"Davin nya ada dimana sih?" tanya Vania sesaat setelah dia naik mobilnya Sylvia."Dia berada di Hongkong Observatorium whell," jawab Sylvia singkat. setelah itu, Sylvia terdiam lagi. "Tempat apa sih itu?" tanya Vania penasaran."Nanti Nyonya..., eh, kamu akan tahu dengan sendirinya.""Kok kamu manggil aku Nyonya terus sih? aku kan belum nikah," kata Vania sambil manyun."Sorry. aku salah lagi," kata Sylvia singkat.Vania tidak bertanya lagi, dia memilih menikmati keindahan Hongkong, apalagi saat ini sudah sore menjelang malam, keindahan sunset di tengah gedung-gedung pencakar langit di Hongkong saat ini, sangat memanjakan mata bagi mata Vania yang memang baru untuk pertama kalinya berada di Hongkong ini.Dari kejauhan, Vania melihat sebuah bianglala raksasa, bianglala yang mirip dengan wahana di Dunia Fantasi tapi bianglala di Hongkong ini, kelihatan jauh lebih besar, canggih dan modern. begitu melihat bianglala ini, Vania jadi ingin sekali berada diatasnya."Itulah Hongkong Observat
"Jenny. iya kan? kamu kan bertemu Jenny dulu di kantor lamamu sebelum ketemu aku," sambar Vania sambil mencibir."Ya ya..., hahahaha. kamu benar. aku memang ketemu Jenny dulu, kami sempat dekat, aku sempat tersanjung karena untuk pertama kalinya ada yang menyukai ku tanpa embel-embel harta kekayaan keluarga ku, tapi, itu tidak lama, saat ada orang yang punya Jabatan tinggi di kantor lamaku mendekati Jenny, Jenny langsung menjauhiku. beda sama kamu," kata Davin membenarkan."Memang keluarga mu kaya ya?" tanya Vania penasaran."Ya. keluarga ku cukup kaya. kamu akan bertemu keluarga ku nanti. i wish.""Kenapa pake i wish?""Sesuatu terjadi belakangan ini. tapi, sebelum aku sampai kesana, aku ingin cerita semuanya dulu. oke?""Oke." "Sebelum aku benar-benar jatuh cinta kepada Jenny, dia telah membuat aku kecewa, akhirnya, aku putuskan untuk pindah ke kantor baru, kantor tempat kita berdua bertemu itu.""Terus?""Di situ, aku melihat kamu untuk pertama kalinya dan aku mulai menyukai mu."
"Bagaimana dengan pria yang memakai teropong saat menonton konser ku di Aula Simfonia?" tanya Vania dengan hati semakin geregetan karena hal-hal misterius yang pernah dialaminya, kini mulai terkuak satu-persatu."Itu aku. aku terpaksa harus menghindari mu waktu itu dan bahkan aku juga yang memesan dan membiayai pertunjukan kalian di malam itu," jawab Davin sambil tersenyum."Waduh, aku kira orkestra kami sudah bagus dan terkenal sehingga kami dapat kesempatan itu, ternyata..., karena ada cowok bucin ingin melihatku," kata Vania pura-pura merajuk. "Hush...., jangan gitu lah. kalian memang bagus kok. cuma kesempatan aja yang belum ada. nah, aku sengaja membuat kesempatan itu untuk kalian karena kalian layak dan sekaligus, aku ingin mendengar permainan Biola mu dengan Biola Stradivarius itu.""Makasih bos besar. hehehe," Vania mengacak-acak rambut Davin sambil menempelkan hidungnya ke hidung Davin, keduanya tertawa-tawa hingga Davin berbisik," kamu gak marah kan atas semua kebohongan ku
"Kalau gitu, ibumu memang baik dong. bagaimana pun dia telah menolongku, karena itu, aku akan terus berusaha agar dia menerima ku," kata Vania tegas."Yes. karena itu, besok malam, aku ingin kamu datang bersama ku di acara keluarga ku," kata Davin sambil menatap wajah Vania yang selalu membuat Davin ingin selalu memandangi wajah itu."Aku akan datang," Vania menggenggam erat tangan Davin untuk memberi Davin kekuatan, Vania tahu, ada sesuatu yang bergejolak di hati Davin dan itu menyangkut kemarahan ibu dari kepada Vania, Vania ingin memberi energi positif nya untuk Davin, supaya apapun beban pikiran Davin itu, bisa terhapus sebagian."Thank you. ayo kita pulang," kata Davin sambil membuka pintu mobilnya karena ternyata mobil milik Davin, mereka berdua telah sampai di samping mobil milik Davin."Bagaimana dengan barang-barang ku?" tanya Vania."Sylvia dan Wilson akan membawanya ke apartemen ku. ayo," kata Davin, Vania pun tidak membantah lagi, dia langsung masuk ke mobil mewah keluaran
Davin masih mendekap mesra tubuh Vania, keduanya menikmati cahaya rembulan bersama-sama, menikmati kedekatan mereka saat ini hingga akhirnya kedua bibir mereka mulai saling mencari, bibir mereka saling menempel untuk meluapkan rasa di dalam dada mereka, ada gejolak yang lama terpendam kini tumpah ruah dalam keheningan di apartemen ini.Davin tidak pernah puas untuk menikmati bibir lembut Vania yang selalu diingat nya saat dia tidak bisa mendekati Vania, kini saat akhirnya bisa berduaan bersama Vania, Davin pun menumpahkan semua rasa di dalam dadanya. keduanya tidak ingin kemesraan mereka akan cepat berlalu.Hampir satu jam bibir mereka bersatu, saling tempel saling cari tanpa ada jeda, hingga akhirnya mereka berdua tertidur di sofa. satu jam kemudian, Davin terbangun dan setelah melihat wajah orang yang disayanginya sedang tertidur pulas sambil duduk, Davin pun mengangkat tubuh Vania dan membawanya ke kamar, setelah membaringkan tubuh Vania di atas ranjang, Davin pun keluar dari kamar
"Yang jelas, aku tidak melakukan itu," kata Davin sambil tersenyum dan menatap Vania."Aku tahu," tegas Vania."Aku hanya menggunakan wajah tampanku untuk membuat mu jatuh cinta.""Ih! sombong banget," kata Vania sambil mencubit perut Davin sehingga membuat Davin mengaduh kesakitan."Luka ku! aduh!""Awwwww! sorry aku lupa, huhuhuhuhu...aku lupa, sayang. huhuhuhuhu," Vania langsung menangis saat dia menyadari kalau dia telah mencubit Davin di perut Davin, tempat dimana Davin pernah terluka. saat ini, Vania langsung panik, tanpa bisa ditahan air matanya mengucur deras dari kedua matanya, kemudian dia menatap ke arah perut Davin, ketakutan kalau perut itu mengeluarkan banyak darah karena cubitan nya tadi.Saat ini, Davin merasa sangat terenyuh, sebenarnya saat Vania mencubit perutnya tadi, Davin tidak merasa sakit karena selain cubitan Vania itu tidak mengenai bekas luka Davin juga karena luka nya itu telah terjahit dengan sangat baik dan sudah sembuh sehingga, kalaupun cubitan Vania ke
Beberapa jam kemudian, setelah Davin pergi, Vania putuskan untuk menemui Meyling di rumahnya Meyling. hari ini memang hari kerja, tapi, Meyling memang sengaja mengambil cuti beberapa hari supaya bisa bersama dengan Vania, karena itu, Vania pun mempergunakan waktu nya dengan maksimal untuk menemui Meyling.Dengan diantar oleh dua pengawalnya, Sylvia dan Wilson. Vania pun pergi ke apartemen nya Meyling. saat Meyling membuka pintu, Meyling cukup kaget melihat Wilson langsung menerobos masuk untuk melihat ke ruang tamu di apartemen nya Meyling. Meyling memandangi wajah Vania dengan pandangan bertanya-tanya, Vania memberi isyarat kalau dia akan menjelaskan nya nanti. Saat ini, di dalam apartemen, ada ibu dari Meyling, kakak ipar Meyling dan dua ponakan Meyling, mereka semua jadi kaget dengan gaya Wilson yang tiba-tiba masuk dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling apartemen, untung saja apa yang dilakukan Wilson itu tidak terlalu lama karena dia langsung minta maaf, menundukkan tubuhn
Tapi baru saja Meyling hendak mendekati Sylvia, tiba-tiba ibunya Meyling datang dan langsung meminta Meyling untuk mengajak Vania makan siang."Ayo, Van. kita makan siang di dalam," ajak Meyling kepada Vania."Aku sama Sylvia disini aja ah," tolak Vania."Oy! jangan nolak dong, ibuku bisa marah kalau kamu tolak. tau gak!" bisik Meyling."Yuk, Syl," ajak Vania akhirnya."Aku disini aja, Nyonya Muda. aku baru aja makan," sahut Sylvia."Nyonya Muda?" tanya Sandra sambil menatap wajah Vania, Meyling pun ikut-ikutan menatap Vania."Itu panggilan mereka untuk ku. aku juga gak tahu kenapa mereka manggil aku gitu," elak Vania."Kami memanggil begitu, karena Nyonya Muda akan segera menikah dengan Tuan Muda kami," jawab Sylvia dari tempat duduknya."Jadi, kalian bukan sodara nya pacarnya Vania ya?" tanya Sandra."Bukan. sebenarnya aku dan Wilson, kakakku adalah pengawal nya Nyonya Muda," jawab Sylvia sambil menunjuk Vania."Katanya sodara, ternyata pengawal, huh, pantesan mereka over protective
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol