"Sudah. jangan dulu memikirkan hal itu, setiap saat mereka akan segera datang ke sini, mari kita mengatur senapan-senapan mesin yang masih berada diatas truk-truk itu untuk diturunkan ke bawah untuk aku pakai nanti," kata Davin kepada A Hua.A Hua mengangguk dan berjalan lebih dulu menuju ke arah padang rumput dengan diikuti oleh Davin di belakangnya. Sesudah itu mereka berdua mulai memindahkan senapan mesin yang mempunyai roda itu, dari atas truk untuk mereka bawa turun ke bawah ke atas Padang rumput agak ke belakang sedikit dari mobil-mobil militer tadi.Senjata-senjata mesin itu yang setiap putarannya bisa menembak hingga ribuan peluru itu, tidak mengalami kerusakan saat di lempar granat tadi, hanya ada beberapa tanda hangus di senjata-senjata mesin itu. senjata-senjata itu memang dirancang untuk tahan menghadapi ledakan-ledakan granat, senjata mesin itu baru akan hancur kalau dihancurkan dengan dinamit C4 atau sejenisnya.Empat senapan mesin diatur untuk berada di tengah-tengah pa
A Hua masih tetap menatap ke bawah lewat teropong di senapan snipernya. A Hua menghawatirkan Davin, tuan mudanyanya yang sedang berada di bawah sana, seorang diri di padang rumput yang sedikit lagi akan kembali menjadi medan pertempuran.A Hua dulunya adalah seorang Sniper terbaik di pasukan SWAT Hongkong yang berhenti dari kepolisian, karena suatu hari seorang temannya gugur, saat berhadapan dengan Genk Macan Tutul yang sedang melakukan perampokan. Setelah peristiwa itu, A Hua mencoba mengajak beberapa rekannya untuk menyerang markas Genk Macan Tutul untuk membalaskan kematian temannya. Tindakannya itu diketahui atasannya sehingga dia diskors tapi A Hua malah meletakkan jabatannya dan memilih mundur dari kepolisian sejak itulah dia masuk menjadi salah seorang pengawal di keluarga Wong dan akhirnya dapat kesempatan untuk menghabisi seluruh anggota Genk Macan Tutul bahkan, ketua terakhir Genk Macan Tutul, tewas di tangan A Hua.Karena itu, karena pernah menjadi sniper di kepolisian, A
A Hua yang melihat Davin terancam bahaya, langsung melakukan tugasnya. A Hua mulai menembak ke arah para prajurit yang sedang merayap mendekati Davin dengan cara merayap di antara padang rumput yang berada di depan Davin di bawah sana.A Hua tahu, para prajurit yang sedang merayap itu akan menjadi bahaya yang mematikan bagi Davin kalau sampai mereka berhasil mendekati posisi Davin saat ini. keberadaan mereka yang sedang merayap itu berada diantara padang rumput sehingga A Hua pikir, Davin tidak bisa melihat mereka, apalagi Davin sedang sibuk menembaki truk-truk yang terus berdatangan itu.Dengan teropongnya yang memiliki periskop super canggih di senapan snipernya dan ditunjang dengan posisinya yang sedang berada di ketinggian itu, A Hua bisa melihat pergerakan para prajurit di bawah sana yang sedang merayap mendekati Davin dan A Hua mulai mengambil inisiatif untuk menembak para prajurit yang sedang merayap itu.Saat ini, saat Davin sedang menembak dengan senjata mesin ke arah truk-
A Hua sangat khawatir dengan situasi yang dihadapi oleh Davin saat ini, tapi, A Hua juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia juga terus dicecar oleh para prajurit yang berada di dalam sebuah truk yang terus menembak kearahnya.Kalau A Hua meninggalkan posisinya saat ini, keadaan itu akan sangat riskan baginya karena para prajurit di truk yang sedang berada di dekat posisinya itu, bisa turun dan menuju kearah tempatnya karena itu, A Hua cuma bisa berpindah-pindah posisi di dekat situ untuk menembak satu persatu ke arah para prajurit itu yang menyerangnya itu.Dengan posisi A Hua yang seperti itu, untuk saat ini, dia tidak bisa menolong Davin yang harus menghadapi para prajurit sendirian di sebelah sana, karena A Hua meninggalkan sedikit saja fokusnya kepada prajurit-prajurit di truk yang menyerangnya saat ini, mereka akan segera turun dari truk dan masuk ke hutan untuk mengejar dan memburu A Hua dan saat itu terjadi, A Hua betul-betul tidak bisa menolong Davin, karena itulah untuk s
Saat ini, tembakan-tembakan dari helikopter itu, kini sedang mendekatinya. Davin Masih sempat bertahan dengan menembak satu helikopter dengan memakai senjata mesin di bagian kirinya, sehingga helikopter itu meledak di udara, tapi saat dia melihat lima helikopter lainnya menerjang ke arahnya dengan peluru-peluru yang dilepaskan menuju kearahnya, Davin tahu kalau dia harus berlari menjauh dari tempatnya berada saat ini.Di tempat lain, A Hua telah berhasil membunuh semua lawan-lawannya yang berada di satu truk yang tadi terus mengganggunya itu. Sekarang ini, A Hua kembali fokus untuk membantu Davin, A Hua sempat kaget Melihat Davin berhasil menghancurkan sebagian besar musuhnya bahkan mungkin hampir semua musuh telah berhasil dibunuh oleh Davin, namun sesudah itu A Hua sangat kaget saat melihat ada sekitar lima helikopter yang sedang menuju ke arah Davin.Davin langsung berlari, dia menuju ke arah salah satu mobil pengawalnya, mobil yang sebelumnya mengangkut RPG (senjata anti tank dan
Saat ini, Davin masih sedang mengumpankan dirinya sendiri supaya helikopter yang tersisa ini mengejarnya. Davin berdiri di depan sebuah pohon menunggu kedatangan helikopter itu yang datang ke arahnya dengan menyemburkan tembakan-tembakan nya dan terus melaju kearah Davin berdiri.Dengan cara ini Davin yakin, A Hua akan mendapatkan kesempatan atau mendapatkan timing yang pas untuk melakukan tembakan RPGnya, Davin juga yakin kalau para penumpang dan pilot di helikopter terakhir ini, pasti akan memusatkan perhatian mereka kepada Davin sehingga mereka tidak akan sadar kalau ada orang lain yang sedang menargetkan mereka.Perkiraan Davin terjadi dengan sangat tepat, saat helikopter terakhir ini datang memburu ke arah Davin, tiba-tiba sebuah RPG launcher meluncur dengan deras langsung ke arah helikopter itu dan membuat helikopter itu langsung meledak di udara. Helikopter itu tidak pernah sampai ke tempat Davin berada karena sudah hancur oleh RPG di tangan A Hua.Setelah helikopter terakhir
Sejak tadi, Davin memang hanya memusatkan perhatian dan pendengarannya yang luar biasa peka itu, kepada langkah-langkah kaki para prajurit yang dicurigainya akan mengikuti dia dan A Hua, karena itu Davin tidak memusatkan perhatiannya untuk mendengar suara-suara yang lain selain langkah kaki.Davin tidak menganggap suara-suara alam di sekitarnya ini sebagai sesuatu yang berbahaya, hingga dia melihatnya. Sebelum ini, sampai akhirnya setelah Davin melihat apa yang ada di belakangnya saat ini, Davinpun menjadi kaget sendiri karena dia melihat sesuatu yang berbahaya di belakangnya.Itu adalah penampakan ular berbisa berjenis Siberian Pit Viper, yang memiliki bisa yang cukup beracun dan saat ini sedang bersiap-siap untuk menyerang Davin. Tapi, Davin memilih untuk bergerak lebih cepat dari si ular, Davin menangkap ular itu dan melempar ular itu ke arah tujuh orang yang sedang mendatangi Davin dari arah belakang itu.Davin cuma melempar sekenanya, Davin tidak tahu apakah lemparannya itu akan
Davin dan A Hua, masih berjongkok, mata mereka berdua tertuju ke arah depan sana. Sudah lima menit mereka berdua dalam posisi seperti ini, sebenarnya, sampai saat ini, A Hua masih belum mendengar apa-apa dari depan sana, tapi, A Hua percaya penuh kepada kepekaan pendengaran Davin yang hebat itu, makanya, A Hua tetap berjongkok tanpa bersuara.A Hua masih ingat dengan kehebatan Davin sebelumnya saat Davin berada di depan senjata mesin di padang rumput, saat itu Aqua bisa melihat kehebatan Davin yang sambil menembak berhasil menghindar dari beberapa tembakan sniper yang tertuju ke arah kepalanya.A Hua bisa melihat saat itu, Davin bisa menghindar dari semua peluru itu, tanpa menatap ke arah datangnya peluru, karena pendengaran hebat atau karena kepekaan hebat yang dimiliki Davin, karena, kalau orang memiliki pendengaran yang hebat, tanpa melihat, orang itu akan langsung bisa memperkirakan dari mana datangnya peluru dan ke arah mana peluru akan pergi sehingga, orang itu berusaha menghind
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol