Ariel berhenti di depan kamar hotelnya, ia terperanjat kaget manakala melihat Marini tengah berjalan menuju hotelnya. Bagaimana bisa kebetulan seperti ini?Entah mengapa ia seperti ketahuan selingkuh padahal Aisyah hanyalah karyawannya. Marini yang mengenakan pakaian super seksi melangkah menuju ke arahnya. Ariel berusaha menyembunyikan wajahnya lalu menarik tangan Aisyah agar segera masuk ke dalam kamar. Ia lalu langsung mengunci rapat. Bak seperti melihat setan, wajah Ariel berubah pucat."Ada apa bos?""Kenapa wajah Anda pucat?""Apa Anda sakit?"Pertanyaan secara beruntun di ungkapkan Aisyah. Ia melihat wajah Ariel seperti ketakutan karena melihat sesuatu."Tidak apa-apa," kata Ariel. Ia berjalan mondar-mandir seperti tidak tenang. Di tambah lagi ponselnya berdering, membuat jantungnya seakan mau melompat keluar. Ia yakin pasti itu Marini yang sedang meneleponnya.Kecurigaannya salah, ternyata y
"Aku merindukanmu sayang," rangkul Marini. Tanpa basa-basi wanita itu langsung saja nyosor. "Eeh, jangan di sini. Bagaimana kalau pihak film tiba-tiba ke sini?" kata Ariel beralasan. "Ya, sudah ayo ke kamarku saja." Marini langsung mengunci pintu kamarnya. Ia sudah tidak sabar melakukan itu dengan Ariel. "Aku merindukanmu, sayang." Tanpa ragu Marini langsung mencium Ariel. Lelaki itu mau mendorong tubuh Marini tapi sepertinya wanita itu terlalu kuat memeluknya. "Tunggu, jangan begini. Apa kau tidak lelah dari perjalanan jauh?" tanya Ariel berusaha mengalihkan perhatian Marini. "Lelah, tapi kamu tahu sendiri kan jika aku sudah lelah justru hasratku semakin naik." Marini tanpa basa-basi menyusupkan jari lentiknya di balik celana Ariel. Sontak saja milik Ariel yang berminggu-minggu tak tersentuh langsung bertambah ukurannya. "Hahaha, aku tahu kau tidak bisa menghindari ini kan," kata Marini. Ia tanpa ragu membuka resleting celana Ariel lalu jongkok dan melumat benda panjang i
"Hei, bukankah itu artis yang sering kita lihat di layar kaca?" bisik salah seorang wanita pada temannya yang kebetulan lewat di depan Ariel dan Aisyah."Iya, tidak salah lagi."Ariel yang baru sadar ada dua orang wanita mendekatinya. Ia tidak bisa mengelak lagi."Bolehkah kami minta foto?" tanya kedua wanita itu sambil cengar-cengir. Mau tidak mau Ariel melayaninya. Jika ia lari menghindari mereka citranya bisa buruk di masyarakat."Nona, tolong fotokan kami," ucap salah seorang di antara mereka. Aisyah berdiri dari duduknya, ia meraih ponsel yang di sodorkan padanya.Ariel berdiri di tengah dan di apit dua orang wanita. Mereka bergaya narsis sedangkan Ariel bersikap biasa saja. Karena dalam berbagai posisi apapun selalu terlihat fotogenik."Wow, keren. Terima kasih, kita suka dengan aktingmu di film "My Love", sungguh mengesankan," puji mereka.Ariel hanya senyum-senyum mendengar tanggapan para penggemarnya. "Maaf, sepertinya kami m
"Tergantung," jawab Aisyah. "Saya hanya membela orang yang benar," lanjut Aisyah. Dengan gemas Ariel menendang gundukan pasir di depannya sampai sepatunya terisi penuh pasir. Aisyah tiba-tiba berjongkok, ia membersihkan sepatu Ariel dari pasir. "Sepatu Tuan ini kan mahal, sayang kalau kemasukan pasir. Takutnya cepat rusak," ujar Aisyah. 'Dasar gadis bodoh, ia lebih mengkhawatirkan sepatuku ketimbang diriku,' gerutu Ariel dalam hati. Langkah kaki mereka terhenti pada sebuah gazebo yang terletak di pinggir pantai. Sudah terlalu jauh kaki Ariel melangkah, ia ingin duduk sebentar menghilangkan penatnya. Aisyah duduk di sebelah Ariel dengan jarak setengah meter. Angin pantai menyapu rambut gadis itu yang hitam tergerai. Dari samping Ariel memandangi wajah ayu Aisyah yang cantik alami tanpa polesan tebal. "Ternyata pemandangan di sini cukup indah. Di kampung aku jarang jalan-jalan keluar," kata Aisyah membuka pembicaraan. "Kau memang terlalu kampungan. Paling kerjaanmu di rumah te
Di mobil Aisyah terlihat senyum-senyum sendiri setelah menerima telepon dari Gilang. Kabarnya lelaki itu akan datang ke Jakarta, Aisyah merasa senang karena sudah lama tidak bertemu dengan lelaki itu. Katanya dia ada urusan seminar di Jakarta dan sekalian ingin bertemu dengannya.Hati Aisyah berbunga-bunga, manakala orang yang selama ini di kaguminya akan mendatanginya."Kau sudah gila ya, senyum-senyum sendiri," celetuk Ariel di samping Aisyah.Aisyah langsung cemberut, bibirnya mengerucut kesal dengan perkataan Ariel."Eh, salah lagi. Habis apa dong kalau tidak gila tapi tertawa sendiri tanpa sebab," lanjut Ariel tanpa merasa bersalah."Aduh!" rintih Ariel karena tiba-tiba Aisyah mencubit lengannya."Berani mencubitku lagi gajimu aku potong," ancam Ariel yang masih meringis kesakitan sambil meniup-niup kulit lengannya."Siapa suruh, bos selalu mengataiku seenaknya. Aku kan juga punya hati dan perasaan. Aisyah bukanlah bo
Bunyi telepon menyelamatkan Aisyah, ia lalu buru-buru menjawab telepon itu di teras balkon. Samar-samar Ariel mendengar tawa Aisyah di telepon. Gadis itu seperti tidak menganggapnya ada. Bisa-bisanya ia terlihat santai seolah tidak ada orang. Ariel langsung menyambar ponsel Aisyah dan mematikannya. "Mengganggu saja." Aisyah sampai melongo melihat kelakuan spontan Ariel. "Bos, kenapa bos mematikannya?" tanya Aisyah tak mengerti. "Iya sayang, ngapain sih kamu ikut-ikutan urusin dia?" "Aku tahu, suaranya pasti mengganggumu," tebak Amora. "Maaf. Kalau begitu saya keluar," pamit Aisyah. "Tetap di sini!" perintah Ariel. Aisyah makin bingung, siapa yang di suruh bertahan dan siapa yang di suruh keluar ia bingung sendiri. "Maksudnya?" tanya Aisyah polos. "Kamu! Siapa lagi!" sentak Ariel. Aisyah sedikit gemetar menfengar suara lantang Ariel. Amora berjalan mendekati Ariel. Ia m
Aisyah sebenarnya tidak suka jika Ariel selalu mengekorinya. Apalagi kali ini ia mau bertemu dengan Gilang. Laki-laki yang selama ini yang membuatnya kagum. "Tidak usah berdandan berlebihan. Kau tidak berniat menggodanya, kan?" sindir Ariel melihat Aisyah memoles lipstik di bibirnya. Bibir yang ranum dan selalu membuat khayalan Ariel melayang dengan pikiran mesumnya untuk melumat bibir itu. Aisyah memilih diam tidak mengomentari perkataan Ariel. Matanya masih fokus di depan cermin untuk menyisir rambutnya yang tergerai. Aisyah menaikkan rambutnya dan mengikatnya sehingga terlihat leher jenjangnya yang putih bersih. "Eits, jangan kau ikat rambutmu. Biarkan tergerai saja," perintah Ariel. "Memangnya kenapa?" tanya Aisyah keheranan. Tangannya masih memegang kuncir. "Tidak apa-apa. Hanya saja kau terlihat tidak cocok dengan rambut di ikat," ujar Ariel beralasan. Padahal ia tidak suka jika Aisyah mengekspose leher jenjangnya. A
Aisyah merasa ada perang dingin antar keduanya. Ia menatap satu persatu wajah mereka bergantian. Ia tidak suka perkataan Ariel yang seolah tidak menghargai kehadiran Gilang. "Kak Gilang, kami pergi dulu karena ada pekerjaan yang harus di kerjakan." Aisyah buru-buru menyela pembicaraan keduanya. Ia tidak ingin Ariel lebih jauh berkata yang tidak mengenakkan pada Gilang. "Baiklah, nanti kalau ada waktu luang aku akan menghubungimu," ucap Gilang pada Aisyah. Ia mengusap rambut wanita ayu itu penuh kelembutan. Rasanya Ariel ingin menarik tubuh Aisyah dalam dekapannya. Di dalam mobil Ariel hanya diam. Wajah lelaki itu tiba-tiba berubah menjadi agak seram. Bukan karena mirip hantu, tapi suasana hati Ariel yang buruk menjadikan suasana di dalam mobil mencekam seperti di pemakaman. Aisyah yang tidak menyadari kemarahan Ariel malahan senyum-senyum sendiri menatap ke arah jendela. Ia masih terbayang-bayang pertemuannya dengan Gilang. Wajah tampan Gilang tidak bisa hilang dari ingatannya.
Marni mengajak Aisyah masuk ke dalam rumahnya. Ia tidak menyangka setelah sekian lama, Aisyah akhirnya pulang ke kampung menjenguknya. "Kebetulan, ibu masak tadi. Syukurlah kamu pulang, Nak. Ibu kangen padamu," tutur Marni. Aisyah masuk ke kamar mandi sebentar untuk membersihkan diri. Tak lama kemudian dia keluar sudah dalam keadaan segar. Aisyah duduk di kursi menunggui ibunya yang tengah sibuk membuatkan minuman hangat untuknya. "Minumlah dulu, karena bisa menghilangkan rasa letihmu." Marni menyodorkan secangkir teh hangat. "Hemm, teh buatan ibu selalu yang terbaik," puji Aisyah. Mereka berdua lalu makan bersama, hanya lauk sederhana tapi bagi Aisyah sudah membuatnya merasa nyaman. Karena baginya, masakan ibunya mengandung cinta dan kasih sayang. "Bu, ikan asin sama sambalnya enak," kata Aisyah. "Tadi, ibu hanya buat ini. Lah, makan sendirian terkadang tidak semangat Nduk," tutur Marni. Mendengar pernyataan ibunya Aisyah menjadi kasihan. Selama ini ibunya tinggal sendirian da
"Bukan tempat tongkrongan, tapi tempat makan," balas Aisyah sembari tersenyum. "Nanti gak laku dong jualanku, kalau buat nongkrong saja," imbuh Aisyah. "Duh Aisyah, tenang saja nanti teman-teman kantorku aku ajak makan di sini. Biar makin terkenal restoranmu," kata Daniel. "Makasih, ya. Aku seneng deh punya kakak seperti kamu," kata Aisyah. "Hemm, kakak ya." Daniel garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ternyata Aisyah hanya menganggapnya seperti kakaknya. Padahal ia sudah berharap lebih dari Aisyah. Setelah cerai dari Ariel, Daniel berharap menjadi pengganti suaminya. Daniel sudah merasa cocok dengan karakter Aisyah. Baginya Aisyah adalah wanita pujaan nya. ** Keluarga Devon tengah berkumpul dan bercerita, termasuk Mariska di sana. Setelah adanya Aisyah di rumah mereka, Mariska lebih semangat. Ia merasa punya anak perempuan. Aisyah yang ramah dan suka tersenyum membuat Mariska menyayanginya. Ia berharap Aisyah menikah dengan Daniel, putra kandungnya Mariska. Aisyah datang dar
"Belikan aku baju baru, semua bajuku sudah tidak muat kupakai," keluh Marini.Ariel hanya meletakkan kartu atmnya di meja. Ia malas banyak bicara melayani permintaan Marini yang ini itu. Ia merasa Marini memang sengaja menjadikan kehamilannya sebagai alat untuk meminta banyak hal padanya."Kok hanya kartu, aku kan juga ingin di temenin beli bajunya. Biar kamu bisa milihin yang sesuai seleramu, Mas," bujuk Marini.Ariel yang hendak pergi berangkat ke lokasi syuting menghentikan langkahnya sejenak, ia lalu berbalik menghadap ke arah Marini."Dengar ya, pernikahan ini terjadi agar anak ini memiliki status di mata hukum. Jadi, kau jangan menganggap pernikahan ini seperti orang-orang lainnya yang bisa berumah tangga dengan bahagia.""Karena akal licikmu, kau memisahkan ku dari Aisyah. Kau mungkin memiliki tubuhku tapi tidak dengan hatiku," tandas Ariel.Setelah mengatakan hal itu, ia pun berlalu pergi meninggalkan Marini yang masih terbengong-bengong. Wanita itu tidak percaya Ariel tega me
Aisyah pergi menjauh dari Ariel untuk selamanya. Ia tidak lagi ada kabar beritanya, seperti hilang tertelan bumi. Dan Ariel kelimpungan mencari Aisyah kemanapun tapi tidak juga di temukannya. Semenjak kejadian itu, Marini makin gencar-gencarnya mendekati Ariel. Perutnya makin membesar, dan rasanya tidak ada alasan lagi bagi Ariel selain mempertanggung jawabkan perbuatannya.Kini Marini boleh bangga karena Ariel mempersuntingnya, meski semua itu di lakukan Ariel dengan rasa terpaksa. Di hati Ariel hanya ada Aisyah saja yang bertahta.Pernikahan mereka di gelar secara sederhana, karena Ariel sejak awal memang tidak menginginkan pernikahan itu berlangsung. Ia membuat kesepakatan pada Marini kalau bayi itu sudah lahir maka mereka akan bercerai. Pernikahan itu di buat untuk status anaknya yang akan lahir kelak. Kasihan kalau tidak memiliki status kejelasan."Mas, aku pingin makan rujak. Beliin dong," pinta Marini."Kamu kan bisa menyuruh pelayan. Aku m
"Tolong, jangan pergi!" seru Ariel. Bersamaan itu pula, hujan mengguyur bumi. Hujan begitu deras, membuat baju Aisyah basah kuyup seketika.Ariel berlari berniat melindungi Aisyah dari hujan dengan memberikannya jaket miliknya."Berhenti, tolong jangan mendekat," kata Aisyah. Matanya basah dengan air mata, basah juga dengan tetesan air hujan yang mengguyur kepalanya."Aisyh, maafkan aku...""Tolong berhenti, jangan melangkah lebih dekat lagi!""Atau aku akan membencimu selamanya!" ancam Aisyah. Wanita itu berdiri tegak di bawah derasnya air hujan yang membasahi langit. Air matanya bercampur dengan air hujan. "Aisyah, tolong jangan seperti ini. Aku bisa jelaskan semuanya," kata Ariel."Tidak ada yang perlu di jelaskan, kau menuduhku buta? Aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri!" tegas Aisyah. Ia tidak ingin hatinya rapuh dengan bujuk rayu Ariel."Cukup sudah, dari awal aku memang sudah salah melangkah. Kau sudah pernah menikahiku, dan bertanggung jawab atas pemerkosaan wakt
Pagi ini tidak seperti biasanya, pasalnya banyak yang mengantri membeli gado-gado Aisyah. Baru pukul sembilan pagi, gado-gado Aisyah sudah terjual habis. Ia juga heran berasal darimana para pelanggannya itu, soalnya beberapa di antara mereka bukan pelanggan tetapnya. Ada yang minta berswa foto bersama, mereka tampak bangga bisa foto dengan Aisyah. Aisyah tidak sadar kalau dirinya saat ini makin terkenal di sosial media. Ia memang jarang membuka ponselnya karena takut Ariel menghubunginya. Ponselnya ia biarkan mati begitu saja. Aisyah menjalani hidup tanpa ponsel.Sementara Ariel yang tengah istirahat sehabis syuting iseng-iseng membuka ponselnya. Ia kaget melihat berita viral di sosmed yang menunjukkan gambar Aisyah sebagai penjual gado-gado cantik.Ariel langsung beranjak dari tempat duduknya, ia sudah tidak mau berpikir panjang. Tekadnya sudah bulat untuk bertemu dengan Aisyah. "Mau kemana?" tanya sutradara."Aku ada perlu," jawab Ariel."Syuting sebentar lagi di lanjutkan, ingat
"Dimana kau Aisyah," gumam Ariel.Pria berwajah tampan itu akhir-akhir ini sulit untuk tidur. Ia sering memikirkan isterinya yang pergi entah kemana. Ariel sudah membayar orang untuk mencari Aisyah, tapi belum ada kabar yang menggembirakan dari orang suruhannya.Di sela-sela jadwal syutingnya yang padat, dia juga sering menyempatkan diri untuk mencari keberadaan Aisyah. Baginya, Aisyah seperti di telan bumi. Hilang tanpa jejak.Hal itu membuat Ariel kurang bersemangat, ia menjalankan ritinitas pekerjaannya serasa membosankan tanpa kehadiran Aisyah. Aisyah adalah penghilang dahaganya di oase. Tapi penghilang dahaga itu telah pergi meninggalkannya. Rasa bersalah terus saja menghantui hatinya. Ia sadar sudah melukai hati Aisyah terlalu dalam. Lamunan Ariel buyar manakala ponselnya menyala. Bukan telepon yang masuk melainkan notifikasi pesan dari Marini. Ia kesal mengapa wanita itu terus mengganggunya. Dengan malas ia membuka pesan dari Marini. Wanita itu mengirimkan gambar tespek bergar
"Akhirnya kau datang juga," kata Marini. Ariel tidak menggubris perkataan Marini. Ia langsung membuka pintu mobilnya tanpa banyak kata."Masuk!"Marini berjalan melanggang masuk ke dalam mobil Ariel. Lelaki itu mulai menyetir mobilnya, entah kemana Ariel membawa Marini pergi. Marini tersenyum melihat wajah tampan pria yang duduk di sampingnya. Pria yang selalu membuatnya jatuh cinta sepanjang waktu."Apa kita mau ke hotel?" tanya Marini percaya diri. "Tidak, ke neraka!" Ariel semakin mempercepat laju mobilnya membuat wajah Marini pias. Ia takut kalau Ariel akan membuktikan ucapannya."Jangan main-main, aku tidak mau mati sekarang!" teriak Marini. "Kau sudah membuatku terpisah dengan orang yang aku cintai, apa bedanya kematian bagiku," ancam Ariel."Tidak, aku tidak mau mati!""Tolong hentikan mobilnya! Aku tidak mau mati bersamamu!" teriak Marini."Hahaha, kau takut mati juga!""Katamu, kau cinta mati padaku. Tapi tidak mau mati bersamaku. Cintamu omong kosong!" ledek Ariel."Sekara
Ariel melihat Wildan di lokasi syuting sendirian tanpa Aisyah. Itu berarti Aisyah kemarin tidak pergi bersama Wildan. Lalu kemana Aisyah sebenarnya, mengapa pergi tiba-tiba tanpa meninggalkan pesan. Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan ibunya sehingga dia buru-buru pulang? Berbagai spekulasi muncul dalam benak Ariel. Namun ia belum menemukan jawaban yang benar, semua itu hanya perkiraannya saja.Syuting berjalan agak alot tidak seperti biasanya, karena Ariel selalu saja salah memerankan adegan tokohnya. Ia cenderung suka melamun tidak seperti biasanya. Hingga Sang Sutradara sering marah dan tidak sabaran dengan ulah Ariel."Kita sedang kejar tayang, kalau kamu punya masalah pribadi aku harap tidak usah kamu bawa-bawa dalam peranmu," kata Sutradara lirih sembari menepuk pundak Ariel. Wildan juga terlihat galau, ia penasaran apa yang terjadi dengan Aisyah mengapa tiba-tiba tidak mau bekerja padanya lagi. Apakah ada kesalahan yang pernah di perbuatnya hingga Aisyah tidak kerasan beker