“Maafkan aku Tuan Muda. Tapi, Nyonya Muda tertembak, Tuan Muda. Aku terlambat datang untuk melindungi Nyonya Muda. Ampuni aku Tuan Muda,” kata Peter memelas di ujung telpon.“Apa yang terjadi?” tanya Davin dengan hati penuh dengan kesedihan.“Ternyata Ibu Suri juga sudah merestui hubungan Tuan Muda dan Nyonya Muda. Ibu Suri putuskan untuk menjemput Nyonya Muda ke hotel tempat Nyonya Muda bersembunyi tapi, ternyata Pengasuh Yang berkhianat. Dia sengaja menyuruh para pengawal Ibu Suri dan juga para pengawal Nyonya Besar untuk menjauh dari lobi hotel, hingga hanya menyisakan Ibu Suri, Nyonya Besar dan Nyonya muda. Saat itulah Pengasuh Yang menyuruh seorang pembunuh untuk membunuh Ibu Suri.”“Terus? Kenapa Vania yang tertembak?” tanya Davin bingung.“Karena Nyonya Muda nekad melindungi Ibu Suri saat Ibu Suri ditembak oleh pembunuh itu, Tuan Muda.”“Bagaimana keadaan Nyonya Muda sekarang?” tanya Davin sambil berharap Vania tidak apa-apa.“Maafkan aku, Tuan Muda. Nampaknya parah, Nyonya Mud
Miriam masih marah-marah saat ambulans akhirnya datang ke depan pintu utama Crown Hotel. Tubuh Vania langsung dibawa oleh Dokter Ngai, perawatnya yang datang belakangan serta seorang petugas resepsionis wanita di hotel ini. Begitu berada di dalam mobil ambulans, Dokter Ngai dan paramedis mulai melakukan pertolongan khusus buat pernapasan Vania yang mampet karena terkena tembakan didadanya itu. Di belakang mobil ambulans, Ibu Suri dinaikkan ke mobilnya untuk mengikuti Vania ke rumah sakit, saat Miriam ingin ikut naik ke mobil, Ibu Suri malah memarahinya," kamu gak usah naik mobil ini!""Kenapa ma? kan tadi aku kesini naik mobil ini. Iya kan? Aku gak bawa mobil sendiri, Masak aku harus naik mobil ku. Iya kan?" tanya Miriam tak mengerti."Aku gak peduli kamu naik mobil mana! Pokoknya jangan satu mobil denganku!""Tapi kenapa, ma? Aku kan gak salah apa-apa," kata Miriam sambil tetap ngotot masuk ke dalam mobil Ibu Suri, tak peduli dengan wajah cemberut Ibu Suri kepadanya" jalankan mobiln
Davin langsung berjaga di dekat mobil ambulans bersama Wilson dan Sylvia, para wartawan mulai dihalau oleh satpam rumah sakit agar tidak menghalangi jalan pasien yang akan turun dari mobil ambulans yang baru datang itu.Pintu ambulans terbuka, paramedis dan Dokter Ngai sudah turun lebih dulu untuk menurunkan tubuh Vania yang berada di ranjang ambulans. Hati Davin sangat sedih saat melihat wajah cantik kekasihnya yang saat ini sedang memejamkan mata dengan alat bantu pernapasan terpasang di wajahnya."Vania!!! Please...., Tetap kuat! Tetap kuat, sayang!" kata Davin sambil ikut membantu menurunkan tubuh Vania untuk dipindahkan ke ranjang dorong milik rumah sakit. Davin pun ikut mendorong ranjang dorong yang diatasnya ada tubuh lemah kekasihnya untuk dibawa masuk ke ruang Gawat Darurat Golden Hospital ini. Para wartawan berusaha mengajukan pertanyaan dari jarak jauh dengan suara keras bahkan di waktu yang bersamaan tapi tidak ada satupun yang dijawab Davin, dia terlalu fokus menatap waj
"Baiklah. Kalau kamu mau seperti itu, kita harus mulai siap-siap berangkat," kata Miriam."Berangkat kemana, ma?" tanya Davin."Ya ke Jakarta dong, buat melamar Vania ke orang tuanya Vania. Tgl 7 itu kan tinggal sebentar lagi. Kita harus cepat supaya gak keteteran nantinya," kata Miriam bersemangat."Ma, Vania aja masih dirawat disebelah, kok kita udah mau ke Jakarta, masak Vania ditinggal?" protes Davin."Oh iya ya. Biar deh, mama akan kerahkan seluruh dokter terbaik terbaik di rumah sakit ini, untuk mempercepat kesembuhan Vania. Mama gak sabaran, pengen nimang cucu," setelah berkata demikian, Miriam langsung keluar kamar meninggalkan Davin dan Michael.Davin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap ibunya yang selalu seperti itu. selalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. saat tidak menyukai Vania, ibunya akan mengambil keputusan tergesa-gesa dengan cara mencarikan jodoh yang lain untuk Davin, hingga Vivian muncul. Saat ibunya sudah menyukai Vania, ibunya terburu-
Beberapa saat kemudian, saat masih menunggu Vania di depan ruangan bedah, saat Davin masih duduk menunggu di ruang tunggu, tiba-tiba Sylvia membawa handphone milik Davin yang dia sodorkan ke arah Davin."Dari siapa?" tanya Davin kepada Sylvia."Dari Tuan Besar," jawab Sylvia.Mendengar kalau ayahnya menelponnya, Davin langsung mengambil handphonenya dan menaruhnya di telinganya serta berkata," Iya pa?""Semua sudah beres anakku," kata Gerald Wong di ujung telpon."Maksud papa?""Nainaimu sudah tanda tangan di kantor pengacara untuk mengembalikan posisimu sebagai pewaris perusahaan dan sekaligus juga, nainaimu itu, telah mengalihkan seluruh sahamnya di Dinasti Group kepada Vania. oh ya..., gimana keadaan Vania?""Dia sudah makin membaik pa. tinggal menunggu untuk dibawa ke kamar VVIP saja, pa.""Bagus. kalau gitu, semuanya sudah lengkap. tinggal menunggu pernikahan kalian saja, sesudah itu, kamu memimpin Dinasti Group dengan didampingi oleh Vania sebagai pemegang saham terbesar. keduduk
"Tuan Muda, makanlah dulu, biar aku yang menjaga Nyonya Muda," kata Sylvia sambil menunjuk ke ruang makan di luar kamar.Saat ini, barulah Davin teringat dengan perutnya yang memang belum diisi apa-apa itu, setelah puasa sejak semalam dan sejak pagi berlutut di dekat Hongkong Observatorium Wheel, Davin tentunya sudah lapar berat sejak siang, tapi, dia menolak untuk makan dan membiarkan dirinya kelaparan. saat ini, hari sudah berganti malam dan dia masih belum mengisi perutnya, karena sibuk mengkhawatirkan keadaan Vania, karena itu, dia putuskan untuk mengikuti anjuran Sylvia untuk makan di ruang makan di luar kamar. Davinpun makan di ruang makan dengan makanan hotel yang telah dipesan Sylvia untuknya," bagaimana dengan kalian?" tanya Davin kepada Peter dan Wilson yang sedang duduk di ruang tamu."Kami belakangan Tuan Muda. kami kan ada sempat makan waktu siang. sekarang masih agak kenyang, Tuan Muda kan belum makan. biar Tuan Muda dululah yang makan," kata Peter sambil nonton di dep
Pintu kamar tempat Vania dirawat, diketuk orang dari luar, setelah Davin menjawab, pintu kamarpun terbuka dari luar. Sylvia masuk bersama dua orang dokter dan dua orang perawat. Setelah memberi salam kepada Davin dan menanyakan keadaan Ayahnya Davin, Gerald Wong. Dua orang dokter itu mulai memeriksa keadaan Vania.Selama para dokter dibantu dua perawat itu memeriksa keadaan Vania, Davin berdiri dan mengawasi dari jarak agakjauh, ada pertanyaan yang ingin sekali Davin tanyakan saat ini, tapi, dia berusaha bersabar hingga pemeriksaan selesai. Davin terus memperhatikan pemeriksaan yang dilakukan mereka kepada Vania.Hingga saat yang dinantipun tiba. Dua dokter itu telah selesai melaksanakan tugasnya dan berdiri agak menjauh dari Vania, saat itulah Davin bertanya,” gimana keadaannya, dok?”“Pasien sudah pulih dengan baik dan tidak terdapat cedera lagi di tubuhnya. Sekarang kita tinggal menunggu pasien sadar, jadi, jangan khawatir, segalanya akan segera teratasi,” kata dokter yang sudah aga
Saat melihat itu, yang ada dipikiran Vania saat itu, hanyalah Davin. Davin pasti sedih kalau nainainya mati tertembak, Vania tidak ingin Davin sedih, karena itu, secara naluriah, Vania langsung berdiri untuk melindungi Nainainya Davin, tepat pada saat sebuah peluru lepas dari senjata genggam di tangan orang didepannya, setelah itu, Vania cuma merasakan dadanya sesak hingga dia sulit bernafas, sesudah itu dia langsung pingsan, dia pikir dia meninggal pada saat terkena tembakan itu.“Mamaku dan nainaiku sudah menyetujui hubungan kita. kini, tidak ada lagi yang menghalangi hubungan kita,” kata Davin sambil menggenggam tangan Vania.“Benarkah?” tanya Vania masih setengah tak percaya.“Tentu saja,” setelah itu Davin berdiri menuju ke tempat dia menggantung kemejanya.“Kamu mau kemana? Aku kan baru bangun, kok ditinggal?” kata Vania manja.“Bentar aja kok.”Beberapa saat kemudian, Davin kembali tapi, dia tidak pergi ke tempatnya tadi di sebelah kiri ranjang Vania, tapi, Davin berjalan sambi
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol