Davin : "Tenang. aku punya caranya."Vania : "Oke. aku tunggu.Setelah itu, Vania pun menunggu di kamarnya. dia memasang TV dan mencari channel music, dia ingin mendengar kan lagu-lagu sambil menunggu kedatangan Davin.Beberapa saat kemudian, terdengar ketukan di pintu kamarnya, dengan sigap, Vania langsung mendekati pintu kamar nya, tapi, sebelum dia membuka pintu kamar nya terdengar suara orang menyapa dengan kata-kata khas pegawai hotel. orang diluar itu, mengatakan 'Room service'.Vania pun membatalkan gerakan nya yang baru saja hendak membuka pintu kamar nya, karena mendengar kata-kata itu diluar, karena Vania merasa tidak pernah memesan makanan atau apapun dari hotel. saat ini, dia cuma menduga, kalau pesanan ini, dikirim Ivan untuk nya. tapi, orang diluar masih tetap menyebutkan Room Service sehingga Vania jadi agak kesal dengan keadaan itu, dia pun membuka pintu kamarnya."Aku tidak.... hah," Vania tidak menyelesaikan kata-katanya, dia kaget karena melihat seorang pria berser
Vania yang terburu-buru, ingin menghalangi Bundanya masuk ke ruangan nya, tidak menyadari kalau aksinya ini, membuat situasi menjadi canggung. Davin yang berada di belakangnya, tak menyangka dan hanya bisa melongo saat tanpa peringatan dulu, Vania langsung membuka bajunya, meninggalkan bajunya di lantai, kemudian menuju ke pintu kamar.Vania membuka sedikit pintu kamar nya, sementara Davin yang menyadari pintu akan dibuka, langsung menunduk hingga di samping ranjang."Sini bajunya, Bun," kata Vania sambil mengambil baju kerjanya yang berada di tangan bundanya. bundanya yang melihat keadaan anaknya yang terlihat polos tanpa pakaian itu, mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar, sehingga, dia pun cuma bisa terdiam saat Vania kembali menutup dan mengunci pintu kamar nya di depan matanya.Setelah itu, Vania langsung masuk ke kamar mandi, begitu Vania ke kamar mandi, barulah Davin tiduran di pembaringan hotel dan berusaha menahan deburan ombak di dadanya yang terjadi karena pemandangan in
Sore nya, Davin yang sudah mandi dan berpakaian rapi itu, sudah menunggu di depan ruangan nya Vania. satu jam terakhir ini, Davin menelpon Vania tapi tidak diangkat, Davin juga sudah chat, tapi, masih belum dibaca, akhirnya, Davin pun menunggu di depan pintu ruangan nya Vania. Rani keluar dari ruangan nya Vania dan langsung menghampiri Davin."Vania sudah pulang, kira-kira satu jam yang lalu," kata Rani yang langsung membuat Davin kaget."Kok dia gitu? dia kan janjian untuk pulang sama-sama dengan ku.""Dia dapat kabar ayahnya kolaps dan masuk rumah sakit. dia langsung bingung dan menangis, kemudian dia pergi, hingga handphone nya tertinggal di atas meja kerja nya. aku sempat menawarkan diri untuk mengantar nya, apalagi dia gak bawa mobil hari ini. tapi, dia menolak, dia cuma bilang, dia akan naik taksi online.""Aduh. tahu gak, ayahnya dirawat di rumah sakit mana?" tanya Davin."Aku gak tahu," jawab Rani."Oke. kalau gitu aku pergi dulu. thanks ya.""Iya."Setelah itu, Davin langsung
Davin yakin, Vania bukan cewek matre yang tunduk pada godaan harta benda, tapi, masalah nya saat ini, Ayah Vania sakit dan anak manapun yang mencintai ayahnya, pasti akan terketuk hatinya. Davin yakin, Vania mencintai nya, tapi, mampukah Vania membiarkan ayahnya meninggal tanpa pertolongan? Davin yakin, Vania tidak akan mampu dan tega membiarkan hal itu terjadi, karena itulah, Davin harus bergerak untuk menolong Vania. Cara yang dipilih Davin, adalah dengan cara membiayai semua perawatan, pengobatan ataupun operasi transplantasi hati Ayahnya Vania, sehingga Vania tidak perlu berhutang pada Ivan. tapi, Davin masih ingin melakukan hal itu secara diam-diam, dia ingin membantu Ayahnya Vania secara diam-diam, yang penting, Vania tidak berhutang dahulu kepada Ivan. Davin yang saat ini, sudah pulang ke tempat kost nya, mondar-mandir di kamarnya menunggu kabar dari Peter yang tidak kunjung datang, hingga akhirnya, setelah menunggu beberapa jam, kabar itupun datang saat Peter menelponnya."G
Vania jadi sangat lega dengan tawaran dari Dokter Alvin ini, karena itu berarti, dia tidak perlu lagi berhutang kepada Ivan dan setelah berdiskusi sejenak dengan bundanya, mereka berdua pun mengambil keputusan bersama."Oke. kami terima tawaran dari dermawan asal Hongkong itu. tapi, bolehkah kami tahu siapa namanya dan bolehkah kami meminta nomor telepon nya supaya kami bisa berterima kasih kepada nya?" tanya Sita kepada Dokter Alvin."Ini....akan aku tanyakan dulu kepada orang yang mewakili pihak dermawan itu, pokoknya saat ini, lebih baik kita pindahkan dulu Pak Willy ke ruang VVIP yang sudah disiapkan untuk Pak Willy," kata Dokter Alvin sambil berdiri dan menunjuk ke arah ruang Gawat darurat.Akhirnya Sita dan Vania serta Vander, mengikuti arahan Dokter Alvin. mereka menunggu di pintu keluar, sementara Dokter Alvin masuk ke dalam ruangan Gawat Darurat. beberapa saat kemudian, pintu di ruang Gawat Darurat terbuka, Dokter Alvin mengawal keluarnya Willy yang terlihat tertidur di ranja
"Aku kan gak menghina orang. aku kan mengatakan yang sebenarnya," kata Vartan tidak mau kalah."Hmm.....kamu gak perlu membanggakan profesi mu di depan orang lain. kejadian di depan, kan belum tentu, bisa saja pekerjaan nya lebih baik dari mu di masa depan!" kata Vania dengan nada suara meninggi."Apa? hahahaha...itu tidak mungkin. profesi nya sekarang, jadi Cleaning Service, ke depan, mungkin jadi kepala Cleaning Service, itu aja. jauh dong dibandingkan aku yang jadi manager, di perusahaan Amerika lagi," kata Vartan menyombongkan dirinya."Tapi ingat, kamu kan sudah dipecat! ingat itu! kamu bisa kerja lagi, karena pindah ke perusahaan temanmu. apa itu yang kamu banggakan?" kata Vania sinis."VANIA! APA YANG AKU CERITAKAN ITU, BUKAN UNTUK KAU UMBAR-UMBAR. INGAT ITU!!! JANGAN MEMBUAT AKU MARAH!!!" teriak Vartan tiba-tiba hingga pengunjung apotek ini kaget dan menatap ke arah Vania dan Vartan yang sedang bertengkar itu."Van... sudahlah. tenanglah," bisik Davin ke telinga Vania sambil m
Vania sangat senang mendengar kata-kata Vartan tadi, tapi, melihat keadaan batu besar yang hancur sebagian itu, membuat Vania khawatir akan keadaan Davin karena itu, dia langsung membawa Davin ke tempat yang memiliki penerangan lebih untuk melihat keadaan tangan Davin dan memang ada darah di tangan Davin karena kuatnya pukulan yang dilakukan Davin tadi."Aduh, tuh kan berdarah. seharusnya kamu jangan melakukan itu," kata Vania marah-marah."Lebih baik seperti itu. hanya dengan cara itu, barulah aku bisa menghindar dari konflik lebih lanjut dengan kakakmu. kalau aku tidak menunjukkan kekuatan ku, dia pasti akan terus memaksaku berkelahi, aku takut, aku akhirnya bisa memukulnya, akibatnya bisa fatal, Van," bantah Davin.Mendengar kata-kata Davin itu, Vania mengangguk, sekarang Vania mengerti makna perbuatan Davin tadi yang sekalipun berakibat melukai diri sendiri tapi akhirnya berhasil membuka mata Vartan kalau kemampuan beladiri Vartan berada di bawah kemampuan beladiri Davin sehingga
Vartan sangat kaget saat tangannya ditarik Vania. akhirnya dia cuma bisa pasrah saat Vania menariknya sekitar lima belas meter dari posisinya semula."Ada apa sih," tanya Vartan saat Vania sudah melepaskan tangan nya."Kenapa kamu tidak memenuhi janjimu?" "Janji yang mana?""Janji untuk tidak merintangi lagi hubungan ku dengan Davin.""Aku memenuhi janji aku kok. aku tidak jadi perintang lagi, apa yang aku janjikan, akan selalu aku tepati," kata Vartan tegas."Lalu mengapa bunda membatalkan perjanjian pengobatan ayah dengan pihak dermawan dari Hongkong?" tanya Vania sambil menatap tajam ke arah Vartan."Aku tidak tahu sama sekali soal itu, Van. i swear. aku tidak terlibat dalam hal ini," kata Vartan sambil mengangkat tangan nya. melihat itu, Vania tahu kalau kakaknya ini, mengatakan yang sesungguhnya karena itu, dengan lesu, dia cuma bisa duduk termenung di tempat duduk terdekat."Sebenarnya, apa sih yang terjadi?" tanya Vartan sambil duduk di samping Vania."Bunda telah membatalkan
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol