“Iya, sayang. Kita nikah tanggal tujuh,” kata Davin sambil menarik wajahnya dari wajah Vania.“Tanggal tujuh bulan kapan nih?” tanya Vania sambil berharap tanggal tujuh dua bulan lagi atau bulan depannya lagi. “Bulan depan, sayang.”“What? Itu kan terlalu dekat. Gimana nh, mana aku masih sakit lagi, mana orang tuaku belum tahu lagi soal keseriusan hubungan kita,” keluh Vania sambil menggigit bibirnya. Sejak kecil Vania berharap akan memiliki masa persiapan pernikahan yang panjang supaya dia bisa menyiapkan yang terbaik untuk satu hari spesial dalam hidupnya yang dia inginkan akan menjadi satu-satunya hari pernikahannya karena bagi Vania, pernikahan itu adalah momen sekali seumur hidupnya, dia tidak ingin menikah dengan orang lain di masa hidupnya, dia ingin setia kepada satu orang pria dan berharap pria pilihannya itu, juga memiliki prinsip hidup yang sama dengannya.Karena itu, mendengar pernikahannya akan dilangsungkan tanggal tujuh bulan depan, hati Vania bergejolak, dia langsung
“Iya bun. Aku juga senang mendengar suaramu bunda. Aku kangen bun,” kata Vania manja. Sejak kecil, bundanya adalah tempat Vania bermanja karena dia merasa tidak terlalu dekat dengan ayahnya.“Udah mau nikah kok masih kayak anak kecil sih,” kata Sita, Bundanya Vania di ujung telpon.“Hah?!!! bunda dapat berita darimana?”“Dari…? wah banyak banget pokoknya. Gak tau harus cerita darimana juga. Dua hari lalu, bunda malah nangis-nangis karena dapat berita kalau kamu masuk rumah sakit dan berita itu, datang dari wartawan Hongkong yang jauh-jauh datang kesini. Wartawan itu bilang, kamu jadi orang ketiga dari hubungan antara pria terkaya di Hongkong dengan Super Model Hongkong. Gimana coba perasaan bunda mendengar itu. Apalagi waktu bunda coba telpon kamu, gak pernah nyambung. Telpon kamu gak pernah aktif, bunda kan jadi sedih. Untung saja beberapa jam yang lalu, ada orang datang yang mengaku dari keluarga calon besan dan mengabarkan kalau kamu sudah sehat. Mendengar itu, bunda kan jadi sedik
“Begini…, sebenarnya, aku tidak pernah meninggalkan Davin, bun,” kata Vania memulai ceritanya.“Hah? Gak pernah? Gak pernah gimana, buktinya kan kamu mau nikah sama si Russel Wong itu, terus, kamu gak pernah ninggalin Davin gimana? Kok jadi ambigu sih? Gak ngarti deh bunda,” sewot Sita di ujung telpon.“Makanya bun. Supaya bunda ngarti, bunda diam dulu, dengerin cerita aku baik-baik, oke?”“Iya deh. Bunda mau dengerin.”“Nah, gitu dong bun. Gini bun. Sebenarnya, cerita yang akan aku ceritakan selanjutnya ini, aku juga baru tahu semuanya saat sudah berada di Hongkong, jadi, sebelum ini, aku belum tahu. Sumpah bun.”“Udah cerita aja, Gak perlu sampai sumpah-sumpah begitu,” kata Sita di ujung telpon.“Gini bun. Ternyata Davin Limandi itu, adalah nama kedua dari Russel Wong.”“Apa? Maksud kamu?”“Iya bun. Nama asli Davin itu Russel Davin Wong. Dia aslinya adalah pewaris dari Keluarga terkaya di Hongkong dan juga China, bahkan disebut-sebut, keluarganya itu, yang terkaya di seluruh Asia da
“Ya udah kalau gitu,” kata Vania. Dia terpaksa memanggil Sylvia yang sedang duduk di sudut kamar dekat toilet untuk menulisan semua keinginannya untuk acara nanti, karena setelah mendengar kata-kata Davin tadi yang merasa tidak berdaya untuk merubah keinginan Miriam, maka berarti jalan terbaik bagi Vania adalah mengikuti keinginan Miriam itu tapi, juga dengan menambahkan apa yang menjadi keinginan Vania untuk ditambahkan ke dalam acara pernikahannya nanti. setelah selesai, Vaniapun langsung meminta Sylvia untuk menyampaikan semua keinginannya itu kepada EO pernikahannya. “Sudah. sekarang ini, kamu tidur lagi, biar aku yang berjaga disini,” kata Davin sambil menatap Vania dengan mesra.“Kamu juga tidur sayang. Aku yakin waktu tidurmu kurang, apalagi kamu jagain aku waktu aku sakit. Sekarang ini, tidurlah dulu. Biar Sylvia yang menjaga aku.”“Baiklah. Kalau gitu, aku tidur dulu,” kata Davin mengalah. Dia memang merasa waktu tidurnya tidak terlalu cukup selama ini, karena itu, dia memil
“Patrick dan Cherry kebetulan lagi bulan madu di Sidney, mereka bilang, mereka juga ingin menghadiri acara lamaran kalian, kalau sempat,” kata Alicia kepada Davin dan Vania. Saat ini, mereka bertiga, duduk di dalam pesawat jet pribadi dengan Davin dan Vania duduk bersebelahan dan Alicia duduk didepan mereka berdua.“Duh…., gak enak loh kalau acara aku sama Davin itu mengganggu bulan madu mereka,” kata Vania risih.“Makanya itu, mereka belum pasti hadir. Tapi, kalau acara nikah kalian nanti, sudah pasti mereka akan hadir,” jawab Alicia.“Terus keluarga kamu mana? Kok gak ikut,” tanya Vania.“Suamiku langsung balik lagi sesudah acara pesta nikah Patrick sama Cherry itu, anak-anak aku, sempat aku tahan, tapi, mereka lebih suka tinggal di rumah mereka di Jerman, jadi, gitulah, aku kembali sendirian,” keluh Alicia.“Kalau gitu, kamu kembali aja kesana setelah acara lamaran kami, nanti balik lagi ke Jakarta waktu acara nikah aku sama Davin, ingat! suami istri itu gak boleh pisah lama-lama l
"Vania..., kangen aku," kata Rani sambil mendekap Vania. Sementara Lenny tampak celingukan ke tangan Vania."Oleh-oleh buatku mana? kok kamu tangan kosong gitu?" tanya Lenny dengan raut wajah kecewa."Huh! oleh-oleh aja yang kamu pikirin!" dengus Rani ke Lenny sambil melepaskan dirinya dari Vania. "Gue kan pengen dapat makanan dari Hongkong yang gak ada di Jakarta. lihat tubuhku! aku kan memerlukan asupan gizi buat tubuhku," kata Lenny sambil memperlihatkan tubuhnya yang berisi mendekati kegemukan itu, Vania dan Rani langsung tertawa mendengar kata-kata Lenny itu."Eh..., Len. kalau lo makan mulu, bisa-bisa Arjunamu kabur loh," kata Rani sambil menggeleng-gelengkan kepalanya."Gak mungkin! Mas Bram gue itu sudah cinta mati sama gue, gajinya malah habis kupalakin buat makan gue dan dia fine-fine aja tuh," jawab Lenny sambil mendongakkan kepalanya."Sekarang mungkin belum, tapi lama-kelamaan kalau perut lo bengkak kek balon, bisa aja dia kabur. hahahaha" seloroh Vania."Van....," kata
“Iya tante. Itu gak perlu kok. Komunikasi nanti bisa dilakukan dengan Bahasa Indonesia kok,” kata Alicia kepada Sita. “Syukurlah kalau gitu,” kata Sita lega, sekarang, Sita tidak perlu was-was lagi saat bercakap-cakap dengan calon besan nanti.“Kalau gitu, ayo ke rumah, makanan udah disiapkan loh,” kata Sita kepada Vania.“Bisa buat kita semua kan?”“Bisa dong. Juru masaknya kan banyak. Adik-adiknya papa kamu udah datang sejak kemarin dan bakal masak-masak hingga acara besok,” jawab Sita.“Baiklah. Kalau gitu kita ke rumah Vania sekarang. Peter, gimana soal transportasinya?” tanya Davin pada Peter.“Sudah siap Tuan Muda. Beberapa pimpinan perusahaan kita di Jakarta bahkan mengantar langsung beberapa mobil mewah milik mereka untuk kita pakai. Itu mereka menunggu disana,” kata Peter sambil menunjuk ke arah samping kiri, sekitar dua puluh meter, ada beberapa bapak-bapak berpakaian mewah yang berdiri sambil bercakap-cakap disana.“Baik. Aku sapa mereka dulu,” kata Davin sambil berjalan m
“Sorry say. Saat itu, aku terlalu malu untuk mendekati kamu. Saat di acara ajang cari jodoh itu, barulah aku tahu kalau kamu juga menyukaiku bahkan menganggapku Mr. Cool,” kata Davin coba membujuk Vania yang manyun sejak tadi itu.“Kamu lihat apa aja? Kamu pasti ngintip aku kan? Ih! Dasar Stalker! Bukannya mendekati aku secara sopan, eh, malah jadi Stalker, huh!” sungut Vania.“Sorry. Maafin aku ya sayang.”“Gak! Aku masih kesel! Tau gak? Masa-masa itu, masa-masa aku sangat membutuhkan kamu, saat Ardy selalu pepetin aku, hingga aku gak leluasa bekerja, aku kan butuh kamu, tapi kamunya gak ada, uh! Ternyata kamu beraninya cuma ngintip-ngintip doang. Uh kesel!!!” kata Vania dengan wajah masam dan manyun.“Aku minta maaf sayang. Karena aku gak ada buat kamu waktu itu. Aku minta maaf karena aku gak ada saat kau membutuhkan aku. Aku minta maaf karena aku terlambat hadir dalam hidupmu tapi, percayalah, walaupun terlambat, aku berjanji untuk terus mencintaimu seumur hidupku,” kata Davin sambi
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol