"Baik sayang. Aku akan biarkan kamu untuk bicara langsung dengan Boris, aku yakin Boris masih memiliki hati nurani jadi, jika Boris harus memihak di antara aku dengan Yuri, aku yakin kalau dia pasti akan memilih aku, aku juga yakin, kalau Boris sudah tahu tentang penindasan yang dilakukan Yuri di negerinya ini, jadi aku yakin Boris akan memihak aku," tandas Davin."Baik. Aku akan segera bicara dengan Boris," kata Vania di ujung telpon."Tiba-tiba saat Davin masih ingin menceritakan tentang isi hati dan kerinduannya kepada Vania, Davin mendengar suara ribut-ribut di dekat tempatnya, sehingga Davin tidak meneruskan kata-katanya dan hanya bisa terdiam."Kenapa? kenapa kamu diam?" tanya Vania"Nampaknya ada sesuatu yang terjadi disini, sudah dulu ya, sayang. Aku harus melihat apa yang terjadi di tempat ini dan jangan lupa telepon Boris dan mulai menggelontorkan dana untuk persenjataan itu.""Baik, akan segera aku lakukan. Hati-hati, sayang.""Iya, sayang. Setelah itu, Davin langsung memut
Davin menunggu hingga Wilson telah lenyap dari pandangannya, sambil menunggu Wilson mendapat posisi yang bagus untuk mulai melenyapkan musuh-musuhnya secara senyap, Davin terus memperhatikan keadaan di bawah sana.Davin melihat ada barisan musuh di belakang sana dengan senjata mesinnya. senjata mesin yang yang pernah Davin pakai kemarin saat Davin menghabisi banyak sekali musuh di padang rumput.Melihat posisi senjata mesin itu yang berada agak di belakang dan berada agak di atas di belakang para prajuritnya Yuri sehingga menjadikan senjata mesin itu menjadi senjata ideal untuk menghabisi musuh sebanyak-banyaknya. Senjata itu jauh lebih ideal daripada senapan otomatis yang Davin pegang sekarang ini, karena dengan senjata otomatis yang dia pegang sekarang, paling hanya bisa membunuh puluhan musuh dalam beberapa kali tembakan tidak seperti senjata mesin di bawah sana yang bisa membunuh ratusan bahkan bisa ribuan musuh dalam berapa kali tembakan.Karena itu, Davin kemudian berbisik kepad
saat ini, Wilson mengendap-ngendap dengan cara berjalan menunduk agak ke bawah, karena Wilson ingin mengejutkan siapapun yang sedang berada di balik senjata mesin itu dan Wilson ingin langsung melakukan sebuah serangan mematikan dengan senjata tajam berukuran pendek di tangannya.Wilson mulai mengintip, dia mulai melihat kaki orang yang diincarnya di kejauhan sana sedang berada di belakang senjata mesin itu, saat ini, Wilson terus Mendengar orang dibalik senjata mesin itu terus memberondong tembakannya entah ke arah mana, Wilson takut tembakan-tembakan itu akan mengenai teman-teman yang berada di atas sana, karena itu, sambil mengendap-ngendap dengan memperhatikan kaki dari sasarannya itu, Wilson semakin mendekati targetnya.Setelah itu, Wilson mulai ancang-ancang untuk melakukan serangan nya sambil memegang senjata tajam berukuran pendek di tangannya. Dia menatap ke atas sekali, setelah itu dia mulai bersiap untuk menyerang, tapi ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.Wilson sepert
Davin dan Wilson terus berjalan mendekati gua dengan Wilson terus memandangi gerakan-gerakan para prajurit yang bergelimpangan di sepanjang jalan karena dia khawatir kalau masih ada prajurit yang pura-pura mati di antara mayat-mayat itu.Wilson terus berjalan dengan memperhatikan prajurit-prajurit itu sehingga dia tidak sadar kalau posisinya sekarang ini sudah berada dekat sekali dengan mulut gua.Davin yang sebelumnya mengaktifkan pendengarannya untuk mendengarkan ke arah para prajurit yang bergelimpangan itu sempat tidak menyadari kalau ada gerakan-gerakan dari dalam goa saat ini, saat Davin menyadarinya, sebuah peluru sudah meleset dari arah gua. Dengan gerakan refleks, Davin langsung bertindak cepat.Yang dilakukan Davin adalah melempar senjatanya, senapan otomatis yang dipegangnya ke arah Wilson dengan sekuat tenaga, Secara logika, peluru pasti akan lebih cepat dari sebuah lemparan, apalagi benda yang cukup berat seperti senjata otomatis, tapi, di tangan Davin, logika itu tidak
