"Seharusnya kamu bersyukur kamu adalah wanita, Nona Bentley. Jika tidak, mungkin aku sudah memotong lidahmu atau aku bisa melakukan hal lebih dari ini,” ancam Oliver, berusaha mengalihkan pikiran anehnya tadi.
Namun, Anna tetap bertahan, meskipun air mata mulai mengalir dari sudut matanya. “Dasar … pengecut," gumam gadis itu di antara sela-sela tawa tertahannya tersebut.
Wajah Oliver merah padam. Ia merasa terhina oleh kata-kata Anna. Ia pun menggertakkan giginya dengan marah dan semakin cepat melancarkan gelitikannya, berharap bisa membuat gadis itu menyerah.
Akhirnya suara tawa Anna pun meledak. Ia terus menggeliat di atas kursi tersebut dengan gelisah hingga akhirnya pintu ruangan itu terbuka dan Oliver menghentikan aksinya.
“A-ada apa ini?” Sienna menatap hal yang terjadi di dalam ruangan itu dengan syok dan bingung.
Netra Sienna menyipit tajam ke arah Oliver. Pria itu terlihat sangat kaget dengan kedatangannya, lalu tatapannya beralih pa
“Apa yang sudah kamu lakukan, Nona Bentley?” cetus Lucas dengan penuh amarah, menuntut penjelasan atas hal yang terjadi.Tadi Lucas benar-benar kaget. Sedikit saja ia terlambat menahan kepalan tinju Anna, Sienna pasti akan terluka parah.“A-aku ….” Anna tidak mampu berkata-kata karena dirinya sendiri tidak kalah kagetnya. Namun, ia merasa lega Lucas berhasil menahan kepalan tinjunya.Tatapan tajam Lucas tertuju pada Oliver yang berdiri di samping Sienna. Sahabatnya itu terlihat sangat kaget dengan kedatangannya. Sama seperti Anna, ia juga merasa sangat lega. Jika tidak, Oliver benar-benar akan merasa bersalah.Namun, Oliver merasa tertekan di bawah sorot mata tajam Lucas. “Lu-Lucas … ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku bisa jelaskan semuanya ….”Sebelum Oliver melanjutkan ucapannya, terdengar suara ringisan dari bibir Anna yang terlihat memucat. Gadis itu tampak kesakitan karena Lucas masih belum melepaskan kepalan tangannya.Melihat hal tersebut, Sienna bergegas menarik lengan
“Jadi kamu bertemu Clive dan dia mau melecehkanmu lagi?” tanya Anna dengan netra yang telah melotot penuh amarah. Sienna baru saja menceritakan kejadian yang dialaminya beberapa waktu lalu termasuk tindakannya menguping pembicaraan Nicole dan Emily kepada Anna, Lucas dan juga Oliver. Mereka memandangnya dengan syok. Namun, di antara ketiganya, ekspresi Lucaslah yang paling membuatnya khawatir. Pria itu benar-benar terlihat murka. Sienna sadar jika ia sudah bertindak gegabah karena telah melakukan sesuatu tanpa memikirkan risikonya. Sienna pun menarik kecil lengan jas Lucas dan mencicit, “Lucas, aku ….” Ucapan Sienna terjeda karena umpatan kasar Oliver. “Berengsek! Berani sekali mereka membuat keributan di kelabku!” Oliver menghubungi seorang bawahannya melalui earphone wireless yang ada di atas meja ruangan tersebut, lalu meluncurkan perintahnya, “Sekarang juga cari tamu bernama Clive Sherwood di kelab ini! Bawa dia ke ruang bawah tanah!" Oliver berniat menghakimi pria itu
“Ini tidak bisa dibiarkan!” geram Oliver.Pria itu pun memanggil manajer kelabnya untuk memperlihatkan hasil rekaman CCTV di lokasi kejadian. Tidak berapa lama kemudian, manajer kelab tersebut membawa tabletnya dan menyerahkannya kepada Oliver.Pria itu pun memutar rekaman CCTV di dalam tablet tersebut dengan memundurkan waktu hingga terhenti ketika ia melihat sosok Clive yang memergoki Sienna. Lucas yang berdiri di sampingnya pun mengerutkan keningnya.Dalam rekaman tersebut, terlihat Clive yang mencoba melakukan pelecehan terhadap Sienna. Ekspresi Lucas saat melihat hal tersebut sudah benar-benar menggelap. Darahnya telah mendidih hingga ke ubun-ubun.Namun, kemarahannya teralihkan ketika ia melihat seorang pria tinggi yang berpakaian serba hitam muncul dan dengan cepat menghajar Clive hingga babak belur.“Ternyata dia ....” Gumaman Oliver membuat tatapan semua orang tertuju padanya.“Kamu mengenalnya?” selidik Anna.Oliver mengangguk pelan, meskipun ia terlihat ragu.“Jadi dia bawa
“Ingatlah. Kamu berhutang padaku,” cetus Oliver. Anna pun terbelalak mendengar ucapan pria itu. Kilatan amarah telah bersinar pada sepasang netranya. Sebelum Anna sempat mengajukan protesnya, Sienna telah menahannya dan berkata, “Tuan Muda Harvey, terima kasih sudah mau bekerja sama. Rekaman ini akan sangat membantuku. Aku tidak ingin Clive Sherwood mengulangi perbuatan seperti ini lagi di kemudian hari.” Mendengar ucapan Sienna, Oliver pun merasa segan dan menimpali, “Tenang saja, Sienna. Karena dia sudah berbuat ulah di tempatku, dia juga harus berurusan denganku." Sienna tersenyum gugup. Ia tidak begitu memahami maksud Oliver, tetapi dari sorot mata pria itu, ia merasa Oliver akan melakukan sesuatu terhadap Clive. Sementara itu, tatapan Anna masih tertuju pada Oliver. Ia masih sangat kesal dengan perbuatan pria itu padanya tadi. Namun, demi Sienna dan Lucas, ia memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah tersebut. “Oliver, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.” Tiba-tiba Lu
“Jadi apa kamu punya ide, Oliver?” selidik Lucas. “Tentu saja.” Oliver tersenyum lebar. Ia melirik Anna sekilas. Melihat kekesalan gadis itu adalah hal yang paling membahagiakan baginya saat ini. “Daripada membujuknya, aku rasa … mengancamnya akan lebih efektif. Orang serakah sepertinya perlu diberikan sedikit pelajaran,” papar Oliver. Kening Sienna mengernyit. “Maksudmu … kamu akan menggunakan ancaman fisik?” tanyanya dengan penuh keraguan. Namun, Oliver hanya menyeringai tipis. Ia melirik Lucas yang terlihat sudah memahami tindakannya. Anna berdengus. “Jangan sampai kamu malah dipenjara karena melakukan tindakan kekerasan, Tuan Muda Harvey,” cibirnya. Seringai kecil kembali terbit di bibir Oliver. “Terima kasih atas pengingatnya, Nona Pengacara. Tapi, akan aku pastikan kamu tidak akan memiliki kesempatan untuk berbahagia melihatku menderita di penjara. Aku punya caraku sendiri, mengancam tanpa melukainya,” sahutnya dengan angkuh. Anna berdecih malas. “Maksudmu dengan g
Kening Lucas mengernyit. “Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?” Sienna memanyunkan bibirnya. “Habisnya dari tadi kamu diam saja,” sahutnya. Ekspresi Lucas yang terlihat dingin semakin meyakinkan dugaan Sienna. Mendengar hal itu, Lucas cukup terkejut dan baru menyadari sikapnya. “Maaf, sepertinya tadi aku terlalu fokus dengan pikiranku sendiri,” ucapnya dengan tulus. Helaan napas pelan bergulir dari bibir Lucas. Ia mengulas senyuman tipis di bibirnya, lalu menoleh kepada Sienna dan meraih tangan wanita itu. “Aku tidak marah padamu, Sienna. Aku hanya marah kepada diriku sendiri karena tidak bisa melindungimu dengan baik.” Jawaban yang diberikan Lucas membuat hati Sienna menghangat. Ia pun menghambur ke dalam pelukan pria itu dan berbisik, “Ini bukan salahmu, Lucas. Aku yang sudah terlalu gegabah tadi. Maaf sudah membuatmu khawatir. Lain kali aku akan─” Uc
Dua minggu kemudian.“Dia benar-benar gila. Sudah sepantasnya dia mati dan membusuk saja di penjara.”Geraman sinis meluncur dari bibir Sienna tatkala membaca berita terpanas yang sedang tersebar sejak tadi pagi di seluruh jaringan media kota. Tertulis jelas judul besar pada laman berita yang muncul di gawainya “Clive Sherwood Terancam Vonis Penjara Seumur Hidup!”Pria itu telah ditangkap karena berbagai tuduhan. Media menyebutkan jika telah banyak wanita yang menjadi korban pelecehan, penganiayaan yang berujung kekerasan dan ada juga yang terbunuh karena menolak permintaannya untuk memuaskan hasratnya.Sienna benar-benar syok. Ia tidak pernah menyangka kakak tirinya itu akan melakukan tindakan sekejam dan segila itu.Berita itu semakin marak karena satu per satu korban dan pihak keluarga yang dirugikan mulai menyuarakan dan mengajukan tuntutan mereka. Selama ini mereka dibungkam oleh kekuasaan yang dimiliki keluarga Sherwood dan beberapa di antara mereka mendapatkan uang tutup mulut.
“Sepertinya aku hanya tinggal menunggu surat pemecatan saja,” ujar Ivory yang membuat Sienna melongo. Namun, detik berikutnya Sienna tertawa geli. “Kamu bercanda, huh?” “Tidak, Sienna! Ini serius!” sungut Ivory yang terlihat kesal. Kening Sienna pun berkerut. “Memangnya apa yang sudah kamu lakukan, Ivory?” selidiknya. Ia mengira Ivory telah melakukan kesalahan fatal yang membuat Lucas marah besar, tetapi ternyata tidak. “Kamu tidak tahu kalau dia sudah mendapatkan sekretaris baru yang lebih kompeten daripada kakaknya ini, huh?” celetuk Ivory yang cukup membuat Sienna kaget. “Sekretaris baru?” Ivory mengangguk, masih dengan ekspresi masam. "Hari ini dia baru saja merekrut seseorang yang katanya sangat berbakat dan merupakan lulusan terbaik di universitasnya serta memiliki banyak pengalaman kerja sebelumnya. Aku merasa seperti tidak ada gunanya lagi di sana." Sienna mengerutkan keningnya, merasa iba terhadap Ivory sekaligus penasaran dengan sosok sekretaris yang dimaksu