"Betulkah kata-katamu ini? tanya Davin kaget sambil menatap penuh selidik kepada wanita yang bernama Sri ini."Iya. Aku aku mengetahuinya secara tidak sengaja," jawab Sri."Bagaimana ceritanya?""Kami satu keluarga ada empat orang. Yang terdiri dari, aku, berumur 18 tahun dan masih single, tanpa pacar atau suami, ada Kumar, adik lelakiku berumur dua belas tahun dan ayah ibuku, kami berasal dari India. Aku dan adikku mendapatkan liburan sekolah sehingga orang tua kami mengajak kami jalan-jalan ke Amerika Tengah. Kami termasuk baru di kapal pesiar ini tidak seperti penumpang lainnya yang sudah berbulan-bulan di kapal ini, sebelumnya, kami liburan di Panama dan saat kapal pesiar ini sandar di Panama dalam perjalanan ke Miami, Amerika serikat dan akan melewati Mexico, ayahku putuskan untuk naik kapal ini." "Oke. Langsung saja ke peristiwa menjelang pembajakan," kata Davin tidak sabaran."Dua hari sebelum peristiwa pembajakan ini dimulai, aku sempat sempat melihat dua orang pria sedang b
"Aku sudah menikah, Sri. Aku tidak bisa menikah denganmu. Aku sudah memiliki istri," tegas Davin."Aku aku bisa menjadi istri keduamu," tandas Sri.Davin memegang kepalanya dia sangat bingung dengan situasi ini, karena di saat situasi masih berbahaya seperti saat ini, dia malah dihadapkan lagi dengan masalah rumit seperti ini. " kenapa sih harus seperti ini?" tanya Davin."Ini kebudayaan kami. Seorang pria yang sudah melihat wanita tanpa sehelai benangpun, maka dia harus menikah dengan wanita itu.""Bagaimana dengan kedua pembajak tadi? mereka kan juga sudah melihatmu telanjang.""Setelah mereka mati, otomatis aku tidak akan bertemu mereka, jadi aku tidak malu. Aku cuma akan malu bertemu denganmu. Lagipula, mereka tidak bisa menjadi suamiku karena mereka melakukannya dengan memaksa, mereka melihatku tanpa sehelai benangpun karena pemaksaan, jadi, aku tidak bisa menikah dengan mereka sekalipun mereka masih hidup." "Tapi, aku melihatmu. Aku kan langsung melempar baju kepadamu.""Kamu s
Sri dan Rachel langsung menunduk dan menempelkan tubuh mereka ke tembok kamar setelah mendengar kata-kata Davin ini, saat ini mereka bertiga masih berada di kamar Rachel. Davin menyiapkan senjata otomatisnya dan menyandarkan tubuhnya ke tembok untuk mendengarkan pergerakan orang-orang yang saat ini sedang berjalan menuju posisinya.Kedua orang di luar itu, bicara dalam bahasa Spanyol yang tidak dimengerti oleh Davin yang memang tidak pernah belajar bahasa Spanyol itu, tapi dari langkah kaki mereka yang cukup berat itu, Davin tahu kalau mereka sedang membawa sesuatu yang berat, perkiraan Davin barang berat yang mereka bawa itu adalah senjata otomatis berkaliber tinggi, karena itu Davin semakin meningkatkan kewaspadaannya karena sebentar lagi mereka akan mencapai pintu kamar yang telah didobrak oleh Davin itu, pintu itu belum tertutup karena memang sudah rusak, sebentar lagi mereka akan sampai di kamar Davin dan kedua gadis bersembunyi.Davin tahu, kemungkinan besar orang-orang yang sed
Silvia masih menatap wajah Vania dengan wajah penuh tanda tanya, Silvi ingin mendapatkan penjelasan dari Vania tentang apa yang dipikirkan Vania yang masih terlihat dalam ekspresi ketakutan itu."Seorang wanita telah menjawab telepon Davin, aku takut telah terjadi sesuatu kepada Davin, aku takut siapapun yang menerima teleponku tadi telah mendapatkan handphone Davin karena.. karena dia telah berhasil mencelakai Davin," jawab Vania dengan wajah murung sambil menatap wajah Silvia."Nyonya muda, nyonya muda tak perlu mengkhawatirkan tuan muda. Aku sudah mendengar cerita-cerita kehebatan tuan muda saat di Evornia. Tuan muda bisa mengalahkan ratusan prajurit militer dan tuan muda melakukannya beberapa kali, bayangkan, ada ratusan prajurit militer bisa tuan muda kalahkan, karena itu, aku tidak yakin para pembajak itu, akan bisa mencelakai tuan muda," tegas Silvia."Benarkah dia sahabat itu?""Iya, nyonya muda. Tentara yang terlatih dan jumlahnya begitu banyak bisa dikalahkan tuan muda dan i
A Kun, Rachel dan Sri langsung mundur ke belakang sementara itu, Davin tidak mundur ke belakang dia cuma melompat ke samping kanan, menghadap ke arah pintu kamar yang dicurigai ada orangnya, setelah itu, dia mengambil sebuah tempat sampah di depan sebuah kamar untuk dilemparnya kencang-kencangnya ke pintu kamar yang dicurigainya ada orangnya.Pintu itu terkunci tapi dengan kekuatan yang dimiliki Davin, Davin mampu melemparkan tempat sampah itu hingga pintu itu terdobrak hancur dan bahkan tempat sampah itu, ikut hancur, berbarengan dengan seseorang keluar dari sana untuk bmelemparkan sebuah granat tangan tapi granat tangan yang dilempar orang itu sudah langsung diantisipasi oleh Davin. Davin melemparkan senjata api otomatisnya yang langsung berbenturan dengan granat itu dan terlempar balik ke dalam kamar sehingga meledak di dalam kamar.Davin lega karena dia bisa bergerak lebih dulu sebelum orang itu melempar granat yang dimilikinya dan membuat kehancuran di luar, sebelumnya Davin taku
Beberapa saat sesudah Davin melakukan ketukan yang merupakan isyarat bagi orang di dalam Save Room, untuk membuka pintu Save Room, akhirnya pintu Save Room terbuka dan Brian sudah berada di depan pintu.Sejenak Davin memandangi Bryan, sang kapten kapal pesiar ini, Davin ingin mencari tahu dari raut wajah Bryan dulu, karena kalau telah terjadi sesuatu, maka Davin akan melihat itu di dalam raut wajah Bryan ini, karena kalau telah terjadi sesuatu di dalam sana, maka, pasti akan ada perubahan besar di wajah Bryan ini."Bagaimana, apakah keadaan di luar sudah aman?" tanya Bryan.Setelah melihat wajah Bryan ini dan mendengar nada suara dari Bryan ini, Davin tidak melihat dan mendengar sesuatu yang mencurigakan dari mimik wajah dan suara Bryan, kesimpulan awalnya, setelah melihat Bryan, Davin tidak melihat sesuatu yang yang mencurigakan dan yang harus dia khawatirkan di dalam sini.Davin masuk dan berkata dengan keras," keadaan diluar masih ada pembajak, tapi sejauh ini, cukup terkendali," k
Dengan tangannya yang ditaruh di belakang tubuhnya, Davin memberi isyarat untuk menyuruh Sri, menjauh dari posisi di belakangnya. Davin takut saat pembajak itu menembak dan Davin dengan refleks menghindar tembakan itu, tembakan itu bisa mengenai Sri, kalau Sri tetap berada di belakangnya, karena itulah, dengan tangannya Davin memberi isyarat kepada Sri untuk mundur pelan-pelan dan menjauh dari posisinya saat ini di belakang David.Setelah beberapa saat, apa yang diinginkan Davin mulai terjadi, Sri mulai mundur perlahan-lahan dan karena tubuhnya yang kecil sehingga terhalang oleh tubuh Davin yang besar. Gerakan yang dilakukan Sri ini, tidak terlihat oleh si pembajak, Sri terus mundur menjauh dan bahkan sudah masuk ke dalam kerumunan para sandera yang saat ini sedang berkerumun di dekat pintu keluar.Saat ini, selain Davin yang masih berada di depan si pembajak, hanya ada beberapa laki-laki yang berada di dekat sang pembajak yang sedang menyandera Miriam Wong. Termasuk diantaranya adala
Teriakan yang Davin dengar di luar sana membuat Davin semakin bingung. Davin semakin bimbang karena teriakan itu berasal dari A Wei dan itu berarti, A Wei adalah korban kedua dari anak buahnya yang berada di luar setelah sebelumnya A Kun sudah mengeluarkan teriakan kematiannya.Saat ini, Davin kembali bingung antara menolong anak buahnya yang berada di luar sebelum mereka habis dibunuh atau menolong ibunya, Miriam yang sedang terancam bahaya itu.Davin memutuskan untuk bertindak, Davin tidak bisa berpangku tangan begitu saja saat mendengar anak buahnya yang berada diluar satu persatu berjatuhan itu tapi karena Davin juga tidak bisa meninggalkan ibunya di dalam sini, karena kalau dia meninggalkan ibunya, ayahnya juga bisa menjadi korban, karena itu, Davin mulai melihat ke bawah ke arah kaki dari sang pembajak.Davin mulai memperkirakan gerakan yang akan dilakukan si pembajak kalau Davin melakukan gerakan cepat untuk menyerang si pembajak itu, tapi dari semua yang dipikirkan Davin, ti
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol