. aku akan membawa anakku pulang ke Hongkong dan melarang anakku bertemu dia lagi. jadi, kamu jangan pernah memberi tahu dia. mengerti?!!" potong Miriam dengan suara terdengar marah bahkan kadang-kadang dia meneriaki Peter sehingga Peter ketakutan dan hanya bisa menundukkan kepalanya."Aku berjanji Ny
Wilson langsung menuju ke arah lokasi yang dikirimkan Melvin si Otak di handphone nya. dengan memakai motornya, dia segera melaju di jalan raya dan berakhir di sebuah perumahan kecil yang tidak memiliki pos satpam di gerbang perumahan.Wilson pun memarkir motornya dan turun di sebuah rumah, sesudah itu, dia mulai memperhatikan keadaan beberapa rumah di sekitar situ. pandangan matanya tertuju ke arah sebuah rumah, karena dia melihat jenis mobil yang sama dengan mobil yang dibawa Ardy dan kawan-kawan saat berusaha menculik Vania beberapa waktu yang lalu, karena itu, Wilson segera masuk ke dalam rumah yang ada mobil itu dan mulai mendekati sebuah jendela yang terbuka. semakin dekat dengan jendela itu, Wilson semakin mendengar ada suara-suara orang di balik jendela yang terbuka itu.Ardy yang kakinya sempat ditendang sampai patah oleh Davin, baru saja habis diurut oleh seorang ahli tulang. si bapak ahli tulang pun pamit dan berjanji akan datang lagi keesokan harinya. setelah bapak ahli tu
"Bram," sapa Vania saat melihat Bram menuju pintu keluar kantor."Eh...Vania," sapa balik Bram sambil mengangkat tangan nya dan berjalan melewati Bram. Bram yang memang tidak dekat dengan Vania, mengira Vania cuma menyapa biasa saja. Bram bermaksud terus ke luar karena ada janjian dengan pacar pertama nya."Aku ingin tanya soal Davin. kamu tahu gak?" tanya Vania sambil menjajari langkah cepat Bram yang berusaha meninggalkan nya karena takut Lenny keburu keluar kantor."Davin? oh iya. kemana dia? kok dia gak balik-balik. tadi minta ijinnya sejam paling lama dua jam, tapi dia gak balik-balik, dasar tuh anak," kesal Bram sambil terus berjalan keluar kantor."Emang tadi dia minta ijin nya mau kemana?""Dia pergi sekitar jam setengah sebelas, katanya sih, mau ketemu calon mertua. itu katanya ke gue tapi dia gak balik-balik, kemana tuh anak? huh," kata Bram sambil menuju ke motor nya yang dia parkir di depan kantor. "Ayahku?" tanya Vania."Ya iyalah. siapa lagi. Davin itu tipe cowok setia.
Besok paginya, Vania sengaja datang lebih awal ke kantor nya, begitu tiba di kantor nya, Vania langsung mencari Davin tapi, Davin tidak ada. Vania menunggu di dekat ruangan Cleaning Service sambil berusaha menelpon Davin tapi semuanya sia-sia, handphone Davin masih tidak bisa dihubungi, hingga Vania harus masuk ke ruangan nya.Saat jam istirahat, Vania kembali berusaha mencari keberadaan Davin, untuk itu, Vania mengajak Lenny bersama nya ke ruangan nya Bram. dengan posisi Bram saat ini di bagian umum yang juga membawahi Cleaning Service, Vania yakin kalau Bram bisa membantu nya soal Davin."Dia tidak masuk hari ini. dia tidak datang ke kantor dan tidak ada pemberitahuan sama sekali," kata Bram sesaat setelah Vania bertanya tentang Davin."Huh! kemana sih dia? aku takut terjadi sesuatu kepada nya," keluh Vania sementara Lenny dengan santainya langsung duduk di samping Bram."Sebaiknya kamu datang ke kostnya. mungkin dia sakit," kata Bram kepada Vania yang langsung diiyakan oleh Lenny.
"Kalau gitu, berarti gak ada kak yang kakak cari disini," kata Murni sambil membuka-buka buku besar di depan nya."Namanya siapa, mbak? yang pindah ke Hongkong itu," tanya Rani penasaran. Murni pun langsung memeriksa di layar komputer di samping nya."Gak mungkin, Ran. masak sih Davin dipindah ke Hongkong. itu kan gak banget," ngotot Vania."Aku pengen tahu aja sih. siapa tahu aku dan pasien itu, bisa jadian, hihihi," canda Rani."Ih... orang lagi sibuk nyari Davin, kamu malah main-main," gerutu Vania."Namanya Russel Wong. Warga Negara Asing asal Hongkong. kayaknya dia dirampok orang, perutnya ditusuk orang. lukanya besar dan dalam, setelah kondisi nya agak stabil, dia langsung dibawa naik helikopter ke bandara, dari bandara, baru diterbangkan dengan jet pribadi ke Hongkong," tutur Murni sambil membaca di layar komputer yang letaknya agak jauh dari Vania dan Rani."Boleh lihat fotonya, gak?" tanya Rani."Boleh. ini ada foto kartu identitas nya," jawab Murni dengan nada bersahabat."I
"Gini aja pak. dimana jenazah yang memakai baju Cleaning Service, pak?" tanya Vania tidak sabaran kepada petugas di kamar mayat."Oh...itu disana. aku sendiri yang memandikan jenazah nya," kata petugas itu sambil menunjuk ke dalam," tapi, kalian keluarganya kan?" lanjut nya."Iya, pak. kami keluarga nya," timpal Rani sebelum Vania menjawab."Kalau gitu, isi dulu data-data kalian disini. tinggalkan KTP kalian, sesudah itu, barulah kalian bisa melihat jenazahnya. untuk membawa jenazahnya kalian harus mengurus data-data dan biayanya di bagian keuangan ya," kata si petugas kamar mayat."Keluarga nya dari kampung belum datang ya?" tanya Vania."Belum. kalian keluarganya yang pertama datang," jawab si petugas.Vania dan Rani segera mengisi data-data di meja petugas kamar mayat, meninggalkan KTP mereka disana, yang oleh si petugas, langsung disimpan di dalam laci, sesudah itu, si petugas mengantar Vania dan Rani masuk ke dalam ke bagian penyimpanan mayat di ruang jenazah.Sesampainya di depa
"Tentu saja aku tidak bisa membiarkan mu sendirian menghadapi maut," kata Jacklyn sambil memegang tangan Davin. di belakang Jacklyn, seorang wanita datang dan kini berdiri di samping Jacklyn serta menatap Davin sambil menghapus air matanya."Ma, mama ke Jakarta, ma?" tanya Davin yang kaget dan tidak menyangka saat melihat Miriam Wong, ibu kandungnya telah berada di samping ranjang tempat dia dirawat."Tidak. kamu yang telah pulang ke Hongkong," tandas Miriam Wong."APA? VANIA? DIMANA VANIA? DIMANA?" tanya Davin panik."Siapa Vania?" tanya Jacklyn penasaran."Vania itu calon istri ku," kata Davin sambil bergerak tapi, dia merasa kesakitan luar biasa di perutnya karena gerakan halus yang coba dia lakukan tadi."Kamu belum boleh bergerak. kamu hampir mati, Russel. jangan dulu pikirkan hal yang lain. menurut dokter, luka mu itu sangat dalam dan parah, kalau orang lain yang mengalami nya, sudah pasti mati saking parahnya. kamu juga beruntung karena langsung ditangani dengan baik dan di lan
"Iya, ma. aku janji. kali ini aku tidak akan mengecewakan mama," tegas Jacklyn sambil menatap Miriam. "Bagus," kata Miriam sambil berlalu meninggalkan Jacklyn yang masih berdiri di depan pintu kamar tempat Davin dirawat itu.Setelah Miriam dan Jacklyn keluar dari kamar nya, Davin merasa sangat kesal dengan kehadiran Jacklyn itu, wanita yang pernah sangat dicintainya tapi juga pernah mengecewakan nya di masa lalu. apalagi saat melihat kedekatan antara Ibunya dan Jacklyn, wanita yang dianggapnya penipu dan matre itu.Sejak berumur belasan tahun, Davin terlalu fokus untuk belajar bisnis di Harvard dan juga belajar ilmu-ilmu beladiri dari perguruan nya, Perguruan Tapak Emas, sehingga, dia melalaikan kehidupan percintaannya. Saat di Amerika, Davin mengalami kesulitan bergaul dengan teman-teman kuliah nya karena mereka semua berumur beberapa tahun diatasnya, sementara Davin sendiri, karena kejeniusannya sudah menjadi mahasiswa terpandai di usia lima belas tahun dengan teman-teman seangkat
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol