Setelah Dokter Vincent selesai memeriksa tubuh Davin, dia pun pamitan kepada Davin, dua perawat yang bersama dia sejak tadi, mulai membungkukkan tubuhnya untuk pamitan."Tunggu!!!" "Ada apa Tuan Wong?" tanya Dokter Vincent, dua perawat wanita di sampingnya juga ikut menghentikan langkah mereka."Aku ingin dua perawat itu tetap bersama ku di dalam sini. terkadang, tubuhku sakit, karena itu aku membutuhkan mereka selalu berada di dalam sini," kata Davin ngotot. Davin ingin bersama dua perawat itu, agar supaya dia tidak perlu berdua di kamar dengan Jacklyn, wanita pengkhianat yang dibencinya itu."Tapi, Nyonya Wong meminta----""Dokter, yang jadi pasien disini, aku bukan ibuku. yang merasakan sakit itu aku, bukan ibuku. jadi, tolong, dengarkan aku bukan ibuku," potong Davin tegas dengan nada suara meninggi.Dokter Vincent nampak terdiam, dia menatap Davin kemudian melirik sekilas ke arah Jacklyn, hingga akhirnya, dia membolehkan juga dua perawat wanita itu untuk diam di dalam kamar temp
Dokter Jamie Tan mengajak Vania masuk ke sebuah ruangan dan mempersilakan Vania duduk di dalam ruangan sejuk itu, sesudah itu, dia pun menutup pintu ruangan nya dan duduk di depan Vania."Gimana, Dokter?" tanya Vania tidak sabaran. Vania sudah siap dengan kata-kata dokter didepan nya ini tentang kondisi ayahnya. "Gini, saya sudah menunggu beberapa hari ini sejak keluarga Vania datang ke rumah sakit ini, akhirnya Vania datang juga," kata Dokter Jamie memulai kata-katanya."Sebenarnya ada apa? apa ada yang tidak beres dengan donor hati ayahku? atau apa ini tentang kondisi ayahku?" tanya Vania akhirnya."Oh, bukan. bukan. sama sekali bukan. semuanya baik-baik aja. gak ada masalah. baik soal donor maupun soal kondisi pasien," jawab Dokter Jamie dengan suara lembut dan wajah ramah."Jadi? ini soal apa?" tanya Vania penasaran."Ini soal kepemilikan rumah sakit ini. beberapa hari yang lalu, rumah sakit ini, telah berpindah tangan dari Golden Peninsula Group menjadi miliknya Dinasti Group as
"Terserah apa katamu. yang penting, keluarga ku tidak berhutang padamu. aku tidak berhutang padamu. kalaupun aku berhutang pada orang, berarti, aku berhutang kepada pihak Dinasti Group asal Hongkong. perusahaan yang sekarang menjadi pemilik rumah sakit ini," tegas Vania sambil menatap Ivan. Ivan langsung duduk terdiam dan mengambil sapu tangan nya untuk menghapus peluh yang tiba-tiba turun di pipi nya, padahal dia sedang berada di ruangan berpendingin udara yang sejuk.Mendengar Ivan terdiam, Sita pun tahu kalau kata-kata Vania tadi adalah suatu kebenaran, karena itu, Sita tidak lagi menyalahkan Vania saat Vania yang sempat berdiri untuk mendebat Ivan, kembali duduk di samping nya.Vartan menatap wajah Ivan, Vartan tidak menyangka kalau ternyata rumah sakit milik keluarga Ivan ini sudah berganti kepemilikan. Ivan memang tidak memberi tahu Vartan soal itu, sehingga Vartan sangat kaget dengan apa yang terjadi ini. Vartan terus menatap Ivan yang duduk di samping nya tapi Ivan menghindar
Miriam terdiam setelah mendengar pertanyaan Davin ini, dia tidak langsung menjawab, setelah terdiam sejenak, akhirnya Miriam menjawab," Peter melakukan aksi ilegal.""Apa yang dilakukannya?" tanya Davin sambil menatap marah ke arah Miriam. karena Davin tidak percaya kalau Peter melakukan kesalahan seperti yang dituduhkan kepadanya itu."Secara ilegal, dia melakukan pembelian sebuah rumah sakit di Singapore dengan memakai sumber dana dari namamu.""Dia tidak salah, ma. dia melakukan itu atas perintah ku," kata Davin membela Peter."Omong kosong!!! dia melakukan pembelian itu saat kamu sedang sakit. dia mengambil data-data kamu untuk melakukan pembelian itu. mana mungkin itu semua atas persetujuan mu!""Ma...aku yang menyuruh dia melakukan pembelian itu sebelum aku di celakakan orang, ma. jadi, semuanya sudah sesuai prosedur dan sesuai perintah ku, ma." bantah Davin cepat. Davin teringat dengan perintah nya kepada Peter untuk membeli rumah sakit di Singapore, milik keluarga Ivan agar su
Simon tampak kaget dengan perintah Nyonya besar nya itu, tapi, Simon tidak berani membantah perintah Nyonya Besar nya itu, karena itu, dia pun langsung menyanggupi perintah Nyonya Besar nya itu."Baik, Nyonya Besar. mohon petunjuk, cara membantunya bagaimana, Nyonya Besar?" tanya Simon sambil menunduk karena dia tidak berani saling tatap dengan Nyonya Besar nya itu."Kamu langsung ke Singapore hari ini juga, bantu Ivan itu dengan cara menyediakan semua fasilitas yang dia perlukan untuk mendekati wanita itu selama sebulan ini. karena, kalau sampai wanita itu sudah pacaran dengan orang lain, aku yakin, anakku akan menganggap nya pengkhianat dan meninggalkan wanita itu seperti wanita nya tempo hari," kata Miriam tanpa menyebut nama tapi, saat dia menyebutkan kata-kata terakhir dari kalimat nya tadi, Miriam sengaja melirik ke arah Jacklyn sehingga Jacklyn langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam."Baik Nyonya Besar. aku mengerti maksud Nyonya Besar dan aku akan segera ke Singapore untuk
"Sound great. aku mulai tertarik. cerita kan semua nya padaku," kata Conrad di ujung telpon."Kamu harus menggoda wanita itu. tiduri dia dan bikin video nya. kalau kamu berhasil, itu juga akan membuat Russel membenci wanita itu dan kembali ke pelukan ku," kata Jacklyn dengan suara tidak puas. Jacklyn memang mulai membenci Vania, karena dianggapnya, Vania adalah orang yang membuat Davin tidak menyukainya lagi."Hahahaha...aku suka. aku suka. apa wanita itu, kaya raya juga seperti si anak manja mu itu?" tanya Conrad di ujung telpon."Kemungkinan tidak. dia mungkin hanya orang melarat tapi, kamu bisa dapat uang dari ibunya Russel.""Kok bisa?""Ibunya Russel membenci perempuan itu, karena perempuan itu hampir membuat Russel terbunuh, jadi, ibunya Russel akan membekali mu dengan uang yang banyak untuk modal bagi kamu menaklukkan wanita itu. nah, disitulah kesempatan bagimu untuk dapat uang banyak.""Hahahaha.... boleh boleh. aku pasti bisa menaklukkan nya. tapi, aku baru mulai minggu dep
"Dia menunggu mu sejak tadi, Van. please...sekali ini aja. penuhi permintaan nya untuk makan malam berdua dengan mu," bisik Vartan dari belakang dan mengangguk ke arah Ivan yang ternyata sedari tadi telah menunggu Vania dengan jas lengkap dan bunga di tangannya."Aku tidak bisa melakukan nya, Var. aku tetap tidak bisa melakukan nya," kata Vania sambil melangkah terus meninggalkan Ivan yang tertunduk lesu saat Vania tetap saja melewati dirinya dan tidak mau memenuhi ajakan nya untuk makan malam berdua.Langkah Vania yang ingin secepatnya meninggalkan Ivan dan pergi ke apartemen di belakang rumah sakit, terhenti karena dia mendengar teriakkan ibunya memanggilnya.Vania membalikkan tubuhnya dan menunggu kedatangan Sita yang mendekati nya. setelah keduanya berhadapan, Sita menggenggam tangan Vania, menatap Vania dan berkata," maafkan bunda, nak. maafkan bunda.""Memang kenapa, bun?" tanya Vania sambil memperhatikan raut wajah Sita, apalagi saat melihat ada air mata di mata Sita."Ternyata
"Ini gila! jadi, Vania tidak tahu sama sekali tentang apa yang menimpaku?" keluh Davin. Davin tidak bisa membayangkan yang akan terjadi pada Vania saat Davin menghilang begitu saja dari kehidupan Vania."Iya, Tuan Muda. aku dan Wilson sudah berjanji kepada Nyonya Besar jadi, kami tidak bisa mengingkari janji kami itu," jawab Peter."Bagaimana dengan management di rumah sakit di Singapore itu? apa yang kau katakan pada mereka untuk disampaikan pada Vania sewaktu Vania di rumah sakit?""Aku cuma titip pesan kepada mereka supaya mereka bilang kepada Vania, kalau pertolongan untuk ayahnya Vania itu, berasal dari pemilik baru rumah sakit asal Hongkong. itu saja, Tuan Muda. aku tidak pernah menyinggung tentang Tuan Muda karena terakhir kalinya yang aku tahu, Tuan Muda masih ingin merahasiakan identitas Tuan Muda. iya kan?""Iya iya. hmmm, baiklah. aku cuma bisa berharap semoga Vania masih bertahan pada cintanya padaku walaupun tanpa ada kabar berita dariku.""Kalau gitu, hubungi Vania seka
Selain itu, dengan drone dari Melvin yang selalu mengikuti Vania, semua perkembangan Vania diketahui oleh Davin, kemanapun Vania pergi, Davin bisa melihatnya. hanya saja, Davin tidak pernah lagi berusaha mendekati Vania secara langsung.Beberapa hari ini, Vania agak sibuk di sebuah galeri seni karena lukisan-lukisan Vania dipajang disana. pembelian lukisan milik Vania, adalah salah satu cara Davin untuk mendekati Vania dan keluarganya. Davin sengaja membeli hak untuk memamerkan lukisan-lukisan Vania itu di sebuah galeri seni, selain untuk mengapresiasi karya lukis Vania juga untuk memberikan uang kepada keluarga Vania khususnya buat Willy, Ayahnya Vania.Hari ini, Davin meminta Peter untuk mengambil uang lima ratus juta rupiah dari bank dan menaruh uang itu dalam satu koper. uang sejumlah itu adalah uang yang pernah diberikan Willy untuk menyuap Davin. rencananya, Davin ingin mengembalikan uang itu ke tangan Willy, serta menjelaskan semua yang terjadi pada saat peristiwa itu kepada Wi
"Davin? kamu yakin?" tanya Vania dengan hati campur aduk."Aku tidak begitu yakin sih. bentuk tubuh nya mirip tapi, dia langsung menutup wajahnya saat dia melihat ku," jawab Rani."Apa dia membawa teropong?"justru dia menutup wajahnya dengan teropong itu kemudian berjalan terus ke arah bawah. karena itulah, aku terlambat kesini menemui mu," jawab Rani. "Ayo kita cari," kata Vania. sejak tadi, Vania membawa-bawa biolanya naik turun tangga, kini, dia serahkan biola mahalnya itu untuk sementara dibawa Rani, supaya dia bisa leluasa naik turun tangga mencari sosok yang menurut Rani, mirip Davin itu.Vania dengan diikuti Rani kini kembali ke jalan yang dilewati Rani tadi. sambil berjalan, batin Vania sesak karena memikirkan Davin. Vania tidak habis pikir, mengapa Davin memperlakukan dirinya seperti ini? kalau memang yang dilihat Rani adalah Davin, mengapa Davin menghindari nya? tapi, kalau memang bukan Davin, mengapa sosok pria bertopeng itu seperti menghindari nya? mengapa pria itu menye
Setelah semua anggota Orkestra sudah duduk di tempatnya masing-masing di depan alat musik mereka masing-masing, keadaan seketika menjadi hening. kemudian Nyonya Dahmer sebagai konduktor atau pemimpin orkestra, mulai berjalan ke arah depan. setelah membungkukkan tubuhnya dalam-dalam ke arah penonton, dia menuju ke salah satu pengeras suara dan mulai bicara," selamat datang untuk semua yang hadir di acara ini dan terima kasih untuk pihak-pihak yang membuat acara ini bisa terwujud."Hadirin masih terdiam dan menunggu kata-kata sambutan selanjutnya dari Nyonya Dahmer. Vania pun mulai meraba alat musik barunya yang menjadi kebanggaannya saat ini. biola Stradivarius kebanggaan nya."Malam ini, sebelum acara dimulai, seperti biasa di setiap pertunjukan ataupun di acara TV ataupun di acara-acara di Channel YouTube. pasti akan ada yang namanya pesan sponsor atau iklan. iya kan?" kata Nyonya Dahmer yang disambut oleh tawa beberapa orang dan anggukan kepala dari banyak orang lainnya. saat ini, b
Vania pun fokus mengikuti latihan dengan hati agak tenang. ada sedikit rasa trauma dengan kenyataan yang terjadi tadi kalau dia sempat dibius orang, tapi setelah memeriksa tubuhnya di kamar mandi, dia memang tidak menemukan sesuatu, tidak ada rasa perih di tubuhnya dan itu berarti, Conrad memang tidak sempat mengapa-apakan dirinya, Vania bersyukur karena apa yang dia takutkan tidak terjadi. Vania bersyukur karena ada orang yang menolongnya walaupun sampai saat ini, Vania tidak tahu siapa penolongnya itu.Saat latihan, mata Vania tertuju kepada seorang penonton yang duduk sendirian di kursi penonton. jarak antara dirinya dan penonton itu, memang masih sangat jauh sehingga Vania tidak bisa melihat wajah penonton itu, tapi Vania merasa, penonton itu terus-menerus menatap nya.Penonton itu terlihat sekali-sekali memakai sebuah teropong untuk melihat ke arah orkestra yang digawangi Vania dan teman-temannya itu, tapi, bagi Vania, teropong itu kerap tertuju ke arah dirinya. awalnya Vania aga
Wilson memilih untuk mendobrak pintu dengan menendang sekuat tenaga tapi, dia kecele, karena ternyata pintu itu tidak terkunci, ini membuat tubuh Wilson jatuh berdebum dengan keras di dalam kamar di samping tubuh tubuh Conrad.Davin sangat kaget melihat tubuh Conrad sudah tergeletak kaku tidak berdaya dengan tangan terikat di belakang tubuhnya dan mulut dilakban, hanya matanya saja yang bergerak-gerak menandakan dia tidak pingsan atau meninggal tapi hanya dalam keadaan tidak berdaya.Davin melihat tubuh Vania masih berpakaian lengkap berada di atas tempat tidur dalam keadaan tertidur."Dia tidak apa-apa, Tuan Muda," kata suara seseorang yang duduk di kegelapan kamar. penerangan hanya berada di bagian pintu kamar dan juga ada penerangan dari kamar mandi."Paman A Kew?" tanya Davin."Ya Tuan Muda. ini aku," kata A Kew sambil menyalakan lampu meja di depan nya sehingga Davin bisa melihat A Kew, salah satu asisten ibunya bersama seorang teman A Kew yang bernama A Lok. "Mengapa kalian bis
Tapi, Davin tidak mengangkat telepon nya. akhirnya, Peter putuskan untuk mengikuti pergerakan Conrad yang sedang membawa tubuh lemas Vania sambil mengetik sebuah chat untuk Davin.Peter : "Tuan Muda, Conrad telah membius Nyonya Muda. aku sedang mengikuti langkah Conrad, nampaknya dia menuju ke Hotel yang tepat bersebelahan dengan Mall ini. nampaknya dia bermaksud buruk kepada Nyonya Muda. aku minta ijin untuk menembak Conrad saat ada kesempatan."Setelah mengirim chat itu, Peter menyimpan handphone nya dan mengikuti langkah Conrad yang sedang membawa tubuh lemah nyaris tidak berdaya Vania.**Ninchaku di tangan Davin kini kembali memakan korban. seorang pengeroyok terluka parah di kepala setelah berusaha membokong Davin dengan senjata tajam nya. sebuah tendangan disusulkan Davin sehingga pengeroyok itu terlempar jauh ke lantai dan langsung pingsan disana.Tinggal ada lima musuh lagi di sekeliling Davin saat ini. Davin putuskan untuk tidak menunggu lebih lama lagi, Davin agak khawatir
Davin lihat para pengeroyok lain agak mundur ke belakang untuk memberikan keleluasaan kepada teman mereka untuk menyerang Davin dengan Double Stick atau Nunchaku itu.HIIIAAAAAAATeriak si penyerang sambil mengejar Davin dengan Nunchaku nya. Davin konsentrasi mengikuti arah putaran Nunchaku itu dan di saat yang tepat dia merampas Nunchaku itu dan dengan sebuah sentakan, Nunchaku itu sudah berpindah tangan dan dengan satu gerakan, Nunchaku itu sudah mendarat dua bahkan tiga kali di kepala si pemilik Nunchaku itu menjadikan sebuah adegan senjata makan tuan yang menggenaskan apalagi setelah terlihat darah mengalir dari pelipis si pemilik Nunchaku itu yang jatuh tersungkur pingsan di lantai.Teman-teman nya sangat marah melihat apa yang terjadi, beberapa dari mereka mulai mengeluarkan senjata tajam berukuran pendek dari balik baju mereka. dua orang lainnya mengambil Stick Bisbol dari lantai di dekat tiang. seorang diantaranya berteriak kepada para pengeroyok Wilson yang tinggal berjumlah
Peter yang sedang mengemudikan mobil di samping Davin, cuma bisa mengangkat bahunya karena dia memang tidak tahu apa yang terjadi. "Wilson sedang dikeroyok banyak preman, Tuan Muda. dia dikeroyok di parkiran Mall. nampaknya pengeroyok itu, orang suruhannya Conrad," jawab Melvin dari bagian dalam mobil Van. Melvin melihat hal itu dari layar TV di dalam mobil. drone miliknya sedang merekam keadaan Wilson. Davin pun pergi ke belakang untuk melihat keadaan Wilson dari layar TV."Kalau gitu, cepat ke tempat itu. aku ingin menolong Wilson," kata Davin kepada Peter."Jangan Tuan Muda! kamu baru saja pulih. biar aku dan Melvin yang menolong Wilson," kata Peter dari balik kemudi."No! kalian berdua akan membantu dengan cara lain. Melvin pergunakan drone mu untuk menyetrum para preman itu sebanyak-banyaknya. Peter, kamu pergunakan segenap akal mu untuk menjauhkan Vania dari Conrad. aku tetap akan turun untuk membantu Wilson," perintah Davin."Bagaimana dengan luka mu, Tuan Muda?" tanya Peter l
“Jangan-jangan pacarmu itu sudah meninggal,” kata Nyonya Dahmer.“NO!!! huhuhuhuhu,” teriak Vania yang diikuti dengan pecahnya tangisannya lagi. Nyonya Dahmer jadi menyesal karena dia kembali membuat Vania menangis. Akhirnya, Nyonya Dahmer cuma bisa menenangkan Vania yang masih terus menangis itu dengan cara menepuk-nepuk pundak Vania. tangisan Vania baru berhenti saat Rani datang mencarinya di dalam.“Tuh, ini teman kamu yang melihat kuntilanak itu,” kata Nyonya Dahmer sambil menunjuk ke arah Rani.“Apa yang terjadi, Ran? Apa benar kamu melihat kuntilanak?” Tanya Vania kepada Rani.“Iya, Ran. Waktu itu, aku mengikuti permintaan kamu untuk menangkap basah pria yang mirip Davin itu, tapi, sebelum aku sampai ke depan, aku malah bertemu kuntilanak. Hiyyyy…serem banget,” kata Rani dengan mimik wajah ketakutan.“Jangan-jangan kamu cuma melihat jemuran atau yang mirip gitu, Ran?” kata Vania sambil menatap lekat ke wajah sahabatnya itu.“Gak, Vania. Aku benar-benar melihat kunti. mana mungki