Setelah terdengar tembakan dari dalam goa Davin segera berlari ke dalam dengan cepat dan dengan penglihatan cepatnya dia bisa melihat ada beberapa orang yang berada di dekat pintu masuk sedang bersembunyi dia langsung menembak ke arah situ dan langsung bergulingan sambil menembak.langkah Davin ini langsung diikuti oleh Pieter dan Melvin mereka bertiga menembak di dalam gua ke arah para prajurit musuh yang langsung bergelimpangan setelah terkena tembakan dari ketiganya.Setelah memastikan kalau musuh-musuh mereka telah berhasil dihabisi mereka bertiga berjalan menuju ke arah jalan menurun, jalan menuju ke pintu terowongan."Hati-hati tuan muda," kata Peter, karena Davin masih tetap memimpin jalan untuk menuju ke arah pintu terowongan.Davin mengangguk-angguk dan dengan hati-hati dia terus melangkah ke depan hingga akhirnya mereka telah sampai ke jalan setapak jalan menurun yang menuju ke arah ke pintu terowongan itu."Tuan muda, tunggu sebentar. Biarkan aku menelpon orang-orang di dal
Saat ini, Davin tahu kalau keadaannya benar-benar terdesak, keadaan pasukan perlawanan dan Davin beserta para pengawalnya yang benar-benar terdesak di terowongan ini, Davin sudah memutar otak beberapa kali tapi, dia tidak juga menemukan jalan keluar atau strategi terbaik untuk keluar dari masalah ini.Davin tahu kalau saat ini dia berani memerintahkan untuk menembak dari atas sini, maka, serangan besar akan segera terjadi ke arah mereka, para pasukan yang begitu banyak akan langsung menyerbu ke tempat mereka saat ini, posisi mereka ini, sampai saat ini masih tersembunyi, masih belum diketahui musuh tapi, kalau mereka berani menembak maka tempat ini akan langsung didatangi musuh yang begitu banyak, karena itu, saat ini, Davin benar-benar bingung menghadapi situasi ini."Tuan muda, ada kabar buruk di pintu utama," kata Peter kepada Davin."Ada apa? apa yang terjadi?" tanya Davin."Mereka mulai masuk ke pintu pertama menuju terowongan," kata Peter dengan wajah khawatir.Davin jadi sangat
Saat ini, Davin, Peter, Wilson dan A Hua, hanya bisa bertahan dibalik bebatuan, mereka tak bisa berbuat apa-apa saat berondongan tembakan dari helikopter itu, terus menembaki tempat mereka berada saat ini, untung saja ada bebatuan yang menghalangi mereka sehingga mereka sampai saat ini masih bisa bernafas.Debu-debu berterbangan akibat dari tembakan-tembakan yang tak pernah berhenti dari helikopter itu, tapi Davin sadar, begitu tembakan itu berhenti, akan ada banyak prajurit yang akan masuk ke tempat ini dan saat itu, mereka benar-benar berada di tengah incaran maut. Davin cuma bisa berjaga-jaga ketika saat itu tiba, karena ketika helikopter itu berhenti menembak, akan ada banyak orang yang akan datang ke sini untuk menghabisi mereka.Keadaan di dalam sini semakin pekat, debu-debu sudah menghalangi penglihatan Davin dan kawan-kawannya, batu besar tempat mereka bertahan, kini mulai hancur sebagian oleh tembakan dari helikopter yang tak pernah berhenti itu yang membuat tempat berlindung
Davin masuk ke dalam sebuah ruangan di depan pintu menuju ke arah gua. Davin tahu, ada beberapa prajurit musuh yang sedang bersembunyi di balik dua tiang di dalam ruangan ini, tiang yang sebelah kanan dan yang sebelah kiri.Saat ini Davin tidak bisa melakukan tembakan karena para prajurit musuh bersembunyi di balik tiang besar yang ada di situ, kemudian Davin teringat dengan aksi dari Guru Besar Tapak Emas saat membantu Davin menghadapi anggota Genk Macan Tutul di kediaman Davin dulu. Saat itu, Guru Besar Tapak Emas berhasil membelokkan senjata tajam yang dilemparnya kearah musuh-musuhnya walaupun musuh-musuhnya bersembunyi di tempat yang terhalang oleh tiang atau terhalang dari pandangan.Davin berencana untuk melakukan apa yang pernah dilakukan Guru Besar Tapak Emas itu. Saat ini, beberapa prajurit pasukan perlawanan telah datang dan berada di samping Davin, tapi mereka pun masih bingung untuk melakukan penembakan karena musuh yang mereka cari tidak terlihat. Davin mencegah mereka
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol