Sniper yang tidak pernah gagal itu berhasil mengunci sasarannya. Kepala Vania telah berada di dalam bidikannya, dia tinggal memperkirakan arah angin setelah itu, dia akan segera menarik pelatuknya untuk segera menghancurkan kepala wanita cantik yang ada di bawah sana itu. Setiap saat sang sniper yang berjuluk “ Angel of Death “ ini akan segera mengambil nyawa Vania.Di bawah sana, Vania sedang adu argumen dengan A Chong,” sekarang kamu boleh menyerang. Selamatkan Davin, nainai, papa dan mamaku di dalam sana, please…,” kata Vania kepada A Chong.“Ayo. Apalagi yang kau tunggu!” kata Peter sambil mendelik ke arah A Chong, si pemimpin pasukan keamanan Keluarga Wong itu.“Tunggu dulu. Masalahnya aku mau melihat dan memastikan dulu yang mana yang asli. Yang di dalam atau yang disini,” kata A Chong sambil memperhatikan wajah Vania dengan seksama. A Chong memang bingung karena yang berada di dalam yang memerintahkan dia ke Makau itu, wajahnya sangat mirip dengan Istrinya Davin, sekarang, yan
Wilson sangat marah melihat kelakuan A Chong yang masih juga tidak percaya walaupun Vania sudah berbusa-busa menerangkan kalau Vania adalah istri dari Davin, tapi, A Chong masih juga tidak percaya dan masih belum mau menggerakkan pasukannya, karena itu, dengan gemas, Wilson mendorong A Chong ke depan.Vania yang sedari tadi berusaha menjelaskan dirinya kepada A Chong itu, masih berusaha berteriak ke arah A Chong agar A Chong mau percaya kepadanya. tiba-tiba, Vania berteriak kaget saat dia merasakan cairan merah mengenai wajahnya.Vania berteriak histeris, dia teringat dengan pengalamannya sebelumnya saat kepala Monita berlubang tertembus peluru sniper, kini, wajah Vania kembali penuh dengan cairan merah."ADA SNIPER!!!" teriak Sylvia sambil menjatuhkan tubuh Vania ke bawah, Sylvia langsung menutup tubuh Vania dengan tubuhnya, Sylvia ingin melindungi tubuh Vania dari sniper. Sylvia tahu ada sniper yang beraksi, hanya saja dia tidak tahu dimana sniper itu berada.Peter ikut-ikutan berte
“Apa yang terjadi?” tanya Ibu Suri setelah melihat seorang pengawalnya menendang teman dari Melissa, orang yang dianggapnya sebagai Vania itu.Sementara itu, karena fokus Davin agak terganggu dengan serangan dari anggota Genk Macan Tutul tadi, tendangan Davin ke arah Melissa tidak berhasil dia lanjutkan.“Orang ini mencoba membokong Tuan Muda Wong dengan senjata tajam, kalau aku tidak bertindak, Tuan Muda Wong pasti sudah ditusuk olehnya,” kata orang tua yang menolong Davin sambil menunjuk ke arah senjata tajam yang dipegang anggota genk macan tutul yang sudah terjatuh ke lantai itu.Ibu Suri menatap Melissa dan bertanya,” apa itu benar? Mengapa kamu ingin membunuh suamimu sendiri?”“Dia sudah berusaha membunuhku beberapa kali, nainai. Dia menyuruh orang-orangnya untuk berusaha membunuhku,” kata Davin sambil menuding-nuding Melissa.“Itu tidak benar, nainai. Aku tidak pernah memerintahkan itu,” bantah Melissa berusaha meyakinkan Ibu Suri. Sementara itu, pertarungan antara A Hua dan A
Saat Melissa jatuh membentur tubuh Vania, Melissa sangat kaget melihat wajah Vania yang masih belepotan cairan merah yang dia dapat dari kepala A Chong itu, Vania memang tidak langsung membersihkan semua cairan merah di wajahnya karena Sylvia melarangnya membersihkan seluruh wajahnya dari cairan merah itu, supaya sniper yang sedang menunggu untuk membunuh Vania, tidak bisa melihat Vania dengan jelas.Vania juga kaget melihat Melissa sudah ada di dekatnya tapi, sebelum Vania bicara, Melissa yang sangat kaget melihat wanita yang penuh cairan merah di wajah dan tidak mengenali Vania karena wajah Vania tertutup cairan merah itu, memutuskan untuk berdiri dan melangkah keluar dari lingkaran yang dibuat oleh orang-orang yang ingin melindungi Vania itu.Sementara di atas sana, Sang Sniper bernama Angel of death yang dari tadi dengan sabar menunggu Vania keluar dari persembunyiannya, kini sangat senang saat melihat targetnya tiba-tiba keluar dari persembunyian di bawah sana dan tanpa menunggu
“Mungkin lebih baik kita meninggalkan dia pergi. Dia pasti berpikir kalau dia sudah berhasil membunuh targetnya. Iya kan?” tanya Peter kepada Melvin lewat sambungan teelpon.“No. Kita tidak boleh membiarkan dia pergi,” jawab Melvin di ujung telpon.“Kenapa begitu?”“Aku baru membaca filenya. Ternyata dia bernama Laszlo Pamborsky. Seorang sniper terkenal saat masih berdinas di militer negaranya. Dia sudah membunuh ratusan orang saat masih berseragam militer. Sesudah itu, karena kecewa pada atasannya, dia kabur dari kesatuannya dan menjadi pembunuh bayaran dan mendapat julukan Angel of death, karena selalu berhasil membunuh targetnya. Dia bersumpah untuk tidak pernah gagal dalam menembak sasarannya. Selama ini, dia telah membunuh tiga ratusan orang targetnya. Sebelum ini, dia pernah salah membunuh, saat dapat tugas membunuh seorang gembong mafia di Kolombia.”“Apa yang terjadi?” tanya Peter penasaran.“Saat itu, dia dibayar oleh gembong narkoba lain untuk membunuh gembong narkoba sainga
“Kenapa kamu bisa punya kembaran? Sebenarnya apa yang terjadi, heh?” tanya Ibu Suri marah-marah. Sambil meminta Vania naik ke atas kemudian Ibu Suri menatap lekat-lekat wajah Vania dari jarak dekat,” mirip sekali. Kamu mirip sekali dengannya,” lanjut Ibu Suri.“Dia adalah sepupuku, nainai. Ibu kami berdua kembar identik yang gak ada beda sama sekali, kemudian, kami berdua sama-sama lahir dengan wajah yang mirip ibu kami masing-masing. Karena itulah kami sangat mirip.”“Hmmmm….nainai ngerti. tapi, kata Gerald, dia memerintahkan banyak pembunuhan. Kenapa dia seperti itu?”“Aku yang salah, nainai. Dia sebenarnya anak yang baik. Tapi, Duh….huhuhuhu…karena dia keenakan tinggal di sini, nampaknya dia tidak mau kehilangan statusnya disini, karena itu, dia jadi jahat. Itulah yang dia katakan ke Russel. Berarti, dia jadi jahat karena aku, nainai,” keluh Vania sambil menangis lagi.“Kamu tidak salah sayang. Dia bilang gitu ke aku, cuma untuk mencari alasan saja. Yang jelas, dia memang jahat dan
Awalnya, Davin memeluk tubuh Vania dan kembali berusaha membujuk istri cantiknya itu, tapi, Vania tetap saja menganggap dirinya sebagai pembawa sial, Vania tetap saja tidak mau mendengar kata-kata yang coba ditanamkan Davin kepadanya. “Kamu bukan pembawa sial, sayang. Kamu harus mulai menolak pemikiran itu----” “Tidak. Aku memang pembawa sial. Dulu, kamu hampir mati, ingat kan?” potong Vania. “Itu terjadi karena aku lengah. Itu aja.” “Tapi, karena aku kamu hampir mati waktu itu. Iya kan? Huhuhuhu.” “Vania sayang. Aku tidak pernah menyalahkanmu. Daridulu, aku tidak pernah menyalahkanmu. Bahkan, aku bersyukur karena aku bisa dapat kesempatan mengenalmu…..mencintaimu….dan memilikimu. Jadi, please….lupakan semua itu demi aku----” “AKU TIDAK BISA!!! HUHUHUHUHUHUHU. AKU TIDAK BISA!!!” Vania mulai menangis dan berteriak-teriak, hingga Davin medekap Vania ke dadanya, membuat Vania mencurahkan semua perasaannya di dadanya. Saat ini, hasrat di dada Davin kembali turun. Davin terpaksa melu
Karena Vania masih bersikeras untuk menemani tiga anak yang kehilangan orang tiga anak itu sayangi, akhirnya, Vania tetap menolak rencana bulan madu yang telah diatur Davin , hingga rencana bulan madu itu, akhirnya terpaksa dibatalkan Davin.Setelah berhari-hari, waktu Vania dia habiskan untuk menemani Meyhwa, untuk menggantikan kehadiran Ayah Meyhwa di hati Meyhwa. Vania juga banyak kali mencari kesempatan untuk mendekati A Bung dan A Siok, ponakan dari Meyling, tapi, Meyling selalu melarang Vania untuk menemui dua ponakannya itu.Selama beberapa hari itu, Davin selalu menemani Vania, sambil berharap saat mereka kembali ke rumah, kembali ke kamar tidur mereka, ada perbaikan dari Vania supaya mereka berdua bisa bermesraan, tapi, setelah tujuh malam sejak peristiwa, keadaan masih juga tidak berubah, Vania masih tetap menangis saat di kamar, memikirkan apa yang telah terjadi itu. Akhirnya, di hari ke delapan, Davin putuskan untuk mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan Dinasty Grou
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol