"Dia cuma pemuda yang baru terjun ke masyarakat, kenapa kamu terus mengusilinya?""Ayo pergi. Bukannya kamu mau berbelanja? Sudah jam setengah empat, kalau masih nggak berangkat, langit sudah gelap."Bu Yuna menunjuk jam tangan sambil berkata pada Helena.Akhirnya, aku tahu. Ternyata hari ini, mereka sudah berjanji akan bertemu.Helena datang lebih awal untuk mengusiliku.Tatapanku tertuju pada Bu Yuna.Aku tidak pernah melihat wanita yang begitu anggun dan elegan.Kak Lina baik hati dan lemah lembut, tetapi dia tidak memiliki aura seperti ini.Sedangkan Bu Yuna adalah wanita berkelas!Dia adalah tipe wanita yang sangat memukau!Melihatku terus menatap Bu Yuna, Helena menyodok dadaku. "Kenapa lihat-lihat? Dia istri bosmu, kamu menginginkannya?"Suara Helena sangat kuat, aku takut didengar Bu Yuna.Aku sangat panik.Bagaimana bisa wanita ini begitu terus terang?Kami masih berada di klinik, kalau sampai didengar Pak Harmin, apa aku masih bisa bekerja di sini?Aku segera menjelaskan, "Di
Kalau sampai tergores, aku tidak akan sanggup ganti rugi.Betisku gemetaran, aku berkata dengan getir, "Nona Helena, aku nggak berani kendarai mobil ini. Sebaiknya kamu cari sopir lain."Melihat ekspresiku, Helena tertawa terbahak-bahak. "Cuma mobil, kamu ketakutan seperti ini?""Tapi, ini Porsche 911, bukan mobil biasa. Puluhan tahun hidup, ini pertama kalinya aku lihat mobil semahal ini. Aku mana berani kendarai?"Helena menyerahkan kunci mobil ke tanganku. "Tenang saja. Kalau tergores, nggak usah ganti rugi."Aku tercengang.Dia menyerahkan mobil miliaran padaku?Aku meyakinkan diri sendiri bahwa ini hanyalah hal kecil, aku bisa mengendarainya!Anggap saja sebagai pengalaman.Namun, begitu masuk ke dalam mobil, ototku menegang dan betisku gemetaran.Aku bahkan tidak berani menyalakan mobil.Helena tidak mendesakku, dia memberiku waktu untuk beradaptasi.Aku menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.Setengah jam kemudian, suasana hatiku mulai menenang."Sudah siap? Kalau suda
Alhasi, setelah menunggu beberapa menit, Helena masih belum kembali.Bu Yuna mulai tidak sabar dan berkata padaku, "Helena masih belum balik?""Belum.""Ya sudah, masuklah buat bantu aku.""Apa?"Permintaan ini membuatku tercengang.Meminta seorang pria membantunya menarik ritsleting, bukankah kurang pantas?Apalagi, dia adalah istri bosku. Aku tidak berani berbuat seperti itu."Bu Yuna, tunggulah sebentar. Aku pergi cari Nona Helena."Aku tidak berani masuk dan hendak mencari Helena.Bu Yuna adalah nyonya berkelas, aku mana berani menyentuhnya?Namun, sesampai di depan pintu toilet, aku menemukan terdapat toilet VIP di sini.Helena berada di toilet VIP.Aku bukan anggota premium mal ini dan tidak berhak memasuki toilet VIP.Entah apa yang dilakukan Helena? Apa dia membersihkan toilet? Sudah belasan menit, masih belum keluar?Aku berteriak ke dalam, "Nona Helena, kamu sudah siap?Tidak ada yang merespons.Penjaga di luar mengatakan bahwa toilet VIP kedap suara untuk menjaga privasi tam
Aku tidak berani mengincar Bu Yuna, tetapi melihat tubuh indahnya, pikiranku otomatis mengembara.Tentu saja, aku tidak memiliki niat jahat.Aku sangat menghormati Bu Yuna!Setelah menarik ritsleting, aku berkata pada Bu Yuna, "Bu Yuna, sudah selesai.""Ya, aku tahu. Keluarlah."Saat aku keluar dari kamar pas, aroma Bu Yuna masih membekas di napasku dan bentuk pantat Bu Yuna terukir di benakku.Penampilannya yang anggun sungguh memukau!Aku pun mengetahui apa yang dimaksud dengan keluarga terpelajar, wanita berkelas dan berpendidikan.Aku menyadari betapa besarnya perbedaan antar wanita!Sebagian wanita hanya bisa memuaskan hasrat seksual, sedangkan sebagian wanita dapat memikat jiwa pria.Aku berharap bisa lebih banyak berinteraksi dengan wanita seperti Bu Yuna. Dengan begitu, aku dapat memperluas pengetahuanku.Tak lama kemudian, Bu Yuna keluar dari kamar panas.Tinggi Bu Yuna sekitar 1,65 meter dan dia memakai sepatu hak tinggi. Tubuhnya sangat langsing, tetapi masih berbentuk dan b
Wajah Yuna memerah, dia agak malu. "Di depan umum, jangan sembarangan ngomong, buat malu saja."Terlihat jelas, Bu Yuna adalah tipe wanita yang lebih anggun dan lemah lembut.Berbeda dengan Helena, dia sangat terus terang.Helena menggandeng lengan sahabatnya sambil berkata, "Nggak usah malu, kita sama-sama sudah berpengalaman.""Hubungan di antara pria dan wanita, bukankah hanya sebatas itu?""Terkadang, mengobrollah dengan teman baikmu. Mungkin bakal dapat pencerahan."Helena merasa ini hanyalah hal biasa, suaranya bahkan sangat lantang.Wajah Yuna makin merah, seolah-olah akan segera meneteskan darah."Ya sudah, aku masuk ganti baju dulu.""Kenapa diganti? Sudah bagus, pakai ini saja."Sembari berbicara, Helena berkata pada pramuniaga, "Bungkus pakaian Yuna yang ada di dalam kamar pas. Gesek kartuku.""Aku beli baju, kok gesek kartumu? Biar aku saja," kata Yuna.Helena berkata dengan ekspresi menantang, "Cuma beberapa juta, nggak usah rebutan.""Lagi pula, ini bukan uangku, uang Tia
Aku hampir mati kelelahan, sudah waktunya pulang kerja.Kalau aku tidak menemani mereka berbelanja, aku bisa pulang untuk beristirahat.Namun, sekarang mereka ingin pergi ke pemandian air panas. Entah mereka akan berendam sampai jam berapa?Aku hanya bisa berharap Bu Yuna menolak.Namun, tak disangka, Bu Yuna juga ingin berendam air panas.Entah mengapa ketika mendengar Bu Yuna mengatakan ingin berendam air panas, kekesalanku mereda.Aku bahkan agak menantikan.Namun, Helena berkata padaku, "Edo, tolong masukkan barang kami ke mobil, kamu sudah boleh pulang.""Hah?"Aku tercengang. Aku ingin menemani kalian berendam air panas, kamu malah menyuruhku pulang?Tentu saja, aku tidak senang."Kalau aku pergi, siapa antar kalian?" Aku berkata dengan enggan dan mencari alasan untuk menemani mereka.Helena langsung tertawa. "Kamu kira nggak ada kamu, aku nggak bisa nyetir?"Intinya, Helena akan menyetir mobil.Aku terdiam."Tapi, aku naik apa pulang?" Aku masih belum menyerah dan mencoba untuk
Akan tetapi, aku berharap mereka menahanku.Namun, Helena tidak berniat untuk menahanku dan Bu Yuna hanya tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Aku tahu, malam ini, aku tidak akan pergi ke pemandian air panas.Aku memanggil taksi dan pulang.Sore ini, aku menghasilkan beberapa juta dengan menemani dua wanita berbelanja.Bagiku, ini adalah hal yang menguntungkan.Namun, aku tidak terlalu senang.Alasannya sangat sederhana.Dibandingkan dengan uang beberapa juta, aku lebih ingin menemani kedua wanita itu berendam air panas.Bagaimanapun, hal seperti itu tidak dapat dibeli dengan uang.Namun, aku tahu diri.Aku hanyalah orang biasa. Apa aku berhak menemani mereka berendam air panas?Bukankah aku terlalu memandang tinggi diri sendiri?Hanya karena aku mengendarai mobil miliaran rupiah, aku berubah menjadi orang kaya?Bisa dibilang, aku terlalu mendalami peran.Namun, entah mengapa, aku agak sedih.Sekalipun pulang, rumah sangat sepi dan hanya ada aku seorang.Aku makin sedih.Aku m
Aku hanya tersenyum canggung.Namun, Wiki terus berbicara. "Selain itu, aku dan Nia jadi akur. Edo, aku nggak butuh bantuanmu lagi. Aku bisa hamili kakak iparmu."Aku merasa Wiki sengaja berkata demikian.Aku penasaran dan kesal. Mengapa dia memberitahuku hal seperti ini?Apa dia menemukan sesuatu?Namun, aku tidak bisa langsung bertanya dan hanya bisa menjawab, "Selamat, semoga aku bisa segera punya keponakan.""Haha, Edo, akhirnya aku dan Kak Nia dapat pencerahan. Sekarang, kutunggu kabar baikmu."Pencerahan apaan?Kamu cuma mau pamer, 'kan?Menunggu kabar baik dariku pula.Kamu tidak mengetahui ulah Johan?Apa semudah itu menikahi Kak Lina?Karena tidak bisa mengungkapkan kekesalanku, aku hanya bisa minum bir.Tak lama kemudian, pesanan Wiki selesai.Wiki pergi dengan membawa camilan. Sebelum pergi, dia memperingatkanku untuk mengurangi minum-minum.Kalau dia peduli padaku, dia akan memintaku pulang ke rumah. Bukannya malah mengisyaratkanku untuk tidak pulang.Aku makin yakin bahwa
Kiki ingin membawa Yasan kembali ke toko. Namun, Yasan mendorong Kiki dan melarikan diri tanpa mengatakan sepatah kata pun.Setelah mengejar dalam waktu lama, Kiki tidak berhasil mengejar Yasan.Kiki tidak memiliki pilihan selain kembali ke toko.Kiki menarikku ke samping, lalu dia menceritakan apa yang terjadi pada Yasan.Setelah mendengarnya, aku merasa sangat sedih dan kesal.Yasan adalah orang yang jujur. Orang-orang itu mempermalukannya hingga dia tidak memiliki harga diri sama sekali. Yasan pasti merasa sangat tidak nyaman.Aku segera menelepon Yasan. Namun, dia tidak menjawab panggilannya.Aku memiliki firasat buruk, seakan sesuatu akan terjadi pada Yasan.Aku merasa semakin tertekan."Sialan." Kali ini adalah pertama kalinya aku mengumpat. Hal ini karena pikiranku sedang kacau. Aku tidak tahu harus berbuat apa.Namun, aku juga tahu bahwa aku tidak boleh panik. Pak Harmin telah menyerahkan Aula Damai padaku. Sekarang, aku harus mencegah Willy dan Hairu membuat masalah lagi."Mul
Kemudian, Willy bergegas mendekat dan mencoba menarik celana Yasan.Yasan meronta dengan sekuat tenaga.Willy berkata pada bawahannya, "Apa yang kalian semua lakukan di sana? Datang bantu aku!"Beberapa bawahannya bergegas mendekat, lalu mereka menekan Yasan ke tanah.Celana Yasan dilepas di depan umum.Hairu mencibir, lalu berkata kepada Tasya, "Duduk di atasnya."Tasya gemetar ketakutan, Wajahnya tampak pucat pasi."Kak Hairu, ada banyak orang ....""Plak!"Hairu menampar wajahnya. "Cepat pergi. Kenapa kamu beromong kosong?"Tasya dipukuli begitu keras hingga matanya berlinang air mata. Namun, dia tidak berani mengatakan sepatah kata pun.Dia berjalan ke sana dengan patuh.Yasan ditekan ke tanah oleh orang-orang itu, lalu celananya ditarik hingga lepas.Dia tampak sangat menyedihkan.Tasya melihat perasaan marah dan terhina yang tidak berujung di mata Yasan yang awalnya lembut dan baik itu.Tasya tahu karena dirinya, Yasan berakhir seperti ini.Dia merasa bersalah. Dia bahkan tidak b
Kiki menanggapinya, lalu dia segera mengikuti Yasan keluar.Aku meminta orang lain melakukan pekerjaan masing-masing.Semua orang kembali ke bekerja satu demi satu. Namun, banyak orang diam-diam mendiskusikan urusan Yasan.Aku merasa tertekan.Sementara, di sisi Yasan.Yasan mengajak Tasya ke tempat terpencil, lalu dia berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku melakukan ini dengan tulus demi kebaikanmu. Aku benar-benar berharap kamu bisa menjadi lebih baik. Tapi, sekarang kamu malah merendahkan dirimu."Tasya berkata dengan nada dingin, "Kalau kamu benar-benar peduli padaku, apa kamu akan meninggalkanku hanya karena perkataan Edo?""Meskipun nggak ada Edo, kita mustahil untuk bersama. Aku punya keluarga, istri dan anak-anak. Aku selalu memperlakukanmu sebagai adik. Aku nggak pernah memiliki pikiran yang nggak pantas tentangmu."Tasya menampar pipi Yasan dengan keras.Tasya menggertakkan giginya dan berkata, "Kamu nggak punya pikiran yang nggak pantas padaku? Kalau kamu nggak punya pikiran y
Masalah telah menjadi seperti ini. Akhirnya, Tasya mengatakan tujuan aslinya.Tujuannya bukan untuk memfitnah Yasan. Tujuan sebenarnya adalah membuat masalah untuk Aula Damai.Melihat semua orang terus berkomentar, aku berjalan mendekat dan berkata pada Tasya, "Apa Willy yang memerintahkanmu untuk melakukan ini? Atau kamu sukarela untuk bekerja sama dengan Willy?"Tatapan mata Tasya langsung mengelak. "Aku nggak mengerti apa yang kamu katakan."Aku tidak memarahinya. Aku berkata dengan wajah cemberut, "Aku tahu aku seharusnya nggak boleh memerasmu. Aku juga nggak bisa mengharapkan kamu untuk berubah pikiran. Tapi, tanyakan pada dirimu sendiri. Saat Willy memukulmu, memarahimu dan menindasmu, siapa yang melindungimu?""Tanpa Yasan, kamu masih akan disiksa oleh Willy. Kamu nggak bisa memfitnah dan menghancurkan hidupnya hanya karena dia nggak jatuh ke dalam perangkapmu, 'kan?"Tasya berkata dengan marah, "Kapan aku memfitnahnya? Jangan berbicara omong kosong. Aku tahu kamu dan Aula Damai
Kami berbalik, lalu melihat Tasya berteriak di toko.Wanita ini tidak berakting lagi. Dia mewarnai rambutnya dengan berbagai warna dan berpakaian seperti gangster.Tasya menunjuk hidung Yasan dan berkata, "Beraninya kamu nggak menjawab panggilanku? Apa maksudmu?"Yasan segera berjalan mendekat, lalu berkata, "Bukankah aku sudah memberitahumu dengan jelas dalam pesan? Ke depan, jangan datang menemuiku lagi.""Kamu bilang kamu nggak ingin menemuiku? Kamu sudah tidur denganku. Kamu ingin mencampakkanku begitu saja?"Suara Tasya sangat keras. Terlihat jelas dia sengaja membuat onar.Wajah Yasan langsung menjadi masam. "Kapan aku tidur denganmu? Aku sama sekali nggak pernah menyentuhmu."Tasya berkata sambil mencibir, "Kamu bilang seperti itu. Tanyakan pada orang-orang di toko apa mereka percaya?"Yasan melihat ke sekelilingnya. Dia melihat semua orang menatapnya dengan aneh.Yasan berkata, "Aku nggak berbuat salah, aku nggak takut. Aku sudah bilang aku nggak pernah tidur denganmu.""Kamu n
Kiki terkekeh. "Rumahmu jauh lebih baik daripada rumah kontrakanku. Aku nggak mau kembali.""Kalau begitu, tidurlah di sofa. Jangan tidur denganku lagi. Sialan, kamu bermimpi dan menyentuhku. Kamu bertingkah seperti orang mesum.""Kenapa aku nggak menyadari kamu punya kebiasaan ini saat kuliah?"Kiki berkata sambil menghela napas, "Terutama karena aku menahannya. Mungkin tubuhku mengalami respons.""Siapa suruh! Hari itu, aku memintamu untuk pergi ke hotel bersama Agnes. Tapi, kamu nggak melakukan apa pun.""Aku ingin. Tapi, aku takut.""Kamu takut segala hal. Pantas saja kamu masih perjaka.""Pergi selesaikan di kamar mandi."Saat aku melihat selangkangan Kiki, aku merasa pemandangan itu sungguh tidak enak dipandang.Jika itu adalah wanita, aku akan menikmatinya. Namun, jika pria melihat selangkangan pria lain, itu sama seperti melihat tangan kiri dan tangan kanan. Aku tidak merasakan apa-apa. Aku bahkan merasa jijik.Kiki juga merasa tidak nyaman, jadi dia berkata, "Oke. Kalau begitu
Meskipun Sharlina dan aku tinggal serumah, ini adalah pertama kali aku memasuki kamarnya.Kamar ini terlihat seperti kamar seorang gadis. Kamar itu dipenuhi hiasan merah muda yang sangat imut.Sebenarnya, aku mengantuk. Bagaimanapun, aku berhubungan begitu lama. Aku sangat lelah.Namun, aku telah berjanji pada Sharlina bahwa aku akan membimbingnya belajar. Aku harus memenuhi janjiku."Sharlina, apa kamu mengerti apa yang aku katakan?""Sebenarnya, mata kuliah ini sangat mudah. Kalau kamu membandingkan berbagai bagian tubuh manusia, kamu dapat mengingat poin-poin pengetahuan ini dengan mudah."Saat berkata, aku menguap.Sekarang, sudah lewat jam satu pagi. Aku benar-benar kelelahan.Sharlina mengangguk dan berkata, "Aku mengerti dasarnya. Tapi, masih ada beberapa hal yang nggak begitu aku pahami.""Tapi, itu nggak masalah. Pengetahuan ini cukup untuk melewati tes besok.""Kak Edo, aku lihat kamu sangat lelah. Kamu kembali dan istirahatlah."Aku tidak sungkan lagi. Aku berkata sambil ber
Setelah memasuki asramanya, aku langsung mendorong Jessy ke dinding ...."Siapa yang menyuruhmu memarahiku tadi. Siapa yang menyuruhmu memarahiku ...." Aku merobek pakaiannya dengan kasar.Jessy terhibur olehku hingga terkikik. "Mau bagaimana lagi. Kalau aku nggak seperti itu, mereka akan menyadarinya."Aku tidak memedulikan banyak hal lagi ....Awalnya, aku ingin menyelesaikannya dengan cepat. Namun, begitu aku benar-benar berhubungan, aku bahkan lupa akan waktu dan Sharlina.Satu-satunya yang ada dalam pikiranku adalah wanita menawan ini.Ini bukan pertama kalinya Jessy dan aku berhubungan. Namun, kali ini, dia menunjukkan beberapa gerakan sulit yang belum pernah aku lakukan sebelumnya.Selain itu, dia bahkan meminta hingga tiga kali.Akhirnya, aku sangat kelelahan.Kali ini juga pertama kalinya aku menyadari bahwa ketika wanita berkuasa, pria tidak bisa melakukan apa pun.Aku berbaring di ranjang dengan lemas. Sementara Jessy menatapku sambil tersenyum."Baru tiga kali, kamu sudah k
"Kamu gila, ya! Kamu itu dekan. Bagaimana kalau murid-murid melihatmu?"Tempat ini adalah sekolah, bukan Vila Dragonfly. Aku berpikir, "Bagaimana Jessy bisa begitu berani?"Jessy tidak berkata apa-apa. Namun, tangannya yang halus menjulur masuk ke dalam pakaianku ....Tangannya menggarukku dengan lembut."Tatap mataku." Napas Jessy semanis bunga anggrek. Tubuhnya menempel erat padaku, hingga aku merasa bergairah dengan perlahan.Aku segera meraih tangannya dan berkata, "Jangan. Aku nggak ingin menjadi seperti dulu.""Aku ingin menjadi kuat seperti Kak Andre."Jessy berdiri berjinjit, lalu dia mencium bibirku dengan lembut. Napasnya yang hangat itu pun mengembus di daguku."Sekalipun kamu menjadi sekuat Andre. Itu nggak akan memengaruhi kamu tidur denganku.""Nggak ... nggak bisa seperti itu."Sebelum aku selesai berbicara, Jessy tiba-tiba menggigit daguku.Namun, gigitannya sangat lembut.Dia sengaja menggodaku. Tangan yang berada di balik pakaianku telah bergerak ke bawah dengan perla