Vania menarik tangan Davin menuju ke sebuah kamar, setelah itu, Vania berbalik, menempelkan bibirnya sekali ke bibir Davin dan manatap wajah Davin sambil berbisik,” ternyata kamu sudah baik sejak kecil. Aku bangga memilikimu di dalam hidupku,” kata Vania sambil kembali menempelkan bibirnya ke bibir Davin.Vania terpaksa menarik kepalanya kembali karena tidak seperti biasanya, kali ini tidak ada reaksi apapun dari Davin, padahal Vania sudah menutup mata dan meresapi semuanya serta siap untuk apa yang kan terjadi berikutnya tapi, sama sekali tidak apa-apa., tidak ada balasan dari Davin.“Kenapa?” tanya Vania.“Kita mau ngapain di kamar Bibi Siok Hwa ini?” tanya balik Davin.“Hah? Ini bukan kamarmu?”“Tentu saja bukan. Kamarku di depan kamar ini.”“Kok kamu mau-aja sih aku ajak kemari?”“Lah…awalnya aku kira kamu mau ngajak aku melihat kamar Bibi Siok Hwa, hahahaha,” kata Davin sambil tertawa-tawa.Keduanya keluar dari kamar Siok Hwa bertepatan dengan kedatangangan Siok Hwa sehingga, Sio
Hari ini, Davin mengajak Vania untuk pergi ke kantor pusat Dinasty Group dan menjalani tugas mereka berdua di kantor sebagai Presiden Direktur dan Vice Presiden Direktur. Bagi Vania, hari ini adalah pertama kalinya dia resmi bekerja di kantor Diamond Group.Setelah diperkenalkan secara resmi oleh Davin, dalam rapat direksi, Vania resmi ditetapkan sebagai Vice Presiden Direktur yang berkantor di ruangan yang sama dengan ruangan Presiden Direktur. Vania menjalani, tugas-tugas barunya ini dengan hati gembira karena dia bisa setiap saat bersama Davin, suaminya.Davin juga tak kalah gembiranya karena dia bisa berkantor bersama istri tercintanya, sehingga kala dia sedang capek, capeknya akan segera hilang saat dia melihat kecantikan istrinya. Bagi Davin, kecantikan Vania itu sangatlah sempurna, sehingga Davin tidak pernah merasa bosan memandangi istrinya itu.Kalau Davin sedang ingin, dia juga bisa langsung mengajak Vania ke ruang sebelah dari ruangan mereka untuk menggapai hasrat bersama s
“Dia mengajakku untuk bertemu dengan anggota persaudaraannya dia di Evornia.” jawab Davin sambil memegang tangan lembut Vania. Davin masih merasa sangat bersyukur dan sangat terharu dengan kepastian hamilnya Vania itu.“Persaudaraan? Evornia?” tanya Vania tidak mengerti.“Iya. Di Eropa Timur itu ada sebuah grup yang terdiri dari banyak pebisnis kaya dari banyak negara asal Eropa Timur. Boris dan Aleksei sama-sama tergabung dalam persaudaraan itu, mereka berdua adalah pentolan grup pebisnis itu. Waktu Boris marah kepada Aleksei dan melkukan perang dengan Aleksei, para anggota persaudaan itu, lebih berpihak kepada Boris, mereka semua mendukung Boris, sehingga Aleksei dikeluarkan dari grup persaudaraan itu dan bisnis Aleksei di Eropa Timur, semakin hancur.”“Wow…hebat banget Boris itu. Dia membelamu mati-matian, padahalkan, kamu cuma biarkan Aleksei pergi begitu aja tanpa mendapat hukuman untuk perbuatannya yang telah menjebakmu bersama Vivian itu.”“Makanya, karena itulah, saat dia mema
Ketika pintu lift terbuka, Davin langsung menggendong Vania. Vania sempat terpekik kaget karena tidak menyangka akan digendong seperti ini, tapi, sedetik kamudian, Vania langsung merasa nyaman berada dalam gendongan Davin. Para pelayan dengan tergopoh-gopoh, langsung menyingkirkan meja kursi agar supaya tidak ada halangan bagi Davin yang sedang menggendeong Vania itu, untuk masuk ke dalam. Seorang pelayan langsung berinisiatif membuka pintu kamar agar supaya Davin bisa langsung masuk membawa tubuh Vania ke dalam kamar.Davin berterima kasih kepada para pelayannya yang cepat tanggap itu, untuk memudahkan kerja Davin membawa tubuh Vania hingga ke pembaringan mereka. Seorang pelayan sudah menutup pintu kamar dari luar sehingga Davin tidak perlu capek-capek kembali ke arah pintu untuk menutup pintu.Vania melirik ke arah pintu kamar yang sudah tertutup itu, kemudian dia mulai memberikan isyarat mata kepada Davin.“Gak ah. Aku pengen banget tapi, aku takut kalau gitu gituan, akan mempenga
“Bisa aja kan kamu menemukan wanita impianmu itu disini, di kantor ini, iya kan?” kata Davin sambil duduk di kursinya kursi presiden Direktur.“Gimana caranya kalau aku cuma akan terkurung disini. Iya kan?” jawab Michael duduk di depan Davin.“Makanya, selama kamu disini, kamu jalan-jalan, kamu tinjau kantor kita ini, dari lantai bawah sampai lantai paling atas, karyawan kita banyak di gedung ini, mungkin saja kamu akan menemukan jodohmu, iya kan?” kata Davin tidak mau kalah.“Gak ah. Aku yakin jodohku bukan disini,” tegas Michael.“Kok kamu yakin banget?”“Karena aku selalu memimpikan jodohku itu. Sebenarnya, gak selalu sih….tapi, beberapa kali dan aku ketemu dengan jodohku itu di negeri asing, makanya aku suka jalan-jalan untuk menemukan jodohku itu.”“Hah! Mimpi?…itu kan cuma alasan aja supaya kamu bisa jalan-jalan. Sudahlah, Michael. Gak usah mengelak lagi. Bantu aku disini selama aku pergi. Paling cuma sepuluh hari, biarkan dirimu merasakan atmosfer perusahaan ini, lagipula, kamu
Sore harinya, Davin berusaha pulang ke rumahnya untuk bertemu dengan Vania sebelum dia ke bandara dalam rangka menuju ke Evornia. Karena itu, Davin berencana untuk bermesraan dan menatap wajah Vania sepuasnya karena 10 hari berikutnya, dia akan meninggalkan Vania dan calon anaknya di dalam perutnya.“Davin.” Vania langsung memeluk suami tercintanya saat Davin keluar dari lift di lantai tempat mereka tinggal, Vania memang tidak berani menyambut Davin di lantai bawah, mengingat Ibu Suri tidak suka melihat Vania jalan-jalan walaupun hanya di lantai bawah kediaman Keluarga Wong.“Gimana, Michael yang akan menggantikanmu di kantor, kan?” bisik Vania.“No. Anak itu tidak bisa diatur. Maunya jalan-jalan mulu, huh,” keluh Davin sambil melepaskan diri dari pelukan Vania dan menarik tangan Vania untuk masuk ke kamar mereka berdua.“Gak bisa diatur gimana?” tanya Vania.“Dia malah berkeras ingin ikut aku ke Eropa Timur.”“Loh, terus, siapa dong perwakilan keluarga kita di kantor?”“Sementara ini
"Pergilah sayang," bisik Vania akhirnya. Vania harus merelakan kepergian Davin walaupun sebenarnya dia tidak rela tapi, apa boleh buat, dia harus rela."Aku akan selalu berusaha melakukan video call," kata Davin sambil tersenyum dan menatap Vania dalam-dalam."Aku tunggu. begitu kamu ada waktu, video call aku ya?""Tentu saja. aku akan selalu merindukan wajah cantik ini.""Aku juga akan selalu merindukan wajah tampan ini," balas Vania sambil dengan gemas mencubit pelan pipi Davin."Yuk antar aku ke bawah." Davin berdiri duluan dan mengangkat tubuh Vania, menggendong tubuh Vania sambil menempelkan bibirnya ke bibir Vania.Davin membawa Vania sampai mendekati pintu kamar, dia baru menurunkan Vania di dekat pintu kamar dan gantian memegang tangan Vania dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya membuka pintu kamar mereka.Dengan bergandengan tangan dan saling berpandangan, keduanya menuju ke arah lift. beberapa pelayan ikut menyertai mereka berdua, ada pelayan yang membawakan koper-
Saat sudah berada di pesawat, Michael duduk di samping Davin dan terlihat sekali masih ingin curhat tentang gadis di mimpinya itu, hingga terpaksa Davin yang sebenarnya sudah ingin tidur itu, harus melayaninya."Jadi, gimana sih rupa gadis di dalam mimpimu itu yang membuat kamu tergila-gila itu?" tanya Davin sambil bersandar santai di tempat duduknya.Mungkin karena ingin lebih menggambarkan gadis di dalam mimpinya itu, Michael berdiri ke depan Davin, kursi depan yang bisa diputar ke belakang itu, dia putar ke belakang kemudian dia duduk disana sehingga posisinya sekarang ini, tepat berhadapan dengan Davin."Wajahnya sangat cantik, kulit putih, mata biru menawan, rambutnya hitam kemerah-merahan. pipinya juga kemerah-merahan, dia terlihat masih belasan tahun. Dalam mimpiku yang berulang-ulang itu, aku selalu menemuinya di bawah sebuah air terjun kecil---""Air terjun kecil?" potong Davin."Ya. makanya setiap kali aku pergi ke suatu negara, aku selalu mencari yang ada wisata pemandangan
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol